Tidak hanya orang dewasa, masturbasi nyatanya memang bisa dilakukan anak-anak bahkan bayi berusia 3 bulan. Dalam istilah medis, self stimulation behaviour yang dikenal dengan sebutan gratification disorder ini dapat dilakukan anak-anak tanpa sengaja.
Kepada Parentsquads, dr. Arie Sulistyowati, M.Sc., Sp. A, Subsp. Neuro, Spesialis Anak Subspesialis Neurologi dari Rumah Sakit Pondok Indah mengatakan, “Ada case gratification disorder yang dialami anak-anak 12-14 bulan bahkan usia 3 bulan, kita yakin akan seumur itu kan belum paham soal masturbasi ya.”
Pertanyaan selanjutnya, apakah masturbasi yang dilakukan anak-anak ini merupakan perilaku normal dan tidak membahayakan tumbuh kembang anak khususnya di area otaknya? Berikut kutipan wawancara eksklusif Parentsquads dengan dr. Arie Sulistyowati, M.Sc., Sp. A, Subsp. Neuro.
Dok, bisa dijelaskan apa yang dimaksud dengan gratification disorder?
Pernah mendengar masturbation infantil? Sebenarnya sama dengan masturbation infantil, tetapi saat ini memang telah disepakati namanya gratification disorder. Secara definisi itu. Ini bisa diartikan sebagai self stimulation behaviour, gerakan yang secara tidak sadar melakukan masturbasi. Tapi ini dilakukan oleh anak-anak yang memang tidak atau belum paham kalau ini sebenarnya adalah gerakan masturbasi.
Gerakannya itu seperti apa, sih, dok?
Gerakannya ini bisa terlihat seperti kejang, ya. Jadi anak meluruskan kaki dan tangannya. Orang yang kalau tidak mengerti memang terlihat seperti kejang. Ketika meluruskan kaki, anak ini terlihat seperti kejang, namun setelah itu jadi lemas. Pada saat ini anak akan merasakan adanya kenikmatan.
Sebab pada saat itu otak memberikan dopamin, ada efek senang yang muncul. Tapi anak tidak paham kalau itu tuh sebenarnya masturbasi. Pada saat anak menahan kakinya atau menjepitkan kakinya, ia merasa enak.
Tapi ini tidak diinginkan secara khusus, yah. Berbeda dengan orang dewasa, yang masturbasi dilakukan secara sengaja. Pada anak yang melakukan gratification disorder, mereka tidak paham dan tidak sengaja, tetapi ketika melakukannya anak itu menemukan kesenangan.
Apakah gratification disorder ini normal dilakukan anak-anak?
Normal terjadi, jadi bukan berarti anak-anak yang melakukan gratification disorder ini mengalami kelainan. Ini normal behaviour, sama saja seperti anak toddler yang mengalami tantrum, yang tidak wajar itu kan ketika tantrum ada keinginan melakukan sesuatu yang berbahaya. Jadi sebenarnya gratification disorder ini tahapan perilaku normal pada anak, bukan merupakan penyakit tertentu. Tapi memang pada kasus tertentu kita bisa melihatnya lebih sering, misalnya pada anak autis, ASD.
Kenapa anak dengan autis cenderung lebih sering, dok?
Karena anak autis ini kan ada repetitive behaviour. Ketika anak merasa nyaman dan senang, ia akan melakukan gerakan secara berulang. Sebenarnya anak autis ini juga tidak maksud untuk masturbasi sendiri tetapi bisa saja anak ini akan memasukan tangan ke celana lalu memainkan penisnya, ini bisa terjadi di ruang tunggu dokter.
Buat orang awam yang belum paham, bisa melihatnya aneh dan dianggap anak ini kurang pendidikan dari orang tuanya. Apalagi mengingat kultur kita ya. Jadi memang akan lebih susah pada anak autis. Mereka lebih sering melakukannya dan penangannya juga akan lebih susah.
Biasanya dilakukan pada usia berapa, dok?
Sebenarnya paling sering early childhood sampai usia 6-7 tahun. Bukan berarti tidak ada yang lebih besar, bisa saja jadi dialami ketika anak memasuki usia remaja, usia 13-14 tahun. Saya sendiri pernah melihat yang lebih besar. Tapi ini memang terjadi pada anak autis, ya. Ini juga bisa berkaitan dengan usia anak-anak preteen di mana hormon mereka sudah makin naik dan berkembang, tetapi pada anak autis secara kognitif mereka belum berkembang.
Bagaimana cara orang tua bisa membedakan antara kejang dan gratification disorder?
Buat membedakan sebenarnya pada saat anak terlihat kejang, kaki lurus, kaku, tangan lurus, mata kosong. Pertama bisa panggil nama dulu tanpa adanya ada sentuhan, Jika belum merespon, coba tepuk-tepuk, baru setelah itu rangsang nyeri dengan cara dicubit.
Kalau sudah diberikan rangsang nyeri, anak kemungkinan besar akan memberikan respon. Bisa dilihat dari suara atau respon ketika dicubit, tangan atau kakinya dihentakan atau ditarik. Sementara kalau kejang, anak tidak akan tidak akan merespon.
Sebenarnya apa penyebab gratification disorder?
Sebetulnya tidak ada yang dikatakan sebagai patofisiologi tertentu, cuma prinsipnya adalah ketika anak melakukannya bikin mereka happy. Merespon otak bikin dopamin tinggi, ini direspon oleh tubuh kita. Tubuh kan jadi rileks dan nyaman, mungkin yang dirasakan anak seperti ini sehingga mereka bisa mengulang untuk melakukan kesenangan yang sama.
Apakah ada kerusakan pada sistem otak bagian manajemen fungsi emosi?
Penelitiannya juga tidak ada kok. Ini kebiasaan perilaku saja. saya menganggap konsepnya pada saat kita mau melatih anak toilet training. awalnya anak kan tidak tahu kalau berkemih atau buang air besar di celana ini tidak boleh, makanya anak perlu kita latih.
Anak hanya tahu, saat berkemih atau buang air besar itu jadi nyaman. Nah, yang diperlukan memang behavior therapy, di-stop aja, tidak perlu dimarahi. Alihkan pada sesuai yang membuatnya anak happy, mereka itu kan seeking happiness, ya.
Meski tidak ada pencetus, gratification disorder ini bisa terjadi?
Bisa saja lagi bengong di rumah, lalu melakukannya, jadi memang tidak ada pencetusnya. Dari penelitiannya, sebenarnya tidak ada preferensi tertentu. Anak usia 3 bulan sampai 3 tahun, bisa melakukannya. Sementara di usia ini kan mereka tentu belum paham, ya.
Tetapi, kalau anak yang sudah remaja memang biasanya lebih sering dilakukan anak dengan autis. Kalau membahas anak dengan autis ini bisa berbeda lagi karena pada anak autis ini, ekspresi hormonalnya bisa dalam bentuk gratification disorder atau yang lainnya.
Meskipun normal, ketika anak melakukannya perlu tidak untuk menghentikannya?
Sebenarnya ini akan tergantung dari value keluarga masing-masing. Ada kultur yang menganggap ini mengganggu. Tapi memang bisa alihkan. Kalau di luar negeri ini sesuatu yang biasa karena memang kan juga tidak mengganggu siapa-siapa. Namun di Indonesia sendiri, publikasi tentang gratification disorder ini memang jarang terjadi, ya.
Tetapi kenapa kita perlu paham, karena untuk menghindari miss diagnosis. Kan kasihan ya. Saat orang tua datang dan bilang kalau anaknya mengalami kejang, tetapi saat dilihat videonya ternyata bukan, tapi gratification disorder.
Saat melihatnya, memang perlu diputus atau dialihkan. Kalau anak butuh dopamin sesuatu yang menyenangkan, bisa kasih hal lain yang menyenangkan buat anaknya. Buat anak-anak ini tidak ada masalah kok. Kadang pada saat akan melakukannya, ekspresinya bisa seperti dewasa masturbasi, terengah-engah, kejang, muka merah, ini karena dopamine anak memang sedang tinggi. Jadi langsung alihkan saja
Ada case gratification disorder ini dialami anak-anak 12-14 bulan, kita yakin akan seumur itu kan belum paham soal masturbasi ya. Ini bisa diputus dengan behaviour therapy. Kalau dihentikan juga sebenarnya tidak apa-apa, tidak akan berpengaruh ke pusat otaknya.
Pesan saya, nggak usah panik kalau menemukan anak perilaku seperti ini. Jangan langsung di-judge kalau anak itu kurang adab. Mungkin ya karena belum paham. Untuk memastikan ini bentuk gratification disorder atau kejang, jangan lupa videokan, lalu bawa ke dokter anak untuk memastikannya. Kadang, kalau saat ke dokter hanya memberikan deskripsi, bisa kurang jelas. Jadi lengkapi dengan video untuk menghindari salah diagnosis.
Hai, salam kenal 🤗, panggil saya Adis. ‘Terlahir’ jadi ibu, menjadi sadar kalau menjadi orang tua merupakan tugas seumur hidup. Meski banyak tantangan, semua tentu bisa dijalani jika ada dukungan dari lingkungan sekitar. #MamaSquads