Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di kembali melonjak. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar kasus DBD yang cukup parah disebabkan karena tidak terdeteksinya gejala awal DBD.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah kumulatif kasus konfirmasi DBD hingga Februari 2024 yakni sekitar 16.000 kasus dengan kasus kematian sebanyak 124 pasien. Kemenkes juga menjelaskan, kelompok usia yang rentan terjangkit penyakit DBD ini adalah anak-anak berusia 5-14 tahun.
Di tengah lonjakan kasus demam berdarah ini, kita perlu mengantisipasi, yaitu dengan memahami apa saja gejala awal beserta penanganan pertama DBD.
Gejala Awal DBD
Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan, pada kasus di tingkat lebih rendah, disebabkan oleh nyamuk dari spesies Ae. albopictus.
DBD menyebabkan spektrum penyakit yang luas. Ini dapat berkisar dari penyakit subklinis (orang mungkin tidak tahu bahwa mereka bahkan terinfeksi) hingga gejala mirip flu yang parah pada mereka yang terinfeksi.
Laman kesehatan WHO menerangkan, sebagian besar kasus demam berdarah tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala ringan, namun dapat bermanifestasi sebagai penyakit parah seperti flu yang menyerang bayi, anak kecil dan orang dewasa, tetapi jarang menyebabkan kematian.
Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari usai mengalami gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Badan Kesehatan Dunia WHO mengklasifikasikan demam berdarah menjadi 2 kategori utama: demam berdarah (dengan/tanpa tanda-tanda peringatan) dan demam berdarah parah.
Subklasifikasi DBD ini dirancang untuk membantu praktisi kesehatan melakukan triase pasien untuk masuk rumah sakit, memastikan observasi ketat, dan meminimalkan risiko berkembangnya demam berdarah yang lebih parah.
Demam berdarah harus dicurigai bila terjadi demam tinggi (40 °C) disertai dengan 2 gejala berikut selama fase demam (2-7 hari):
- Sakit kepala parah
- Sakit di belakang mata
- Nyeri otot dan sendi
- Mual dan Muntah
- Pembengkakan di kelenjar getah bening
- Ruam merah di kulit
Gejala DBD parah
Kasus DBD yang parah adalah komplikasi yang berpotensi fatal, karena kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan hebat, atau kerusakan organ. Demam berdarah yang parah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi jika tidak ditangani dengan tepat.
Tanda-tanda peringatan yang harus diwaspadai meliputi:
- Sakit perut parah
- Muntah terus menerus
- Pernapasan cepat
- Gusi atau hidung berdarah
- Kelelahan
- Gelisah
- Badan terasa dingin
- Merasa haus terus menerus
- Terdapat darah dalam muntah
Jika pasien menunjukkan gejala ini selama fase kritis, perlu dilakukan observasi ketat selama 24-48 jam berikutnya. Ini sangat penting sehingga perawatan medis yang tepat dapat diberikan, untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian. Pemantauan ketat juga harus dilanjutkan selama fase pemulihan.
Penanganan Pertama DBD
Agar bisa ditangani dengan baik, pasien DBD harus beristirahat, tetap terhidrasi dan segera mencari bantuan medis. Tergantung pada kondisi klinis pasien, pasien dapat menjalani rawat jalan atau dirujuk untuk dirawat di rumah sakit.
Dilansir WHO, perawatan suportif seperti penurun demam dan penghilang rasa sakit dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala, seperti nyeri otot, serta demam. Pilihan terbaik untuk mengobati gejala ini adalah asetaminofen atau parasetamol.
NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), seperti ibuprofen dan aspirin harus dihindari. Obat antiinflamasi ini bekerja dengan mengencerkan darah, dan pada penyakit dengan risiko perdarahan, pengencer darah dapat memperburuk kondisi pasien. Bila sudah muncul gejala parah, segera bawa ke dokter atau IGD untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Jangan sepelekan gejala awal DBD, ya Ma. Segera periksakan ke dokter bila si kecil mengalami gejala-gejala di atas.