Panduan Mama Papa: 13 Tips Penting dalam Membersamai Anak Remaja

Mendampingi dan mengasuh anak remaja bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Jadi, MamPap keliru jika mengira bahwa mengasuh anak balita merupakan fase yang tersulit.  Dengan mengetahui bagaimana pola asuh anak remaja yang tepat, tentu akan lebih mudah menjalaninya.

Pada dasarnya,  fase perkembangan anak setiap tahun tentu saja akan berbeda. Bisa memberikan kita banyak kejutan, baik yang membuat hati berbunga-bunga bahagia, sampai mengernyitkan dahi lantaran pusing bahkan stres. Tapi dari sini jutsru kita akan disadarkan bahwa mengasuh dan membesarkan anak merupakan proses belajar seumur hidup.

Seperti yang diungkapkan Hesty Novitasary, S. Psi, M. Psi, Psikolog, banyak orang tua yang merasa kewalahan, pusing, hingga stress karena merasa ada begitu banyak masalah yang yang dihadapi saat mendidik anak dikarenakan kurangnya pehamahan apa saja dan bagaimana tahap perkembangan anak. 

“Ya, fakta yang perlu orang tua sadari, setiap tahap perkembangan anak itu akan selalu berbeda-beda. Pada saat kita bisa mengerti dengan baik seperti apa tahapan kembang anak, nantinya bisa membantu bagaimana pola asuh yang bisa dilakukan. Termasuk pola asuh anak remaja,” urainya pada Parentsquads. 

Bacaan Lainnya

Pola Asuh Anak Remaja, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Berbicara mengenai pola asuh anak remaja, hubungan yang perlu dibangun orang tua tentu saja perlu dilakukan sejak dini. Dalam artian, bonding antara orang tua dan anak perlu dipupuk sejak anak usia dini. Sebab, mendekati anak remaja yang sudah mulai memiliki ‘dunia sendiri’ tidak bisa dibangun dalam waktu sebulan, seminggu apalagi sehari. 

“Untuk memahami pola asuh anak remaja atau parenting teens itu memang tidak mudah, tapi bisa dilakukan oleh orang tua selama orang tua tahu dan mau memahami strategi-strateginya. Tapi, inti yang perlu kita ingat bersama adalah membangun ‘connection’ dulu dengan anak, sehingga orang tua ke depannya akan dapat lebih mudah mengarahkan atau pada saat melakukan ‘correction’ terhadap perilaku anak remaja,” papar psikolog klinis anak dan remaja yang praktik di Klinik Ruang Tumbuh ini.

Mesti banyak tantangan dan tidak mudah, sebenarnya ada beberapa pendekatan sederhana yang ampuh untuk mengasuh remaja sehingga dapat membangun hubungan yang kuat untuk jangka panjang. Berikut tips penting yang dijelaskan Hesty Novitasary, S. Psi, M. Psi, Psikolog

pola asuh anak remaja

1. Tetap Tenang dan Fokus 

Membesarkan anak anak-anak, dalam hal ini anak remaja memang bisa menimbulkan stres. Hal ini berlaku dalam mengasuh remaja perempuan maupun anak remaja laki-laki. Umumnya, kondisi ini dikarenakan banyaknya situasi rumit sering kali muncul sehingga menimbulkan konflik orang tua dengan anak remaja. 

Tapi, sejauh MamPap bisa mengatur emosi sendiri, kemungkinan besar anak remaja MamPap juga akan melakukan hal yang serupa. MamPap tentu masih ingat dengan prinsip children see, children do bukan?

Apabila MamPap dihadapi dengan kerumitan dalam membersamai anak remaja, cobalah metode berikut untuk tetap tenang selama interaksi yang sulit. 

  • Jangan Mudah Tersinggung dan Marah

“Anakku sekarang cuek banget, sudah nggak bisa dikasih tahu. Kalau diajak ngomong bawaannya melengos. Kalau diajak pergi, banyak sekali alasannya supaya nggak ikut. Duh, begini amat ya punya anak remaja.”

pola asuh anak remaja

Gambaran di atas bisa memperlihatkan situasi atau perasaan orang tua yang memiliki anak remaja. Perlu dipahami, sebenarnya anak yang sudah memasuki usia remaja sudah mulai memproses dan mengembangkan identitas dan opininya. 

Tidak mengherankan jika anak remaja memperlihatkan ketidaksetujuan dan penolakan. Apalagi ketika mereka melihat dan menganggap itu sebagai kontrol orang tua. Ingat ya, MamPap, sebenarnya  ini bukan tentang seberapa baik atau buruknya MamPap sebagai orang tua.

  • Tetap ingat, MamPap merupakan panutan anak

Cara orang tua berperilaku menunjukkan kepada anak bagaimana rasanya menjadi orang tua atau sosok orang dewasa. Dari sana, anak pun bisa melihat dan mencontoh perilaku  tersebut. Itulah mengapa, MamPap perlu tetap ingat betapa pentingnya menjadi teladan positif.

Lebih jauh lagi, jadikan semua tantangan yang dihadapi dalam membersamai remaja untuk bisa bersabar, belajar untuk memahami anak dengan penuh kasih sayang. Bukankah perilaku seperti ini juga yang MamPap ingin inginkan dari anak?

  • Ambil waktu istirahat

Saat berbicara atau diskusi dengan remaja, jika memang sudah merasa frustasi artinya sudah waktunya untuk mengambil jeda. Ini tidak hanya berlaku untuk MamPap saja, ya, namun juga untuk anak remaja. 

Beri tahu anak, bahwa MamPap akan menghentikan percakapan dan akan mendiskusikan kembali lagi. Tentu ketika MamPap dan anak remaja sudah merasa lebih tenang.

2. Tekankan Hal Positif dalam Pola Asuh Anak Remaja

Pernah mendengar tentang bias negatif? Begitulah cara para ilmuwan menggambarkan fakta bahwa otak kita merespons informasi negatif lebih kuat dibandingkan terhadap rangsangan positif. Kemungkinan besar, bias negatif berkembang sebagai mekanisme evolusioner untuk bertahan hidup—membuat kita lebih sensitif terhadap ancaman dan bahaya. Itu sebabnya kita lebih mudah mengingat kabar buruk dibandingkan kabar baik.

Namun, bias negatif tidak lagi bermanfaat karena hal itu menurunkan kesejahteraan kita. Oleh karena itu, MamPap perlu melatih otak untuk fokus pada hal-hal baik dalam hidup, bukan terfokus pada hal-hal buruk.

3. Tetapkan Harapan dan Aturan Rumah

Bagi remaja, kemerdekaan hidup merupakan prioritas utamanya. Ya, ini merupakan sebuah fase yang tidak dihindari sehingga MamPap perlu menerimanya. Bahwa anak-anak remaja akan melalui masa-masa pemberontakan. Tidak usah panik dulu, sebab ini perilaku remaja yang normal. 

Meski demikian, bukan berarti anak bisa seenaknya. Penting bagi orang tua untuk memberikan kejelasan tentang apa yang diharapkan, dan perlu menciptakan batasan serta konsekuensi untuk menegakkan harapan dan batasan tersebut dengan penuh kasih sayang.

  • Pola asuh anak remaja, perlu perjelas nilai-nilai atau value di dalam keluarga.

Fokuslah pada hal-hal penting, misalnya bagaimana MamPap mengharapkan anak (dan semua anggota keluarga) memperlakukan satu sama lain dan berperilaku di luar rumah. Sistem kepercayaan dan nilai-nilai yang sudah ditanamkan akan menentukan batasan yang akan tetapkan untuk anak remaja. Sebagai contoh, aturan atau batasan pada saat mereka mencoba dan belajar untuk berelasi dengan lawan jenis atau dalam kehidupan sosial lainnya. 

  • Buatlah aturan yang mendukung nilai-nilai tersebut.

Misalnya, untuk mendukung nilai kebaikan dan kasih sayang terhadap satu sama lain, MamPap bisa menetapkan pedoman bahwa tidak akan ada teriakan, atau bantingan pintu di dalam rumah. Atau, tentukan jam malam serta batasan atau aturan lainnya dalam pergaulan.

Untuk mendukung dan menciptakan komunikasi berkelanjutan di antara anggota keluarga, tidak ada salahnya untuk membuat kesepakatan bersama untuk makan malam bersama setidaknya dua atau tiga kali seminggu.

  • Validasi atau akui apa yang mereka rasakan dan apa yang diinginkan.

Penting bagi anak-anak untuk merasa dipahami dan diakui. Saat MamPap membuat peraturan rumah, pertimbangkan keinginan dan pendapat anak. Sebeb, anak pun berhak ‘bersuara’. Jika ada sesuatu hal yang tidak MamPap setujui, pastikan untuk menghormati perasaan mereka dan mengomunikasikan dengan baik.

  • Perjelas bagaimana aturan tersebut akan berjalan.

Uraikan semua aturan yang berlaku, termasuk apa saja konsekuensinya jika mereka memilih untuk mengabaikan batasan atau aturan yang sudah ada. Ingatkan mereka bahwa mereka mempunyai pilihan untuk menghormati atau menolak peraturan, namun penolakan akan menimbulkan konsekuensi yang sesuai. Selain itu, MamPap juga bisa mempertimbangkan untuk membuat perjanjian tertulis memiliki pemikiran yang sama. 

  • Tetapkan konsekuensi sesuai usia yang akan berlaku jika aturan dilanggar.

Bagi remaja, mungkin ada beberapa konsekuensi yang bisa diterapkan. Misalnya berupa jam malam yang lebih awal, larangan untuk main bebas, atau kehilangan hak untuk menggunakan mobil keluarga. Untuk itu perlu diperjelas lebih dulu apa saja konsekuensinya, dan pastikan anak remaja memahaminya, dan jangan membuat pengecualian. Harapannya, ketika ada konsekuensi, mereka bisa bertanggung jawab, Ketika mereka melanggar aturan, mereka juga  tahu bahwa mereka memilih untuk menerima konsekuensinya.

4. Jaga Komunikasi untuk Bisa Berjalan Secara Dua Arah

Dalam berkomunikasi, kita cenderung ingin didengarkan, dan lupa untuk mendengarkan. Padahal, anak juga perlu didengar sehingga mereka tidak merasa diabaikan dan dihargai.

Sering kali, kita sering sibuk dan perhatiannya teralihkan, jadi tidak selalu meluangkan waktu untuk benar-benar fokus dan mendengarkan anak-anak kita ketika mereka mencoba memberi tahu kita sesuatu. 

Manfaatkan waktu yang dimiliki bersama. MamPap bisa memanfaatkan momen apapun juga seperti pada saat makan malam bersama, menggunakan waktu saat  masih di dalam perjalanan untuk mengobrol, atau meluangkan waktu untuk bercerita dan bertukar pikiran menjelang tidur. Ini adalah cara yang baik untuk tetap berhubungan sehari-hari dengan anak remaja. Prioritaskan waktu berkualitas dan kuantitas. 

5. Pola Asuh Anak Remaja, Jadilah Pendengar yang Memiliki Empati

Mendengarkan dengan penuh empati dan perhatian adalah salah satu kunci terpenting dalam pola asuh anak remaja. Para peneliti telah menunjukkan bahwa pola otak manusia terkoneksi ketika mereka mendengarkan satu sama lain dengan cermat dan memperhatikan ekspresi satu sama lain. 

Hasilnya, hubungan di antara mereka menjadi lebih kuat. Tidak merasa benar-benar didengarkan dapat menyebabkan isolasi dan kurangnya harga diri—yang merupakan akar penyebab kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan obat-obatan. Oleh karena itu, dengarkanlah anak remaja MamPap dengan serius. Ini bukan hanya cara menghadapi remaja; hal ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap kesejahteraan mereka.

6. Waspadai Apa yang Dilihat atau Dibaca di Ponsel 

pola asuh anak remaja

Sejumlah bukti kuat menghubungkan penggunaan media sosial dan video game secara berlebihan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, termasuk stres, kecemasan, depresi, bahkan timbulnya masalah citra tubuh, dan gangguan makan. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa game dan media sosial memicu reaksi terkait dopamin yang sama di otak seperti penggunaan narkoba, sehingga memicu sistem saraf untuk berperilaku adiktif. 

Meskipun remaja mungkin menolaknya, MamPap sebagai orang tua tentu saja tetap perlu mewaspadai dan memerhatikan konten apa saja yang banyak dilihat atau terpapar oleh anak remaja. Termasuk bagaimana cara mereka yang berinteraksi dengan mereka. Jangan lupa untuk menetapkan batasan berapa banyak waktu yang mereka habiskan di ponsel dan aplikasi.

7. Temukan Dukungan yang Tepat

Kita semua terkadang perlu melampiaskan emosi, Lagipula berbagi pengalaman dengan orang lain nyatanya akan sangat membantu. Namun, perlu diingat untuk melampiaskan rasa frustrasinya kepada anak-anaknya.

pola asuh anak remaja

Oleh karena itu, orang tua harus mencari teman yang sebanding. Orang dewasa lain untuk bersandar. Kelompok dukungan orang tua, lingkaran pertemanan baik, atau salah satu teman dekat adalah pilihan yang baik untuk mengeluarkan keluh kesah. Selain itu, pastikan Anda bertemu orang-orang ini secara rutin. Membaca buku, ikut pelatihan atau bergabung dalam komunitas parenting juga dapat memberikan pandangan tambahan terkait dengan poia asuh anak remaja. 

8. Jangan Lupa Merawat Diri

Membesarkan remaja tidaklah mudah. Izinkan diri MamPap sendiri untuk mempraktikkan perawatan diri dan bersenang-senang. Ya, kita sebagai individu membutuhkan hal yang membuat kita bahagia. 

pola asuh anak remaja

Jadi, jangan lupa dan abai untuk mencari tahu aktivitas apa yang disukai, untuk membantu mendapatkan energi kembali. Pilih aktivitas yang mudah disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, mulailah untuk melakukan olahraga secara rutin, bertemu teman sekadar untuk minum teh atau ngopi, menyumbangkan waktu untuk tujuan tertentu yang membuat bahagia, atau sekadar menghabiskan waktu dengan membaca buku tanpa diganggu?

9. Kiat Paling Penting dalam Pola Asuh Anak Remaja, Praktikkan Cinta Tanpa Syarat

Menghadapi remaja memang banyak naik turunnya. Namun mencintai dan menerima anak-anak melalui saat-saat baik dan buruk sangatlah penting. Hubungan atau bonding sejak awal tentu saja memainkan peran besar dalam cara kita membentuk keterikatan, baik sebagai anak-anak maupun orang dewasa. 

Berbagai penelitian telah mengungkapkan dampak positif dari cinta tanpa syarat, serta dampak negatifnya jika anak-anak tidak menerimanya. Berikut adalah beberapa manfaat keterikatan cinta antara orang tua dan anak berdasarkan bukti.

  • Kesehatan otak yang lebih baik

Anak-anak yang menerima cinta tanpa syarat dari orang tuanya memiliki kesehatan dan perkembangan otak yang lebih baik. Sebuah studi tahun 2012 menemukan bahwa anak-anak yang memiliki ibu yang penuh kasih sayang memiliki hipokampus yang lebih besar, bagian otak yang mengontrol memori dan kemampuan belajar.

  • Ketahanan stres yang lebih tinggi

Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak memungkinkan remaja membangun ketahanan stres yang lebih baik—kemampuan untuk bangkit kembali dari hal-hal sulit. Sebuah studi di UCLA menemukan orang dewasa yang kurang mendapat kasih sayang di masa kanak-kanak lebih stres dan memiliki risiko penyakit lebih besar. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa kehangatan dan kasih sayang orang tua melindungi anak-anak dari dampak biologis yang berbahaya dari stres pada masa kanak-kanak.

  • Ikatan atau bonding yang lebih kuat

Studi lain mengenai hubungan orang tua-anak menemukan bahwa ibu yang kurang mengontrol saat bermain dengan anak kecil memiliki ikatan yang lebih kuat dengan anak mereka. Akibatnya, para peneliti berteori bahwa anak-anak dari ibu yang kurang mengontrol akan merasa lebih diterima dan dicintai sehingga menghasilkan hubungan yang lebih baik.

10. Pola Asuh Anak Remaja, Jangan Lupa Bangun Harga Diri Mereka

pola asuh anak remaja

Penelitian menunjukkan bahwa harga diri remaja yang rendah merupakan penyebab utama terjadinya depresi pada remaja. Harga diri yang buruk adalah masalah mendasar dalam sebagian besar kesehatan mental dan gangguan yang terjadi bersamaan, termasuk PTSD, kecemasan, penyalahgunaan zat, dan gangguan makan. 

Di sisi lain, harga diri yang tinggi merupakan faktor pelindung terhadap masalah kesehatan mental. Dalam sebuah penelitian terhadap remaja, harga diri yang tinggi memprediksi lebih sedikit gejala kecemasan dan depresi tiga tahun kemudian. Itulah mengapa sangat penting untuk membantu remaja membangun apresiasi dan penerimaan terhadap diri mereka sendiri. 

11. Jangan Lupa ‘Bernapas’

Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran bernapas adalah salah satu alat yang paling efektif dan mudah diakses untuk mengatur diri sendiri dan menenangkan sistem saraf. MamPap dapat menggunakan napas untuk mengaktifkan respons relaksasi, yang menghasilkan berbagai manfaat sehat. Dan ini tentu saja membantu pola asuh anak remaja bisa berjalan dengan lebih positif. 

12.. Cek Kesehatan Mental Remaja Secara Teratur

Hampir semua orang tua sudah cukup paham apa yang perlu dilakukan pada saat anak demam, bagaimana cara mengukur suhu tubuh dengan benar dan pertolongan pertama yang perlu dilakukan. Tetapi tahukah MamPap cara melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan mental anak? Apakah anak sedang stres dan merasa depresi? 

Pola asuh anak remaja sangat berkaitan dan perlu melibatkan pemeriksaan rutin untuk mengetahui bagaimana keadaan emosional anak. Meskipun trauma, depresi, dan kecemasan tidak dapat diukur dengan termometer, ada cara untuk melacak perkembangan emosional seorang remaja. 

13. Hadir, Tapi Jangan Menjadi Orang Tua Helikopter

Perlu dipahami bahwa ada perbedaan penting antara tetap terhubung dengan anak dan bersikap terlalu protektif. Menjadi orang tua helikopter berarti MamPap berada terlalu dekat ketika remaja berusaha membangun otonomi dan identitas mereka. 

Menjadi orang tua yang terlalu mengontrol anak tentu saja bukan pendekatan yang tepat dalam membesarkan remaja yang sukses. Faktanya, hal ini membatasi kesempatan remaja untuk membangun keterampilan penting yang membantu mereka berkembang di masa dewasa muda.

Sebuah studi yang meneliti hubungan antara kesejahteraan mahasiswa dan tingkat kendali orang tua mereka menemukan bahwa mahasiswa yang dilaporkan memiliki orang tua yang terlalu mengontrol mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang jauh lebih tinggi serta kepuasan hidup yang lebih rendah. Jadi, mengasuh anak remaja dan remaja di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas memerlukan keseimbangan antara kehadiran dan keterlibatan versus melampaui batas-batas yang tepat.

Berikut beberapa contoh pola asuh helikopter yang menunjukkan bahwa orang tua terlalu protektif atau terlalu terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak remajanya:

  • Tidak mengizinkan remaja membuat pilihan sesuai usianya
  • Membersihkan kamar remaja untuk mereka
  • Melangkah untuk menegosiasikan konflik yang terjadi antara remaja dan teman-temannya
  • Mengawasi pekerjaan rumah dan proyek sekolah siswa sekolah menengah
  • Memantau pola makan dan olahraga remaja
  • Mengirim banyak SMS setiap hari kepada seorang anak yang sedang belajar
  • Melakukan intervensi dalam kehidupan remaja untuk mencegah mereka gagal dalam suatu tugas atau upaya lainnya.

Pola asuh anak remaja memang bukan hal yang mudah untuk dijalani karena fase ini penuh tantangan. Namun, mengasuh anak remaja mungkin merupakan misi paling penting dan menantang yang dapat kita lakukan dalam hidup MamPap.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

forty one − thirty one =