Kabar duka datang dari aktris cantik asal Taiwan, Barbie Hsu yang dikabarkan meninggal dunia pada usia 48 tahun. Kabar ini baru saja dilaporkan secara resmi pada hari Senin (3/02), melalui saudara perempuan Barbie Hsu.
Barbie Hsu Meninggal Dunia Akibat Pneumonia
Dikutip dari laman Focus Taiwan, pemeran Shan Cai dalam serial Mandarin “Meteor Garden” Barbie Hsu meninggal dunia karena komplikasi pneumonia akibat penyakit flu yang dideritanya. Kabar ini disampaikan adik perempuannya, Dee Hsu pada hari Senin (3/02).
Sang adik menceritakan kronologi meninggalnya sang kakak, yang saat itu sedang berlibur di Jepang. Ia mengonfirmasi bahwa Barbie Hsu meninggal dunia akibat pneumonia, setelah tertular influenza selama liburan Tahun Baru Imlek di Jepang.
“Seluruh keluarga kami datang ke Jepang untuk sebuah perjalanan, dan saudara perempuan saya yang paling baik hati dan tersayang, Barbie Hsu meninggal dunia karena pneumonia yang disebabkan oleh influenza, dan sayangnya meninggalkan kami,” kata Dee Hsu, melalui agennya.
“Saya bersyukur menjadi saudara perempuannya dalam kehidupan ini dan kami dapat saling merawat dan menghabiskan waktu bersama. Saya akan selalu berterima kasih padanya dan merindukannya!” lanjut Sang adik. Namun hingga saat ini, belum dikonfirmasi tanggal pasti kematian Barbie Hsu.
Punya Riwayat Penyakit Jantung
Sebelumnya dalam sebuah wawancara, Barbie Hsu sempat mengungkapkan bahwa ia memiliki riwayat prolaps katup mitral, yaitu masalah penyakit jantung umum yang terjadi ketika katup mitral tidak menutup dengan baik.
Selain itu, ibu 2 anak itu juga sempat menceritakan bahwa ia pernah hampir meninggal karena kejang saat melahirkan putranya.
Barbie Hsu meninggalkan seorang suami asal Korea Selatan, penyanyi dan DJ Koo Jun-yup, serta seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 8 tahun, buah hatinya bersama mantan suaminya, pengusaha asal Tiongkok Wang Xiaofei.
Musim Flu di Jepang, Waspada Penyebaran Mycoplasma Pneumonia
Kasus meninggalnya aktris cantik Barbie Hsu akibat pneumonia saat tengah berlibur ke Jepang meningkatkan kewaspadaan kita terhadap penyebaran penyakit yang sedang masif.
Baru-baru ini, negara Jepang sendiri sedang mengalami penyebaran Mycoplasma pneumonia dan penyakit flu musiman secara bersamaan.
Dikutip dari laman Telegraph.co.uk, sejauh ini hampir 6.000 kasus Mycoplasma pneumonia telah dilaporkan di tahun 2024 lalu. Jumlah ini mengalami peningkatan lebih dari 10 kali lipat dari tahun sebelumnya, dan jumlah tertinggi sejak tahun 1999.
Di tengah tingginya jumlah pasien Mycoplasma pneumonia yang ditandai dengan batuk terus-menerus, sejak sekitar musim gugur ini, musim influenza telah memasuki puncaknya di Jepang. Akibatnya, beberapa orang menderita kedua penyakit tersebut secara bersamaan, dan mengalami gejala berupa demam dan batuk.
Di beberapa klinik dan rumah sakit di Tokyo, influenza juga sudah menyebar dan para dokter mendiagnosis serta merawat sekitar 20 kasus positif per hari. Banyak pasien mengeluhkan sakit kepala parah dan nyeri sendi.
Jepang biasanya mengalami lonjakan kasus mykoplasma pneumonia setiap lima tahun atau lebih, tetapi para ahli khawatir dengan tingkat keparahan wabah saat ini.
Waspada Gejala Mycoplasma Pneumonia
Di sisi lain, Mycoplasma pneumonia sering kali disertai batuk yang kuat, meskipun demam jarang terjadi. Bila kedua infeksi terjadi secara bersamaan, gejalanya bisa parah, dengan demam tinggi, batuk hebat, hingga sesak napas.
Siapa yang Berisiko Lebih Tinggi?
Pneumonia mikoplasma dikenal sebagai “pneumonia berjalan”, karena masa inkubasinya yang panjang dan gejala yang relatif ringan memungkinkan pembawa untuk menyebarkan penyakit sebelum gejala penyakit muncul.
Menurut Institut Penyakit Menular Nasional Jepang, anak-anak sangat rentan terhadap penyakit pernapasan, yang menyebar melalui droplet.
Kebanyakan orang yang terinfeksi hanya mengalami gejala ringan dan akan pulih sepenuhnya. Namun, pneumonia mikoplasma dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan, rawat inap, dan komplikasi parah, seperti ensefalitis (pembengkakan otak).
Hal ini dapat memperburuk masalah pernapasan yang sudah ada termasuk asma dan fibrosis kistik, serta radang jantung dan ginjal. Dalam kasus yang jarang terjadi, hal ini dapat mengakibatkan kematian.
Menurut WHO, ada beberapa kelompok yang berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi, yaitu:
- Anak-anak berusia antara enam bulan dan di bawah lima tahun.
- Orang berusia 65 tahun ke atas.
- Orang dengan gangguan paru-paru atau kardiovaskular kronis.
- Orang yang memerlukan tindak lanjut medis rutin atau rawat inap karena penyakit metabolik kronis, gangguan ginjal, neurologis, hati, atau hematologi.
- Orang dengan imunosupresi (sistem kekebalan tubuh yang lemah).
- Anak-anak dan remaja berusia antara enam bulan dan 18 tahun yang menerima terapi aspirin jangka panjang, dan mungkin berisiko mengalami sindrom Reye – kondisi serius yang menyebabkan pembengkakan di hati dan otak – setelah infeksi influenza.
- Wanita hamil
Terkait dengan Resisten Antibiotik
Menurut data yang dirilis oleh NIID Jepang, antara 20 dan 30 persen infeksi pneumonia mikoplasma merupakan jenis yang resistan terhadap antibiotik. Meskipun hal ini sebenarnya menunjukkan penurunan insiden strain tersebut di Jepang selama 10 tahun terakhir, Jepang merupakan pengecualian regional dalam hal ini, dengan beberapa wilayah di Tiongkok melaporkan tingkat resistensi lebih dari 90 persen pada tahun 2023. Oleh karena itu, NIID menghimbau agar berhati-hati dan memantau wabah ini dengan saksama.
Cara Mencegah Infeksi saat Bepergian
Penyakit infeksi paru-paru dan flu sangat terkait dan penyebaran bisa sangat masif. Kedua infeksi tersebut utamanya menyebar melalui penularan droplet.
Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa MamPap lakukan saat bepergian:
- Menghindari kontak dekat dengan orang lain.
- Mencuci tangan secara menyeluruh dan berkala.
- Menjaga permukaan seperti gagang pintu dan pegangan tangan tetap bersih.
- Penting juga untuk tidur yang cukup.
- Tetap terhidrasi.
- Menjaga pola makan yang bergizi.
- Memakai masker.
- Berkumur dengan air garam.
Karena pneumonia mikoplasma sering kali tidak menyebabkan demam sama sekali, maka sulit untuk mengenalinya. Karena itu, jika MamPap atau si kecil mengalami beberapa gejalanya, segera periksa ke dokter meskipun tidak ada demam ya.
Semoga informasi tersebut bermanfaat. Turut berduka cita atas meninggalnya Barbie Hsu.