Bisa Ganggu Konsentrasi Belajar, Ini yang Perlu Dilakukan Jika Anak Alami Alergi

alergi pada anak

MamPap, membesarkan anak dengan alergi memang memiliki tantangan sendiri, ya? Saat membersamai anak, kita sebagai orang tua tentu juga harus beradaptasi dengan berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari untuk memastikan anak tetap sehat dan aman sehingga tumbuh kembang dapat optimal. 

Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Irma Gustiana Andriani, di sesi Talkshow Gerakan 1000 Cerita Bunda Anak Juara di Jakarta menyampaikan bahwa alergi  pada anak tidak hanya memengaruhi kesehan fisik pada anak, namun sisi psikologis. Sebab, anak dengan alergi cenderung lebih rentan mengalami kecemasan dan berbagai gangguan sosial. 

“Anak yang memiliki alergi jika tidak diatasi dengan tepat memang tidak hanya bisa mengganggu tumbuh kembang secara fisik, tetapi juga bisa secara psikis. Di mana anak bisa mengalami gangguan perilaku, gangguan belajar seperti kurang focus, hingga merasa tidak percaya diri. Ini biasanya dialami oleh anak-anak yang sudah masuk usia sekolah. Tidak sedikit anak dengan alergi juga bisa mendapat bully di sekolah.”

alergi pada anak

Bacaan Lainnya

Anak dengan Alergi Berisiko Alami Gangguan Psikologis

Lebih lanjut, founder Ruang Tumbuh ini menjelaskan beberapa alasan mengapa alergi dapat memengaruhi psikologi anak:

1. Keterbatasan Aktivitas

Anak dengan alergi, terutama alergi makanan atau alergi berat lainnya, sering kali harus menghindari aktivitas tertentu, seperti makan bersama teman atau bermain di lingkungan tertentu. Ini dapat membuat mereka merasa berbeda atau terbatas.

2. Rasa Tidak Nyaman Fisik

Gejala alergi seperti gatal, sesak napas, atau ruam yang sering kambuh dapat membuat anak merasa frustrasi, kelelahan, atau sulit berkonsentrasi. Hal ini memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan emosional mereka.

3. Stigma dan Penolakan Sosial

Anak mungkin merasa malu atau cemas ketika gejala alergi muncul di depan teman-teman, seperti bersin terus-menerus atau memiliki kulit merah karena ruam. Hal ini bisa menyebabkan rasa minder atau takut diejek.

4. Kekhawatiran yang Berlebihan

Anak yang menyadari risiko alerginya, terutama alergi berat seperti anafilaksis, bisa mengalami kecemasan atau ketakutan berlebihan akan serangan alergi, terutama jika mereka harus membawa obat seperti epinefrin setiap saat.

5. Pengaruh Orang di Sekitar

Sikap orang tua, guru, atau teman terhadap alergi anak juga memengaruhi psikologisnya. Jika mereka merasa terlalu dilindungi atau dikucilkan, anak bisa merasa terisolasi atau kurang percaya diri.

6. Rasa Ketergantungan pada Orang Lain

Anak dengan alergi berat sering kali bergantung pada orang tua atau pengasuh untuk memastikan keamanan mereka. Ini dapat menghambat rasa kemandirian dan menimbulkan rasa kurang percaya diri di kemudian hari.

7. Gangguan Tidur

Alergi tertentu, seperti alergi debu atau asma, dapat mengganggu tidur anak, yang memengaruhi suasana hati dan kesehatan mental secara keseluruhan.

Alergi pada Anak, Apa yang Perlu Dilakukan?

alergi pada anak

Untuk mengurangi dampak psikologis ini, penting bagi orang tua, guru, dan orang-orang di sekitar anak untuk memberikan dukungan emosional, memastikan anak merasa diterima, dan mengajarkan mereka cara mengelola alergi dengan percaya diri. 

1. Orang Tua Perlu Terus Mengedukasi Diri

Seperti yang dijelaskan Psikolog yang lebih sering disapa Mbak Ayank, “Kita sebagai orang tua memang perlu mencari tahu, sebenarnya edukasi sebagai orang itu perlu dilakukan sepanjang masa. Tapi memang saat anak masih di periode golden age itu sangat penting. Dengan memilliki bekal yang baik dan cukup dimulai dengan mencari tahu pencetusnya, ini juga bisa menghindari mom guild

2. Latih Anak untuk Bisa Adaptif

Selanjutnya, Ayank Irma juga mengingatkan agar untuk memberikan pemahaman dan melatih anak untuk bisa adaptif. “Pada saat anak bisa belajar adaptif, nanti ini akan berdampak baik saat ia tumbuh remaja dan hingga dewasa. Anak juga perlu diedukasi sehingga anak ke depannya bisa bisa mandiri, anak tahu kenapa tidak boleh, kenapa badannya jadi gatel, anak bisa punya kemampuan dan selektif untuk memiliki makanan.”

3. Ciptakan Lingkungan yang Aman

Selanjutnya jangan lupa untuk mencipatakan lingkungan aman. Tidak hanya MamPap saja, tetapi juga termasuk lingkungan terdekatnya seperti nenek dan kakek. “Jadi seluruh keluarga juga perlu diedukasi semuanya. semua ikut andil dalam tumubuh kembang anak tumbuh kembang optimal,” tukas Ayank Irma, 

4. Bangun Komunikasi Postitif 

“Jangan lupa ciptakan komunikasi positif, berikan validasi ke anak. Misalnya dengan mengatakn, ‘Nggak enaknya rasanya, ya, kamu jadi nggak nyaman, nggak boleh makan ini itu… nggak apa-apa, Bunda paham rasanya memang tidak enak’,”

Gerakan 1000 Cerita Bunda untuk Anak Juara

alergi pada anak

Paham dengan berbagai tantangan yang perlu dilalukan pada saat mendampingi anak dengan alergi, Kalbe Nutritionals melalui Morinaga Soya mempersembahkan gerakan “1000 Cerita Bunda untuk Anak Juara”, sebuah inisiatif yang mengajak para bunda di seluruh Indonesia berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan anak dengan Alergi Susu Sapi (ASS). 

Gerakan ini berhasil mencetak rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan mengumpulkan lebih dari 1.000 kisah inspiratif dari para bunda, sekaligus menjadi bukti kepedulian Morinaga Soya terhadap kebutuhan nutrisi anak Indonesia.

Dewi Angraeni, Business Unit Head Morinaga IFFO and Specialties Kalbe Nutritionals menyampaikan bahwa gerakan ini menjadi bentuk komitmen Morinaga Soya dalam mendukung tumbuh kembang optimal anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dengan adanya penghargaan MURI, kami merayakan kisah inspiratif para Bunda sekaligus memperkuat posisi Morinaga Soya sebagai merek yang peduli terhadap kebutuhan nutrisi anak sehingga mereka bisa terus menjadi Anak Juara.

Dewi juga mengingatkan bahwa pada dasarnya, anak dengan alergi membutuhkan dukungan penuh agar tumbuh kembang optimal. Di mana anak membutuhkan tiga pilar utama, yaitu Potensi, untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi anak; Atensi, melalui perhatian emosional yang konsisten agar anak merasa didukung, dan Nutrisi, dengan menyediakan asupan gizi seimbang sebagai pondasi bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

28 − = eighteen