Sering Membentak Anak? Ini 5 Cara Menjadi Ibu yang Tidak Pemarah

cara menjadi ibu yang tidak pemarah, ibu membentak anak, ibu memarahi anak

Mama bukanlah seorang pemarah. Tapi entah mengapa, jika itu berkaitan dengan anak, Mama jadi sering marah dan membentak anak. Kira-kira apa penyebabnya, dan bagaimana cara menjadi ibu yang tidak pemarah?

Marah itu Baik atau Tidak?

Suatu pagi saat sedang mempersiapkan anak berangkat sekolah, Mama mendengar si kecil mendesah dan bicara pelan sambil menggerutu.

“Ada apa?” tanya Mama penasaran.

“Aku cuma nggak suka aja sama celana (sekolah) ini!” jawab anak.

Bacaan Lainnya

“Maksudnya? Kan, tiap hari Selasa kamu memang selalu pakai itu ke sekolah,” tanya Mama lagi sambil terburu-buru mengambil sepatu anak.

“Aku nggak suka karena celananya terlalu ke atas. Aku suka pake celana yang agak ke bawah gini. Kalau kayak gini jadinya sesak!” Jelas anak sambil berusaha menurunkan celananya.

“Celanamu ini pas! Kalau terlalu ke bawah nanti jadinya kedodoran! Tuh, lihat tuh, pas kan?” kata Anda sambil menarik pinggang celananya. Dan benar, masih ada jeda sekitar 2 jari. “Mana sempit? Tuh, jari Mama saja masih bisa masuk ke dalamnya. Ini namanya pas. Sudah, sudah, sekarang ambil tasmu dari kamar! Kamu tahu kan ini sudah jam berapa, bla bla bla…”

Letupan kemarahan yang sebelumnya sudah berusaha keras Anda tahan akhirnya terlepas juga. Entah sadar atau tidak, Anda marah dan membentak anak tak karuan. Setelah anak pergi, Anda baru menyadarinya dan merasa bersalah.

Ma, marah itu boleh dan normal. Laman Raising Children menjelaskan, marah merupakan salah satu wujud emosi alamiah pada manusia. Bahkan terkadang, marah itu baik, apalagi bila tujuannya untuk membela apa yang Anda yakini.

Marah dan mengelola amarah dengan cara yang positif dan sehat juga bisa memberi kesempatan dalam memberi contoh yang baik bagi anak. Misalnya, saat Mama mengendalikan amarah dengan menarik napas dalam-dalam atau berjalan menjauh dari pemicu kemarahan. Saat itu Mama sebenarnya sedang menunjukkan kepada anak bagaimana berperilaku bijak saat marah.

Tapi marah bisa jadi negatif bila sering terjadi atau di luar kendali. Bila kehilangan kesabaran saat marah, itu hanya akan memperburuk keadaan bahkan sampai menyebabkan konflik dengan orang lain. Dan jika tidak berusaha menenangkan diri, besar kemungkinan Mama akan melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak diinginkan atau menyakiti orang lain.

Bayangkan jika yang jadi sasaran kemarahan Mama adalah si kecil? Tentunya mereka akan merasa tidak aman dan nyaman, juga perkembangan emosinya akan terganggu.

Bedanya Marah dengan Mengamuk

cara menjadi ibu yang tidak pemarah, ibu membentak anak, ibu memarahi anak

Jen Reddish, konselor terapi utama dari Canada, mengatakan, “Mengamuk adalah wujud marah yang tidak terkendali.”

“Saat amarah menguasai, Mama mengatakan pada diri sendiri bahwa Mama tidak akan membanting pintu, membentak anak, atau mengusir pasangan. Tapi kenyataannya, Mama mengamuk dan melakukan itu semua, dan tidak dapat menghentikannya,” kata Jen menerangkan.

Banyak wanita yang mengalami kesulitan di masa-masa transisi: dari single menjadi istri, dari belum punya anak kemudian punya bayi, dari ibu beranak 1 lalu punya anak 2. Menurut Jen, perubahan kondisi status dan tanggung jawab ini kadang sulit dijalani oleh beberapa ibu –ditambah lagi harus mengurus rumah tangga, pekerjaan, keluarga besar, atau lainnya. Belum lagi jika mereka membuat standar atau ekspektasi yang tinggi pada dirinya. Kalau belum mampu merealisasikannya, ibu cenderung stres dan mudah marah.

Terlebih lagi, para ibu seringkali mengesampingkan kebutuhannya sendiri. Sehari-harinya mereka kurang tidur, makan terburu-buru (bahkan melewatkan jam makan), dan masih banyak lagi.

“Dalam kondisi ini, siapapun akan kesulitan menghadapi hal-hal yang memancingnya emosi, tidak terkecuali mengamuk,” ujar Jen yang fokus membantu membantu ibu baru mengatasi masalah emosi seperti marah, mengamuk, dan rasa bersalah, agar mereka tahu cara menjadi ibu yang tidak pemarah.

Pemicu Sering Marah dan Membentak Anak

“Kenapa, sih, dia marah-marah terus?” mungkin itu yang ditanyakan orang saat melihat seseorang yang tiada hari tanpa marah. Setiap kemarahan pasti ada sebabnya, Ma.

Ibarat gunung es, kita hanya melihat yang ada di permukaan, padahal apa yang tersembunyi di dalam gunung es jauh lebih besar sehingga mampu menciptakan perasaan marah pada diri orang tersebut.

“Rasa emosi itu (apa yang ada di dalam gunung es) bisa jadi belum diproses sejak hari pertama kemarahan muncul. Tidak ada orang yang benar-benar berubah dari nol menjadi 100 dalam sekejap,” Jen menjelaskan.

Ketika sering marah dan membentak anak, bisa jadi karena anak tidak mendengarkan arahan Anda sebelumnya: “Adiknya disayang, dong. Kalau dimarahin nanti dia sedih,” “Ayo, dibereskan mainannya sekarang,” atau “Kecilkan suara HP-nya, Nak, adik sedang tidur.” Oleh karena anak tidak mendengar Anda, alhasil terjadilah apa yang Anda khawatirkan: adiknya menangis dan mainan anak masih berserakan di depan televisi.

Ayo coba, ibu mana yang bisa tahan dengan kondisi ini –apalagi jika di rumah tidak ada asisten rumah tangga atau pengasuh? Sudah bisa ditebak, pasti sulit bagi Mama untuk menahan amarah.

Tapi kata Laura Markham, psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids, sering kali pemicu amarah ibu kepada anaknya tidak berhubungan dengan anak. “Seringkali, pemicunya tidak ada hubungannya dengan anak. Tapi bisa karena habis bertengkar dengan pasangan, hari yang buruk di tempat kerja, atau masalah yang belum terselesaikan sejak masa kanak-kanak.”

Kenali Tanda-tanda Kemarahan

cara menjadi ibu yang tidak pemarah, ibu membentak anak, ibu memarahi anak, ibu menasehati anak

Tubuh umumnya akan memberi tanda-tanda awal kemarahan. Kalau mampu mengenali tanda-tanda ini, sebaiknya segera mengambil langkah-langkah untuk menghentikannya atau minimal meminimalisir untuk mengendalikannya. Tandanya meliputi:

  • Denyut jantung lebih cepat
  • Perut bergolak
  • Agitasi (merasa tegang atau rewel)
  • Napas lebih cepat
  • Wajah menegang
  • Bahu juga menegang
  • Rahang dan telapak tangan mengatup
  • Berkeringat

Begitu menyadari tanda-tanda di atas, lakukan beberapa hal untuk menenangkan diri. Seperti:

  • Menghindari pemicu amarah
  • Menenangkan pernapasan dengan menarik napas selama dua detik dan menghembuskan selama empat detik (lakukan beberapa kali hingga detak jantung melambat). Atau bisa dengan mendengarkan musik, menonton drakor atau sekadar melihat ke luar jendela.

5 Cara Menjadi Ibu yang Tidak Pemarah dengan Atasi Kebiasaan Membentak Anak

Berkomitmenlah untuk menghentikan kebiasaan sering marah dan membentak anak. Mudah kok, Ma, seperti beberapa cara menjadi ibu yang tidak pemarah yang bisa Mama coba berikut ini.

  1. Membuat jurnal

Jen dan Laura menyarankan agar Mama mencatat kapan kemarahan terjadi, dipicu oleh apa, dan masalah apa yang terjadi beberapa saat sebelum marah. Ini untuk menemukan pola dari kemarahan Mama. Misalnya, pemicunya karena anak membangkang, jelaskan juga jenis pembangkangan yang dilakukan anak dan alasan Mama membentaknya: takut perilaku itu terus ada hingga anak remaja, dewasa dan seterusnya.

“Kemampuan mengidentifikasi dan mengartikulasikan perasaan secara perlahan akan membimbing Mama untuk tidak ‘meledak’ begitu saja,” kata Laura. “Semakin Mama mengekspresikan emosi dengan jujur (dalam jurnal), semakin kecil juga kemungkinan Mama menumpuk kemarahan,” terangnya lagi.

  1. Renungkan

Salah satunya dengan cara meditasi. Teknik ini sudah terbukti mampu mengintegrasikan ketenangan pikiran ke dalam hidup seseorang. Laura merekomendasikan untuk mendengarkan meditasi harian terpandu seperti yang banyak ada banyak di beberapa channel YouTube dan aplikasi seperti Calm, Buddhify, Stop, Breathe & Think.

  1. Cari tahu apa yang dibutuhkan

Mama tidak selalu dapat mengendalikan anak, jadi berusahalah mengendalikan apa yang bisa dikendalikan, yaitu diri sendiri.

  • Usahakan selalu cukup tidur untuk meningkatkan toleransi.
  • Hindari kelaparan seharian serta makan makanan sehat yang menopang Mama lebih lama.
  • Jangan remehkan kekuatan berjalan-jalan. Udara segar dan pemandangan outdoor membantu meningkatkan suasana hati.
  • Olahraga
  1. Bicara dengan seseorang

Support system untuk ibu bekerja atau IRT, seperti dengan pasangan atau sahabat. Terkadang seseorang butuh orang lain untuk sekadar mendengar keluh kesahnya tanpa berusaha memperbaiki atau meminimalkan masalah.

  1. Cari bantuan

Mama bisa mempertimbangkan mencari bantuan dari professional, terutama bila berhadapan dengan pemicu kompleks seperti kesedihan, kecemasan, dan pelecehan, atau kemarahan yang dirasakan di luar kendali.

“Kemarahan adalah emosi sekunder, dan selalu ada yang mendasarinya. Apakah saya sedih? Apakah saya cemas? Apakah saya kewalahan? Cari tahu apa kebutuhan Mama yang tidak terpenuhi dan puaskan.” kata Jen.

Tapi Mama juga harus sadar, tidak ada perubahan yang terjadi dalam semalam. Mama harus melakukannya secara bertahap dan konsisten. Dengan begitu Mama bisa melakukan cara menjadi ibu yang tidak pemarah. Dan, Mama bisa mendisiplinkan anak tanpa membentak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

sixty four − fifty eight =