“Kalau aku sudah besar nanti, aku mau jadi Youtuber, ya!” Keinginan anak mau jadi Youtuber rasanya sudah jadi hal yang umum, ya. Apakah Si Kecil juga punya cita-cita yang sama, Ma?
Mendampingi generasi anak zaman now, memang penuh tantangan. Salah satunya di mana, kita sebagai orang tua perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang kian cepat. Maklum saja, sejak lahir anak generasi alfa sudah hidup berdampingan dengan teknologi. Bahkan, bisa dibilang, gadget sudah menjadi bagian hidup dari anak-anak yang lahir pada tahun 2011 hingga 2025 nanti.
Generasi yang diklaim sebagai generasi paling cerdas dan kritis ini memang sudah akrab dengan teknologi digital. Jadi, tak mengherankan jika cita-cita yang muncul juga terkait ruang digital. Profesi yang belum ada 10 atau 20 tahun lalu.
Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan Mydoremi, platform edutainment untuk anak dalam hal mengasah bakat dan kreativitas di dunia digital. Lewat metode pengumpulan data dengan target orang tua anak umur 4 – 12 tahun membuktikan kalau selain bercita cita sebagai profesional seperti dokter, arsitek, astronot, guru, atlet, atau engineer, banyak anak-anak ingin menjadi Youtuber.
Selain memberikan dukungan, sebagai orang tua tentu saja perlu memberikan fasilitas dan kesempatan anak untuk meraih cita-citanya. Tak terkecuali ketika anak mau jadi Youtuber. Lewat acara Webinar “Ayah Bunda Dukung Anak Berkreasi di Dunia Digital” yang dilangsungkan Mydoremi dalam rangka Memperingati Hari Anak Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 November 2022, Psikolog anak dan keluarga Anna Surti menegaskan bahwa ada banyak hal yang perlu dilakukan orang tua.
Apa saja?
Hal yang Perlu Dilakukan Saat Anak Mau Jadi Youtuber
1. Jangan Kaku
“Salah satu hal yang perlu dilakukan usahakan tidak membatasi anak secara kaku. Misalnya langsung bilang jangan ini, jangan itu. Nggak boleh bikin video seperti ini. Ketika banyak batasan dan tidak mengomunikasinya dan didiskusikan dengan baik, hanya akan membuat anak merasa tertekan dan bingung. Mereka tidak tahu apa yang perlu dilakukan.”
2. Berikan Batasan yang Jelas
“Jelaskan pada anak bahwa saat membuat karya perlu ada batasan yang perlu dilakukan dan diperhatikan. Mam dan Pap tentu saja perlu menjelaskan batasan yang diinginkan, misalnya tidak membuat atau mengunduh video secara spontan. Biar bagaimana pun, ada hal-hal yang memang tidak boleh dilihat oleh umum.”
3. Anak Mau Jadi Youtuber, Lakukan Pengawasan
“Sebetulnya Youtube ini kan sudah memberikan batasan usia, paling tidak anak usia 13 tahun. Artinya, untuk anak-anak yang usianya masih di bawah 13 tahun, tentu saja akun yang dimiliki harus diketahui dan perlu pendampingan orangtuanya. Orang tua perlu terlibat di seluruh proses pembuatannya. Orang tua perlu mendampingi dan melatih anak, apa yang boleh atau ingin ditayangkan anaknya.”
4. Membuat Persiapan Konten yang Matang
“Jika anak usianya masih kecil, buat tayangannya bukan bersifat spontan. Bukan tidak boleh, tetapi seperti yang kita tahu ketika sebuah tayangan bisa dilihat oleh umum akan ada banyak kemungkinan reaksi yang muncul. Kita tentu tidak ingin reaksi yang buruk yang muncul, sehingga kita perlu berusaha untuk menetralkannya tayangan yang akan dimunculkan.”
Hal lain yang tidak kalah penting, saat membuat konten video, orang tua perlu mengajak anak anak diskusi terkait persiapan yang perlu dilakukan. Misalnya, diskusikan persiapan dalam membuat konten, mau membuat video seperti apa, nanti akan memakai baju apa, lalu kemudian setting akan seperti apa. Jadi dari proses persiapan ini bisa mengajarkan anak untuk membuat strategi dan berpikir lebih panjang, Jadi anak-anak bisa paham apa yang dia lakukan, harapannya ke depannya anak juga bisa menjadi edukator.”
5. Paham dengan Fitur
“Saat anak mau jadi youtuber, salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan orang tua tentu saja bisa memahami teknologinya. Di sini orang tua perlu paham fitur yang digunakan. Misalnya, saat mengunggah video, kita bisa bisa mematikan kolom komentar. Biar bagaimana pun, akan ada kemungkinan orang-orang memberikan komentar yang buruk atau penuh kebencian sehingga membuat anak merasa down.”
6. Melakukan Evaluasi Bersama
“Saat membuat video, bisa jadi banyak peminat atau justru sebaliknya. Kalau misalnya sepi peminat dan anak terlihat kecewa, jangan lupa untuk mengingatkan anak pentingnya sebuah proses. Jangan lupa juga untuk diskusikan, apa yang kurang bagus, apa yang perlu dievaluasi sehingga karya yang dibuat selanjutnya akan lebih baik dari sebelumnya.”
7. Berikan Motivasi
“Dari sisi emisiaolan, orang tua bisa membantu mematangkan diri anak. Anak bisa belajar agar jangan gampang menyerah, anak perlu paham bahwa perlu adanya proses. Misalnya, dimulai dengan mematangkan konsep video yang akan dibuat seperti apa. Jika memang video yang sudah dibuat sepi peminat, jangan patah semangat. Anak perlu diberikan dorangan untuk tetap bisa berkreasi.”
8. Lakukan Diskusi Secara Terbuka
“Mama papa bisa mengajak anak diskusi, nih. Mau konsep seperti apa? Mau dilakukan di mana, sampai nantinya akan jadi sebuah produk seperti video. Dari sini anak juga bisa belajar untuk bersabar. Di sini anak-anak perlu didengarkan.”
9. Anak Mau Jadi Youtuber, Bantu Memunculkan Ide Baru
“Dari sisi kognitif bisa dilihat dan dialami anak ini lewat bagaimana mereka bisa terus berkreasi, bagaimana anak bisa menuangkan ide-idenya. Ini juga perlu terus dimunculkan, orang tua perlu kemampuan untuk bisa menggali ide-ide anak. Apa yang akan dituangkan dan diekspresikan oleh anak.”
10. Meningkatkan Skill dengan Mengikuti Berbagai Workshop
Saat anak mau jadi Youtuber, Mam Pap tentu saja perlu memberikan dukungan. Salah satunya bisa dilakukan dengan mengajak anak untuk mengikuti berbagai workshop untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkreasi. Salah satu wadah yang bisa dipilih adalah Mydoremi di mana anak-anak akan diajak bermain dan berlatih lewat berbagai program menarik yang ditawarkan seperti Mydoremi Youtuber Class.
Apa pun cita-cita anak, termasuk saat anak mau jadi Youtuber, keinginan ini tentu saja jangan sampai dipatahkan, ya. Mam Pap tentu saja perlu memberikan dukungan, apalagi jika si Kecil sudah memperlihatkan minat dan bakatnya sejak dini.
Hai, salam kenal 🤗, panggil saya Adis. ‘Terlahir’ jadi ibu, menjadi sadar kalau menjadi orang tua merupakan tugas seumur hidup. Meski banyak tantangan, semua tentu bisa dijalani jika ada dukungan dari lingkungan sekitar. #MamaSquads