Bertengkar depan Anak, Waspadai 5 Dampak Buruknya

dampak bertengkar depan anak, konflik suami istri, anak stres melihat orang tua bertengkar

Pertengkaran dan konflik suami istri terkadang tidak bisa dihindari. Orang tua bisa bertengkar tentang banyak hal. Dari hal-hal kecil seperti saluran televisi apa yang harus ditonton hingga hal-hal penting seperti persoalan apakah mereka harus memiliki anak lagi sampai perselisihan yang menyangkut orang ketiga. Namun, hati-hati dampak bertengkar depan anak. Hal ini bisa memengaruhi perkembangan mental si kecil.

Memang, tidak semua pertengkaran orang tua perlu dihindari. Yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana cara orang dewasa menghadapi konflik ini di depan anak-anak mereka, karena tentu dapat memiliki konsekuensi yang berbeda bagi anak-anak.

 Dampak Bertengkar depan Anak

dampak bertengkar depan anak, konflik suami istri, bayi menangis melihat orang tua bertengkar

Konflik adalah bagian alami dari hubungan apa pun. Ketika sudah mempunyai anak, konflik ini kadang-kadang terpaksa harus hadir di tengah anak-anak . Anda mungkin bertanya-tanya: sejauh mana dampak konflik suami istri terhadap si kecil?

Bacaan Lainnya

Efek pertengkaran orang tua di depan anak tergantung pada frekuensi, intensitas, konteks, dan cara penyelesaiannya. Berikut beberapa dampak konflik suami istri terhadap anak yang sebaiknya kita pahami:

1. Anak stres, gangguan tidur, imunitas melemah

Pertengkaran orang tua yang marah secara intens dan sering dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada anak-anak kecil. Ketika seorang anak merasa ikut tertekan melihat orang tuanya bersitegang, tingkat hormon stres kortisol si kecil ikut melonjak.

Konflik terus-menerus menciptakan fluktuasi kadar kortisol. Jika hal ini sering terjadi efeknya akan mengganggu pola kortisol yang menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti penyusutan otak, gangguan tidur, dan sistem kekebalan yang melemah.

2. Memengaruhi kesehatan mental anak

Ketika orang tua bertengkar hebat di depan anak-anak mereka, anak itu akan menangkap ketegangan, emosi negatif, dan perasaan kecemasan yang lain.

Perasaan negatif ini akan berakibat pada munculnya masalah emosional dan masalah kesehatan mental seperti self esteem atau rasa percaya diri yang rendah, depresi, mudah marah. Dampak lainnya yang juga mungkin terjadi adalah anak punya potensi lebih tinggi untuk menyakiti diri sendiri.

bertengkar depan anak

3. Menurunkan tingkat intelektual anak

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Child Development menemukan, konflik perkawinan suami-istri merupakan sumber stres yang signifikan bagi anak-anak. Dengan menyaksikan konflik semacam itu, dapat membahayakan sistem respons stres anak-anak yang, pada gilirannya, dapat mempengaruhi perkembangan mental dan intelektual mereka.

Kesimpulan ini datang dari sebuah studi baru oleh para peneliti di Universitas Auburn, Amerika. 

Studi ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa stres mempengaruhi perkembangan sistem respons stres tubuh yang membantu mengatur perhatian, dan bahwa cara kerja sistem ini terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif.

Konflik suami istri juga akan membuat anak kesulitan untuk fokus pada pelajaran di sekolah karena mengingat kedua orang tuanya yang sedang berkonflik. Akibatnya, prestasinya di sekolah menurun.

4. Penyimpangan perilaku pada anak

Konflik yang sering terjadi juga dikaitkan dengan peningkatan masalah perilaku seperti sikap membangkang anak.

Hubungan anak dengan orang tua juga akan memburuk sebagai akibatnya. Anak-anak yang sering mengalami pertengkaran orang tua juga lebih reaktif. Ketika dihadapkan dengan konflik nanti, reaksi mereka lebih intens.

Anak-anak ini lebih rentan terhadap masalah kecemasan. Pertengkaran yang sering juga meningkatkan respons emosi anak dalam menghadapi saudara kandung dan teman sebaya di sekolah.

5. Anak mengalami trauma hingga dewasa

Emosi negatif, kecemasan, dan perasaan-perasaan emosional ini akan terekam anak. Konflik orangtua ini kemudian disimpan dalam memori anak dan dapat menjadi trauma bagi anak tersebut ketika ia tumbuh dewasa.

Trauma dan pengalaman masa lalunya bersama orang tuanya ini bisa jadi membuat seorang anak merasa takut untuk menikah, menjalin hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.

Tanda-tanda Pertengkaran Orang Tua Memengaruhi Anak

Menurut psikolog dan psikoterapis, Dr. Rashmi Prakash, orang tua yang bertengkar di depan anak terbukti dapat mengganggu perkembangan anak secara keseluruhan. Di bawah ini adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak terpengaruh oleh pertengkaran orang tuanya:

  • Anak mulai menangis atau melakukan sesuatu untuk mencari perhatian begitu dia melihat orang tuanya bertengkar.
  • Melihat orang tuanya berkelahi, anak itu menjadi sangat pendiam.
  • Si kecil terlihat ketakutan saat melihat orang tuanya saling berteriak dan membentak.
  • Anak cenderung sering berkelahi dengan teman sebayanya dan tidak akur dengan anak lain.
  • Si kecil tidak banyak bergaul dan bersosialisasi dengan anak-anak lain.
  • Anak cenderung menyalahkan dirinya sendiri ketika orang tuanya mulai bertengkar.
  • Mulai menunjukkan tanda-tanda depresi.
  • Anak berprestasi buruk di sekolah dan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
  • Si kecil kemungkinan lebih suka berada jauh dari orang tuanya.
  • Anak sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau masalah kesehatan lainnya untuk mengalihkan perhatian orang tua dari perkelahian.

Demikian beberapa dampak bertengkar depan anak, dan tanda-tanda anak terpengaruh oleh pertengkaran orang tua yang sebaiknya kita tahu. Jangan disepelekan ya, Ma!

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− one = 9