Gejala alergi pada anak sering disepelekan. Padahal, menurut Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, Sp.A(K) dari Divisi Alergi Imunologi Anak, Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo menyebutkan, jumlah kasusnya terus meningkat, yaitu hingga 10-20% dari populasi. Jumlah kasus alergi yang sembuh pun tidak bisa mengimbangi jumlah kasus alergi baru.
Padahal selain bisa menghabiskan banyak biaya, penyakit alergi juga bisa berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas seorang anak di masa depan, lho, MamPap. Karena itu, masalah alergi pada anak jangan disepelekan.
Apa itu Alergi?
Alergi adalah penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap protein asing yang bagi individu lain tidak berbahaya.
Biasanya, tubuh manusia mempertahankan diri terhadap hal-hal berbahaya seperti virus atau bakteri. Namun terkadang pertahanannya menyerang sebagian besar hal-hal ringan, seperti debu, jamur, atau serbuk sari.
Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, Sp.A(K) menjelaskan bahwa kasus alergi berkaitan dengan sel darah putih yang disebut sebagai sel mast. Ketika seseorang memiliki alergi, tubuh menganggap alergen tersebut berbahaya.
Tubuh kemudian menyerang alergen dengan antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). Antibodi ini melekat pada sel mast. Alergen menempel pada antibodi. Hal ini membuat sel mast melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan reaksi alergi tertentu.
“Kalau menempel di kulit, bisa eksim. Kalau menempel di saluran napas, bisa pilek, batuk, asma, dan sebagainya. Kalau menempel di saluran cerna bisa diare, kolik, dan sebagainya,” jelas Prof. Anang dalam diskusi media bersama IDAI.
Jenis Alergi pada Anak
Jenis alergi pada anak umumnya ada beberapa golongan, termasuk:
- Makanan, seperti susu sapi (atau protein susu sapi), telur, ikan, kerang, kacang tanah, kedelai, gandum, wijen.
- Alergi tungau/debu rumah yang umum terjadi di negara tropis seperti Indonesia.
- Serbuk sari
- Hewan peliharaan, biasanya dari bulu hewan.
- Alergi sengatan serangga
- Obat-obatan, seperti antibiotik dan beberapa obat bebas.
- Bahan kimia, seperti kandungan tertentu dalam deterjen dan kosmetik.
Gejala Alergi pada Anak yang Kerap Diabaikan
Reaksi alergi bisa dirasakan pada anak di bagian tubuh mana saja, termasuk kulit, mata, perut, hidung, sinus, tenggorokan, dan paru-paru. Reaksi alergi dapat menyebabkan:
- Hidung tersumbat, bersin gatal dan pilek.
- Gatal di telinga atau langit-langit mulut.
- Mata merah, gatal dan berair.
- Kulit merah, gatal, dan kering.
- Biduran
- Gejala asma, seperti sesak napas, batuk, dan mengi.
- Reaksi alergi yang parah dan mengancam jiwa (anafilaksis), dapat menyebabkan kesulitan bernapas, muntah, diare, pingsan, atau kematian.
Kapan Orang Tua Harus Curiga?
Beberapa gejala alergi pada anak hampir sama dengan gejala penyakit lain seperti infeksi, sehingga MamPap seringkali bingung menentukannya apakah anak menderita alergi tertentu.
Prof. Anang menyarankan agar Mama dan Papa harus mulai mencurigai anaknya mengalami alergi jika anak menderita sakit yang tak kunjung sembuh, berulang, dan ada riwayat alergi dalam keluarga.
“Walaupun berbeda-beda gejalanya, biasanya gejala alergi pada anak berlangsung cukup lama dan tak kunjung sembuh. Kalau pun sembuh, gejala akan sering berulang dengan penyebab yang sama, misalnya setelah mengkonsumsi makanan tertentu, berada di dekat hewan berbulu, atau terpapar debu rumah.
Nah, dugaan alergi itu bisa semakin kuat jika ada kerabat dekat yang memiliki riwayat alergi, misalnya ayah, ibu, saudara kandung, kakek, atau nenek, dan sebagainya,” jelas Prof. Anang.
Bagaimana Cara Membedakan Anak Alergi atau Infeksi?
Prof. Anang menjelaskan, ada 3 hal yang bisa Mama dan Papa perhatikan untuk membedakan alergi dan infeksi, yaitu:
- Apakah disertai demam?
- Apakah gejala lebih dominan dirasakan di siang hari dibanding pagi atau malam?
- Apakah riak atau ingus kental atau berwarna?
“Kalau semua jawabannya tidak, tidak ada demam, siang tidak lebih parah, dan ingusnya tidak kental berwarna, itu murni alergi. Kalau sudah ada demam, itu artinya ada infeksi”.
Faktor Risiko Alergi
Alergi pada anak berpola yang kompleks, dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup.
Namun, faktor genetik disebut lebih besar memiliki risiko alergi, namun alasan pastinya belum dipahami. Jika kedua orang tua alergi, maka anak akan berisiko mengalami alergi 50-60%. Risiko tersebut akan meningkat hingga 80% jika mengalami jenis alergi yang sama. Namun, jika hanya salah satu orang tua yang mengalami alergi, maka anak akan berisiko mengalami 20-40% kasus alergi.
Bagaimana Mengetahui Jenis Penyebab Alergi pada Anak?
Untuk memastikan penyebab alergi, MamPap harus melakukan pantang makan atau eliminasi makanan yang dicurigai selama 3 minggu.
Bila dalam 3 minggu secara konsisten gejala menghilang, harus dilanjutkan dengan mengkonsumsi kembali susu sapi (provokasi) setiap hari selama 1 minggu.
Bila dalam 1 minggu masa provokasi gejala timbul lagi boleh dikatakan bahwa si anak memang alergi terhadap makanan tersebut.
Cara memastikan bahwa si anak alergi, MamPap juga bisa melakukan tes alergi, misalnya dengan cara uji kulit atau pemeriksaan laboratorium.
Perawatan Anak Alergi
Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum si Kecil. Hal ini juga tergantung pada seberapa parah kondisinya.
Ada 3 cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah menghindari alergen, suntikan alergi (imunoterapi), dan pengobatan. Menghindari berarti menjauhi sesuatu yang menimbulkan reaksi alergi.
Dampak Alergi Bagi Masa Depan Anak
Alergi pada anak berdampak sangat signifikan, baik secara fisik maupun psikologis, karena mengganggu kualitas hidup anak serta keluarga mereka.
-
Dampak Finansial
“Alergi tidak hanya menimbulkan penderitaan, tetapi biaya juga. Karena dia akan tergantung obat,” jelas Prof. Anang.
-
Gangguan pada Otak
Prof. Anang menyebutkan, alergi yang kronis dan berulang juga bisa menimbulkan peradangan sel pada otak. Sehingga kapasitas pertumbuhan sel otak bisa terhambat. Dampaknya, di masa depan bisa terjadi beberapa gangguan fungsi pada otak.
“Anak bisa mengalami suasana hati yang negatif, kelelahan, perubahan kognitif, kecemasan, hingga terputus dari hubungan sosial”.
-
Gangguan Kecerdasan dan Perkembangan Anak
Alergi pada anak yang tidak bisa ditangani, dapat menyebabkan peradangan terus menerus sehingga mengganggu proses kecerdasannya dan mengganggu produktivitas seorang anak.
-
Timbulnya Penyakit Lain
Peradangan yang terus menerus di masa kecil akibat alergi juga bisa menimbulkan penyakit lain yang diteruskan, seperti diabetes, kardiovaskuler, neurodegeneratif, hingga kanker di masa depan.
Jadi, alergi pada anak harus cepat dikenali, mengingat dampaknya yang dapat memengaruhi masa depan. Jika sudah dikenali, bisa cepat dilakukan eliminasi dan pengobatan sesuai gejala alergi pada anak agar tidak menimbulkan penyakit di kemudian hari. Semoga bermanfaat, Mama dan Papa.
Partner terpercaya dan teman perjalanan parenting para orang tua agar bisa memberikan keamanan yang anak-anak butuhkan untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu mewujudkan impiannya.