Banyak yang menganggap gangguan kecemasan hanya terjadi pada remaja dan orang dewasa. Faktanya anak-anak usia dini bahkan yang berusia balita juga bisa mengalami gangguan kecemasan pada anak.
Seringkali anak-anak belum bisa mengungkapkan secara detail perasaan yang dialami atau belum lancar berbicara, sehingga keluhan yang sering muncul berupa masalah fisik. Seperti sering pusing, tiba-tiba mual, sakit perut, lemas, hingga ingin pingsan.
Saat anak mengeluhkan hal tersebut, MamPap dapat memeriksakannya ke dokter umum atau dokter anak, apalagi jika keluhan tersebut terjadi berulang. Ketika dokter sudah berusaha mengobati keluhan fisik tersebut namun tidak kunjung sembuh dan kerap muncul kembali, MamPap perlu curiga bahwa anak mengalami gangguan kecemasan.
Apa Itu Gangguan Kecemasan pada Anak?
Kecemasan adalah emosi yang berupa rasa takut, ngeri, atau gelisah. Kecemasan juga dapat menyebabkan perubahan fisik seperti tekanan darah tinggi, berkeringat, detak jantung cepat, dan gelisah.
Kecemasan pada anak bisa dianggap sebagai gangguan jika kekhawatiran atau ketakutan yang dialami sangat mengganggu kehidupannya sehari-hari, terutama jika terjadi selama lebih dari enam bulan.
Kecemasan dan ketakutan adalah bagian normal dari masa kanak-kanak. Biasanya ketika rasa cemas muncul namun orang tua tetap mendampingi dan mengajarkan anak untuk meredakannnya, hal ini bisa membantu anak belajar memecahkan masalah sendiri. Orang tua dapat membantu anak-anak belajar memahami dan mengatasi ketakutan dan kecemasan mereka.
Pada sebagian anak, rasa cemas tersebut terjadi sangat intensif dan tak terkontrol serta sangat mengganggu kehidupannya. Dikutip dari situs Clevelandclinic.org, diketahui kalau 1 dari 5 anak mengangalami gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan pada anak berbeda dari ketakutan atau kecemasan normal karena membuat anak menghindar secara ekstrem pada hal tertentu, reaksi emosional yang lebih besar, atau berlangsung lebih lama dari normal.
Anak-anak dengan gangguan kecemasan sering kali mengalami ledakan emosi seperti menangis atau mengamuk serta banyak menghindar. Mereka mungkin mencoba melarikan diri, dan bersembunyi setiap saat. Selain itu, anak-anak sering mengalami gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, mual, muntah, sesak napas, atau masalah tidur.
Tipe Rasa Cemas Pada Anak
Gangguan kecemasan pada anak dapat dipicu banyak hal. Ada beberapa jenis kecemasan pada anak-anak yang harus diwaspadai orangtua:
Separation Anxiety/ Gangguan Cemas karena Berpisah dari Orang tua
Separation anxiety merupakan fase normal dan penting dari perkembangan awal yang dimulai pada sebagian besar anak saat berusia 8 hingga 12 bulan. Kecemasan muncul saat anak merasa takut pada orang asing dan tidak merasa aman saat tidak ada orang tua yang dikenalnya.
Kecemasan perpisahan biasanya membaik saat anak-anak memasuki prasekolah. Pada kondisi yang ekstrem dan berlarut, bisa sampai membuat anak tak mau ke sekolah dan berpisah sedetik pun dari orang tua. Jika anak menunjukkan tekanan atau kekhawatiran yang ekstrem dengan perpisahan dibandingkan anak-anak lain seusianya, orang tua bisa membawa si kecil untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Fobia
Ketakutan sebenarnya melindungi kita dari bahaya, jadi sangat wajar kalau anak-anak merasakan ketakutan. Anak mungkin takut pada sesuatu yang spesifik seperti petir atau badut atau berbagai hal lainnya. Kondisi tersebut bisa jadi fobia ketika anak mengalami kecemasan dan ketakutan ekstrem yang tidak sebanding dengan ancaman bahaya yang sebenarnya.
Gangguan kecemasan sosial/ Social anxiety disorder
Ini adalah ketakutan yang sangat besar karena perasaan akan ‘dihakimi’ atau ditolak dalam situasi sosial. Anak mungkin menghindari berbicara di depan umum atau tampil di depan umum atau merasa sangat tidak nyaman.
Efeknya, anak terus mencoba menghindari interaksi dengan orang lain di sekolah atau lingkungan baik yang baru dikenal atau sudah dikenal. Anak bahkan mungkin menghindari berada di situasi sosial sama sekali.
Gangguan kecemasan umum/ Generalized anxiety disorder
Ini merupakan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan tentang berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Anak mungkin juga lebih khawatir tentang masa depan daripada anak-anak lain seusianya. Mereka mungkin memiliki banyak kekhawatiran atau kekhawatiran dapat berubah seiring waktu, tetapi mereka sering kali mengkhawatirkan sesuatu, apapun itu.
Gangguan panik
Anak-anak dengan gangguan panik memiliki momen kritis ketika mereka merasakan cemas dan ketakutan yang ekstrem bersamaan dengan gejala fisik. Seperti jantung berdebar (palpitasi jantung) dan pusing. Pada beberapa anak bahkan sampai merasa tidak dapat bernapas (dispnea). Serangan panik ini dapat terjadi tanpa peringatan dan cenderung hilang dalam hitungan menit hingga jam.
Gangguan kecemasan cukup umum terjadi pada anak-anak dan memengaruhi sekitar 15% hingga 20% anak-anak dan remaja. Perlu diketahui, hampir 1 dari 3 remaja berusia antara 13 dan 18 tahun mengalami kecemasan.
Apa Tanda Gangguan Kecemasan pada Anak?
Menghadapi dan mengasuh anak memang butuh kepekaan luar biasa. MamPap mungkin merasa seperti permainan tebak-tebakan, terutama ketika anak seperti ingin menyembunyikan sesuatu.
Beberapa anak mungkin akan menggunakan kata-kata untuk memberi tahu rasa cemas yang dialami. Mereka mungkin mengatakan sesuatu seperti: “Aku takut pergi ke sekolah karena nanti lama ketemu papa atau mama”. Bisa juga mereka terus menangis dan menolak untuk pergi ke mana pun.
Berikut beberapa tanda dan gejala cemas yang sering dialami anak-anak.
- Terlihat murung dan lebih sering menangis daripada anak-anak lain seusianya.
- Sering mengeluh tidak enak badan. Anak mengeluh sakit perut, nyeri otot, atau sakit kepala.
- Sering kesulitan untuk tidur, terbangun karena mimpi buruk, atau tidak dapat tidur sendiri.
- Anak cenderung sulit untuk rileks atau duduk diam (gelisah).
- Mudah marah.
- Sulit berkonsentrasi dan tak mau sekolah.
- Gemetar.
5 Cara Bantu Anak Hadapi Kecemasan
Beberapa anak secara alami sensitif dan mungkin mengalami kesulitan menghadapi perubahan atau emosi yang kuat. Anak-anak ini mungkin memiliki kecenderungan biologis atau keluarga untuk merasa cemas.
Kecemasan juga dapat berkembang setelah kejadian-kejadian besar dan traumatis dalam hidup di usia sangat dini. Seperti kematian orang dekat, pindah rumah atau sekolah baru, kesulitan mendapatkan makanan, pertengkaran atau perceraian orangtua, perundungan, pelecehan, kekerasan fisik atau verbal atau pengabaian.
Menghadapi anak yang memiliki level kecemasan tinggi mungkin akan sangat menantang bagi orang tua. Satu hal yang pasti sebelum mendampingi anak, pastikan parents mengontrol emosi dan rasa cemas yang juga muncul, karena jika tidak, bisa memperparah keadaan.
Berikut lima cara yang bisa dilakukan untuk membantu buah hati kesayangan keluar dari siklus kecemasan.
Bukan dihilangkan tapi dikendalikan
Cara terbaik untuk membantu anak mengatasi kecemasan bukanlah dengan mencoba menghilangkan pemicu stresnya. Caranya adalah dengan membantu anak belajar menoleransi kecemasan dan berfungsi sebaik mungkin, bahkan saat mereka cemas. Bisa dengan mengatur napas, fokus pada hal yang bisa dikontrol, atau pada anak-anak yang berusia dini menggunakan mainan stress ball yang diremas.
Jangan menghindari hal yang membuat anak cemas
Membantu menghindari hal-hal yang ditakuti memang bisa membuat anak merasa lebih baik, tapi hanya dalam jangka pendek. Bila anak menemui hal yang mereka takuti dan cemaskan kembali, maka siklus akan berulang. Coba minta anak untuk memaparkan apa yang membuatnya merasa cemas dan memicu rasa khawatirnya. Tuliskan dalam kertas dan coba jelaskan dan cari solusinya bersama.
Validasi perasaannya tapi bukan untuk dibesar-besarkan
Penting untuk dipahami bahwa validasi perasaan anak tidak selalu berarti persetujuan. Misalnya, anak takut pergi ke dokter karena mereka akan disuntik, MamPap tidak boleh meremehkan ketakutan tersebut, tetapi juga tidak boleh memperbesar masalah ini.
Sebaiknya kita mendengarkan dan berempati, membantu anak memahami apa yang membuat mereka cemas, dan mendorong mereka untuk merasa bahwa mereka dapat menghadapi ketakutan tersebut. Sampaikan pesan, “Mama tahu kamu takut, dan itu tidak apa-apa, dan Mama di sini, dan Mama akan membantumu melewati ini.”
Jadi contoh langsung
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak mengatasi kecemasan. Salah satunya dengan mencontohkannya sendiri, karena anak lebih banyak belajar saat mereka melihat orangtuanya secara langsung.
Jika MamPap menghadapi situasi yang penuh kecemasan, contohkan sikap yang tepat untuk menghadapinya. Misalnya, bisa dengan menarik napas panjang, berusaha duduk tenang, dan berpikir secara runut. Bila anak mengalami rasa cemas, ia mungkin akan berusaha meniru cara yang orang tuanya lakukan.
Bicarakan dari hati ke hati
Ada baiknya sesekali membicarakan apa yang akan terjadi jika ketakutan seorang anak menjadi kenyataan dan bagaimana anak akan mengatasinya? Seorang anak yang merasa cemas karena harus berpisah dengan orang tua mungkin takut jika orang tua tidak datang menjemput lagi.
Coba bicarakan dengan anak, jika memang tak dijemput nantinya MamPap akan menelepon pihak sekolah dan meminta orang terdekat mereka mewakilkan untuk menjemput. Jadi anak tak mungkin ditinggalkan begitu saja di sekolah dan pasti akan didampingi oleh guru atau petugas di sekolah yang memastikan mereka dalam kondisi aman.
Partner terpercaya dan teman perjalanan parenting para orang tua agar bisa memberikan keamanan yang anak-anak butuhkan untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu mewujudkan impiannya.