5 Cara Menumbuhkan Kemampuan Lifelong Learning pada Anak, MamPap Perlu Tahu

Kemampuan Lifelong Learning

MamPap, pernah nggak menghadapi si Kecil mogok sekolah? Merasa sekolah atau proses belajar bukan hal yang menyenangkan? Kondisi seperti ini tentu saja membuat khawatir, ya. Biar bagaimana pun kemampuan untuk terus belajar sepanjang hayat atau kemampuan lifelong learning tentu menjadi penting bagi setiap individu, termasuk anak-anak. 

Pertanyaan selanjutnya, apa yang perlu kita lakukan agar anak memiliki kemampuan untuk terus belajar sepanjang hayat atau kemampuan lifelong learning?

Kemampuan Lifelong Learning

Tidak bisa dipungkiri, persaingan di masa depan yang kiat berat, ditambah lagi dengan dunia yang kita tinggali sekarang penuh dengan perubahan. Baik dalam bidang teknologi, ekonomi, hingga sosial, yang menuntut semua individu untuk bisa beradaptasi. Maka, menumbuhkan belajar sepanjang hayat sejak dini diperlukan karena memiliki peran penting untuk anak di masa depan.

Bacaan Lainnya

Hal ini pulalah yang ditegaskan Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog. Ditemui di acara talkshow “From Childhood to Career: The Power of Lifelong Learning” yang digagas Gentem Indonesia Lifelong Learning Group, ia menegaskan bahwa membantu anak untuk sukses  tidak lagi hanya berpatokan pada IQ (Intellectual Quotient). Di masa kini, kecerdasan harus mencakup kemampuan beradaptasi, ketahanan mental, dan soft skills agar anak dapat berkembang di tengah perubahan yang begitu cepat. 

“Di samping kecerdasan secara intelektual, nyatanya dewasa ini yang dibutuhkan anak-anak adalah kemampuan beradaptasi, resiliensi emosi, serta soft skill dan life skill,” ujar Anastasia.

Apa Itu Kemampuan Lifelong Learning?

Kemampuan Lifelong Learning

Di sesi talkshow, Anastasia memamparkan bahwa lifelong learning merupakan kemampuan anak untuk bisa melewati proses belajar yang berlangsung sepanjang hidup, tidak terbatas pada pendidikan formal di sekolah, tetapi juga mencakup pembelajaran dari pengalaman sehari-hari, interaksi sosial, serta eksplorasi mandiri terhadap berbagai bidang ilmu dan keterampilan. Dengan lifelong learning, anak bisa terus mengembangkan diri, memperbarui pengetahuan, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

“Kadang kita sebagai orang dewasa sering kali fokus dengan hasilnya saja. Pengasuhan kita dulu juga mungkin seperti itu. Padahal, proses belajar yang dilihat sebatas black and white,  seperti ini sebenarnya justru menyulitkan anak untuk bisa beradaptasi di kemudian hari, kenapa? Karena otak anak itu  belum apa-apa merasa nggak aman, mereka  merasa nggak secure. Padahal dalam konteks resiliensi, anak itu butuh rasa aman dulu.” 

Lebih lanjut, Anastasia menegaskan lifelong learning memang berkaitan erat dengan resiliensi anak, hal ini dikarenakan proses belajar yang berkelanjutan membentuk pola pikir dan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan dengan lebih baik. Resiliensi bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bangkit dari kesulitan, bagaimana menghadapi tantangan, dan tetap berkembang meskipun menghadapi tekanan atau kegagalan. 

Lifelong learning berperan penting dalam membangun resiliensi anak karena membiasakan mereka untuk menghadapi tantangan dengan cara mencari solusi, belajar dari kesalahan, dan terus mencoba. Dengan demikian, anak tidak mudah menyerah saat menghadapi hambatan dan lebih siap menghadapi berbagai situasi yang tidak terduga di masa depan.

Cara Menumbuhkan Kemampuan Lifelong Learning Anak

Menumbuhkan kemampuan anak untuk terus belajar sepanjang hayat atau lifelong learning tentu bukan pekerjaan mudah yang bisa dilakukan satu dua hari. Mengingat orang tua memiliki peran besar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sejak anak usia dini. 

1. Memberikan Rasa Aman

Kemampuan Lifelong Learning

Anastasia menekankan, salah satu pondasi utama yang perlu dilakukan adalah memberikan rasa aman pada anak. “Misalnya saat anak menggambar, kita bisa tanya lebih dulu, ‘Ini gambar apa? Maksudnya gambarnya seperti apa?’ Jadi jangan sampai gambar anak di-gudge ini itu, tapi ditanya dulu. Nah, dari sini kemauan anak untuk bisa berkembang dan untuk terus mencoba akan muncul, di sinilah proses life long learning itu dapat.”

2. Diakui atau Diperhatikan Secara Emosional

Menurut Anastasia, kemampuan lifelong learning pada anak bisa tumbuh saat anak merasa ‘dilihat dan diperhatikan’. Sebab, ketika anak merasa diperhatikan dan diapresiasi oleh orang tua atas usaha belajarnya, mereka lebih cenderung memiliki motivasi intrinsik untuk terus belajar. 

Sebaliknya, jika mereka merasa diabaikan atau usaha mereka dianggap remeh, semangat belajar bisa menurun. Dari sini, rasa percaya diri anak bisa berkembang dengan baik. Selain itu, anak yang merasa dilihat dan didengar akan lebih percaya diri dalam mengeksplorasi hal-hal baru. Mereka tidak takut untuk bertanya, mencoba, atau bahkan tidak takut gagal karena tahu bahwa orang tuanya tetap mendukung mereka.

3. Melatih Anak untuk Memiliki Kemampuan untuk Bisa Berkolaborasi 

Kolaborasi sangat penting dalam menumbuhkan lifelong learning pada anak karena melalui interaksi dengan orang lain, anak bisa belajar lebih efektif, membangun keterampilan sosial, dan mempertahankan motivasi belajar. Selain itu, kemampuan anak dalam berkolaborasi juga memungkinkan anak untuk melihat berbagai perspektif dan mencari solusi bersama. Saat berdiskusi atau mengerjakan proyek kelompok, mereka belajar bagaimana menganalisis masalah, mengajukan pertanyaan, serta mengembangkan ide-ide kreatif.

4. Memastikan Anak Memiliki Soft Skill dan Life Skill Sesuai dengan Usianya

Untuk menjadi lifelong learner, anak membutuhkan berbagai soft skills dan life skill yang membantu mereka dalam proses belajar, beradaptasi, dan berkembang sepanjang hidupnya. Life skill yang dimaksud termasuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengerjakan tugas domestik, manajemen waktu, kemampuan untuk mengambil keputusan, rasa empati, hingga kemampuan berkomunikasi. 

“Soft skill dan life skill untuk bisa bertahan hidup sangat diperlukan. Beberapa klien saya, ada beberapa kasus yang anaknya sudah kuliah di luar negeri, tapi masak nggak bisa, terkait dengan dengan issue kesehatan mental, anak-anak ini juga nggak tahu mau ngapain atau harus bagaimana saat stres. Jadi memilih untuk mengurung diri aja di kamar. Sampai ada beberapa kasus, anak-anak ini harus ditarik pulang karena dari sisi resilient mereka belum cukup. Untuk mandiri sekolah di luar negeri ternyata belum siap.”

5. Memberikan Kesempatan dan Fasilitas untuk Mengembangkan Potensi 

Memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengembangkan potensi anak merupakan langkah penting yang dapat membantu mereka menjadi lifelong learner. Melalui berbagai kesempatan yang diberikan, anak dapat menemukan apa yang mereka sukai dan minati. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan semangat belajar yang berkelanjutan karena anak akan lebih termotivasi untuk mendalami hal-hal yang mereka sukai dan merasa memiliki tujuan dalam belajar.

Ketika orang tua memberikan fasilitas untuk belajar, anak belajar bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas di sekolah, tetapi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Misalnya, dengan memberikan anak kesempatan belajar belajar mandiri di luar jam sekolah di Gentem Indonesia Lifelong Learning Group, sebuah pusat pendidikan terintegrasi berbasis konsep “lifelong learning”, sehingga mendukung pembelajaran sejak usia dini hingga dewasa. 

Gentem Center menghadirkan brand-brand pendidikan ternama seperti Wall Street English, CuriooKids, dan Indies. Layanan pendidikan yang disediakan dipersonalisasi sehingga dapat mendukung tumbuh kembang dan bakat tiap-tiap individu. 

Setelah Cikarang dan Bintaro, saat ini Gentem Center telah hadir di  di Neo Soho Mall.  “Melalui dukungan yang memfokuskan pada potensi pengemabangan profesional dan CuriooKids yang memfokuskan pada potensi anak-anak sejak dini, kami percaya Gentem Center akan menjadi pendorong perubahan positif bagi generasi saat ini dan masa depan,” ujar Founder Gentem Indonesia Lifelong Learning Group, Kish Gill.

Dengan beberapa upaya di atas, semoga kemampuan lifelong learning semakin berkembang, ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

sixty three − = fifty three