Bisa Cegah Kematian, Ini 7 Fakta Imunisasi Anak Menurut Dokter 

imunisasi anak, vaksin anak

Vaksin atau imunisasi merupakan salah satu tindakan preventif yang bisa melindungi anak-anak dari penyakit dan risiko kematian. Namun, masih banyak pertanyaan seputar vaksin yang masih belum terjawab. Dokter Melna Agustriani Purba, M. Sc., Sp. A, dokter anak dari Siloam Hospitals mengungkap sejumlah fakta tentang imunisasi anak yang belum banyak diketahui para orang tua.

Dalam sesi Kuliah WhatsApp bersama Parentsquads Selasa (6/08) lalu, dr. Melna berbagi informasi kepada Para Mama dan Papa komunitas Parentsquads tentang bagaimana pencegahan penyakit pada anak yang bisa dilakukan orangtua melalui imunisasi. 

Pentingnya Imunisasi Bagi Kesehatan Anak

Imunisasi adalah suatu proses di dalam tubuh agar seseorang memiliki kekebalan terhadap infeksi atau suatu penyakit tertentu. 

Mencegah Penularan Penyakit

Semua orang tentu meyakini bahwa vaksin terbukti efektif dalam mencegah penularan penyakit. Selain meningkatkan kekebalan tubuh anak untuk melawan penyakit, vaksin juga bisa mencegah anak mengalami sakit berat. 

Bacaan Lainnya

Mencegah Risiko Kematian Anak

Menurut dr. Melna, imunisasi telah terbukti dapat mencegah kematian dengan jumlah yang cukup banyak, yaitu lebih dari 2,5 juta kematian anak dapat dicegah setiap tahunnya. 

Selain dapat menjaga kesehatan anak, imunisasi memiliki dampak yang cepat bisa dirasakan dan jangkauan yang cukup luas. 

Menghemat Cost atau Biaya

Dari segi biaya, dengan imunisasi kita juga dapat menghemat biaya perawatan dan pengobatan seseorang. 

Menciptakan Kekebalan Komunitas (Herd Immunity)

“Tak kalah penting, imunisasi tidak hanya mencegah penyakit bagi diri sendiri, tetapi juga menciptakan kekebalan komunitas sehingga melindungi orang atau anak-anak di sekitarnya,” ungkap dr. Melna. 

Hal tersebut tentu meyakinkan kita bahwa imunisasi dapat mencegah terjadinya wabah dengan melindungi orang-orang di lingkungan tersebut, yang bahkan belum mendapatkan vaksin. 

Ada beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, di antaranya Hepatitis B dan Hepatitis A, TBC, polio, pneumonia, muntaber/diare, difteri, pertusis, tetanus, influenza, campak, rubella, radang otak, varisela, tifoid, dengue, hingga kanker leher rahim. 

Jadwal Imunisasi Anak Terbaru

Berikut ini jadwal imunisasi terbaru yang direkomendasikan IDAI tahun 2023: 

imunisasi anak, jadwal imunisasi 2023

Efek Samping Imunisasi pada Anak (KIPI)

Seperti semua obat, vaksin terkadang akan disertai efek samping. Umumnya, reaksi ini normal dan tidak berbahaya. 

Efek samping biasanya akan dirasakan ketika tubuh anak sedang memberi sinyal agar tubuh mereka mengenali virus vaksin itu sendiri dan membentuk antibodi guna melawan penyakit tersebut. 

Reaksi ringan atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) setelah vaksin menunjukkan bahwa/tidak selalu vaksin tersebut berhasil. Gejala-gejala tersebut merupakan tanda bahwa tubuh anak Anda membuat antibodi baru. Biasanya, reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Efek atau KIPI paling sering dan umum yang mungkin terjadi pada si kecil, antara lain:

  • Perih atau kemerahan di tempat suntikan. 
  • Sedikit bengkak di tempat suntikan. 
  • Rewel
  • Demam ringan
  • Sulit atau tidur berlebihan.

Selain itu, ada juga beberapa reaksi yang sangat jarang terjadi, seperti muntah, mengantuk, kejang, hingga kehilangan nafsu makan. Jika anak mengalami reaksi berat setelah vaksin, imunisasi selanjutnya harus dipantau dan diawasi oleh dokter ahli atau dokter anak. 

Bisakah Parasetamol Mencegah KIPI?

Beberapa orang tua mungkin kerap memberikan parasetamol terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya KIPI. 

Padahal, dr. Melna menegaskan parasetamol hanya diberikan jika anak benar-benar mengalami demam pasca imunisasi. “Jadi, parasetamol bukan untuk pencegahan. Tetapi, diberikan setelah anak demam, yaitu suhu di atas 37,5 derajat celcius dan anak sudah terlihat rewel,” tambahnya. 

Fakta-fakta tentang Imunisasi pada Anak yang Perlu Diketahui

imunisasi anak, vaksinasi anak

Dalam sesi Q&A, dr. Melna mengungkap beberapa fakta tentang imunisasi yang perlu diketahui para orang tua. Berikut beberapa fakta imunisasi pada anak. 

Kapan Anak Tidak Boleh Divaksin?

Dokter Melna menegaskan, anak tidak boleh divaksin pada saat anak mengalami sakit berat, atau pada saat anak mengalami kondisi kekebalan tubuh menurun. Misalnya, saat anak sedang mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem imun, atau pada kondisi anak yang sedang menderita kanker. 

Namun, setelah anak pulih dari sakit atau kondisinya tetap terkontrol, tetap bisa diberikan vaksinasi dengan berkonsultasi dan pengawasan khusus dari dokter. 

Apakah Ada Dampak Jika Tidak Melakukan Imunisasi Lanjutan atau Booster?

Imunisasi dasar yang sudah diberikan sebelumnya biasanya akan memberikan pertahanan pada tubuh yang bisa menurun pada fase atau waktu tertentu. Karena itu, imunisasi booster perlu diberikan kembali untuk meningkatkan lagi kadar antibodi atau pertahanan tubuh sehingga anak tidak mengalami sakit pada saat virus atau bakteri berkembang di sekitarnya. 

Apakah Anak yang Alergi Makanan Bisa Divaksin?

Prinsipnya, anak yang alergi makanan apapun, selama tidak ada keluhan atau gejala alergi ketika pemberian vaksin, maka bisa dilanjutkan. Namun jika anak sedang bergejala ketika vaksin, sebaiknya pemberian vaksin bisa ditunda. 

Bagaimana Pemberian Imunisasi pada Bayi yang Lahir Prematur?

Pada bayi yang lahir prematur, jika kondisi anak sudah dinyatakan stabil dan baik, serta sudah diperbolehkan pulang ke rumah, maka tidak ada perbedaan jadwal vaksin dengan anak yang lahir normal lainnya. 

Namun, khusus untuk pemberian vaksin Hepatitis B dosis pertama pada bayi prematur diberikan setelah anak berusia 1 bulan atau berat badan bayi minimal 2 kg. 

Apa Perbedaan Antara Vaksin Hidup yang Dilemahkan dengan Vaksin Mati?

Faktanya, vaksin hidup yang dilemahkan biasanya respon imun yang ditimbulkan akan bertahan lebih lama karena bisa bereplikasi dalam tubuh dan cukup diberikan 1 kali saja. Sedangkan, vaksin inactive akan memerlukan dosis berulang atau lanjutan (booster). 

Dokter Melna menyebutkan, keduanya memilki KIPI atau efek samping yang tidak jauh berbeda. Hanya saja, vaksin hidup yang dilemahkan biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi menyebabkan sakit ringan, dibanding vaksin inactive.

Benarkah Anak yang Divaksin Bisa 100% Terhindar dari Penyakit?

Daya proteksi vaksin memang tidak ada yang mencapai 100%. Jadi, kemungkinan terkena penyakit sebenarnya masih ada, namun biasanya gejalanya akan lebih ringan dibandingkan anak yang belum mendapat imunisasi sama sekali. 

Apa Dampak dari Imunisasi Palsu Terhadap Kesehatan Anak? 

Kabar penemuan vaksin palsu memang sempat menggemparkan publik. Dokter Melna menjelaskan, vaksin palsu tentunya tidak akan memberikan kekebalan tubuh yang optimal seperti yang diberikan oleh vaksin asli. Karena itu, vaksin palsu sudah pasti tidak akan bisa melindungi anak dari penyakit tertentu karena tidak ada antibodi yang terbentuk. 

Tentunya, hal tersebut sangat fatal karena bisa menyebabkan anak mengalami gejala yang lebih berat terhadap suatu penyakit, hingga risiko kematian. 

Selain itu, kita tidak bisa memastikan bagaimana cara pembuatan dan kandungan dalam vaksin palsu tersebut. Jadi, vaksin tersebut bisa berisiko mengakibatkan infeksi lain atau penyakit lain karena pembuatan vaksin yang tidak aman sesuai standar. 

Itulah beberapa fakta tentang imunisasi pada anak yang dijelaskan oleh dr. Melna Agustriani Purba, M. Sc., Sp.A, dalam Kuliah WhatsApp (Kulwap) Parentsquads. Semoga informasi ini menjawab semua pertanyaan MamPap, ya. 

****

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

÷ 1 = ten