Lakukan Ini untuk Mencegah Anak Jadi Pelaku ataupun Jadi Korban KDRT

pelaku KDRT

MamPap tentu saja setuju bahwa lingkungan rumah yang hangat secara emosional sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, terutama pada ranah sosial-emosional. Hal ini bahkan mampu mencegah anak menjadi pelaku KDRT.

Sampai saat ini kekerasan di dalam rumah tangga masih menjadi issue yang hangat untuk dibahas. Sebab, tindak KDRT ibarat fenomena gunung es di mana kasus yang terungkap masih sedikit, padahal kejadian yang sebenarnya masih banyak terjadi.

Hal ini memang disebabkan multi faktor, termasuk banyak korban KDRT dan lingkungan terdekatnya yang memilih untuk diam. Hal inilah yang kemudian membuat lingkaran KDRT sulit untuk terputus.

Namun yang pasti, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah anak menjadi korban ataupun pelaku KDRT ketika membangun relasi romantis dengan pasangannya.

Bacaan Lainnya

Dhisty Azlia Firnady, M.Psi., Psikolog, Psikolog Anak dan Remaja dari Ruang Mekar Azlia berbagi tips untuk para orang tua, langkah apa yang saja yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah anak menjadi korban ataupun pelaku KDRT.

Pola Asuh untuk Mencegah Anak Jadi Korban/ Pelaku KDRT

1. Mengedepankan Relasi yang Sehat

pelaku KDRT

Hal utama yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa anak tumbuh dan mendapatkan ruang aman. Dalam hal ini relasi yang sehat dalam keluarga tentu menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Dengan relasi yang sehat, anak akan bisa belajar dan melihat contoh yang kongkret bagimana relasi romantis antara orang tua dibangun.

Anak akan melihat hubungan orang tuanya sebagai proyeksi dalam membangun hubungan dengan orang lain pada masa mendatang. Melalui interaksi orang tuanya, anak akan menilai bagaimana cara laki-laki dan perempuan berinteraksi. Di mana anak bisa dampatkan contoh bagaimana cara berkomunikasi yang baik meskipun di dalam situasi yang sulit, saling mendukung dan memberikan respek satu sama lain meskipun memiliki pandangan yang berbeda.

2. Hindari Tindakan Kekerasan

Ingat, anak belajar dari orangtuanya. Bagaimana orangtua merespons emosi anak, menyelesaikan masalah dan berkomunikasi akan dicontoh oleh anak. Jika orang tua berteriak-teriak dan memukul saat marah, anak hanya tahu cara itu yang bisa dilakukan untuk meredakan kemarahan. Sebab itu, penting bagi orang tua untuk mengenal diri dan selalu mengupayakan perbaikan dalam dirinya. 

3. Ajarkan Anak Mengenal dan Memahami Emosi

pelaku KDRT

Jangan anggap emosi itu sesuatu yang tabu dan sepele. Anak bisa dan BOLEH merasakan emosi. Jadilah wadah bagi anak saat ia dipenuhi emosi tak menyenangkan. Terima perasaan anak. Ajari ia cara mengekspresikan emosi yang baik (melabel emosi, utarakan sebab emosi, tidak melakukan kekerasan). Misalnya, “Nak, kamu sedih banget ibu larang ya. Nggak papa ibu paham, tapi tidak pukul ibu ya. Sakit”.” 

4. Perkuat Kelekatan Emosional antara Orang Tua dan Anak

Perkuat kelekatan emosional antara anak dan orangtua, sehingga anak dapat tumbuh dengan perasaan dirinya disayang, berharga, dan aman. Anak dengan kelekatan emosional yang sehat dengan orang tuanya mampu mengelola emosi dengan lebih baik di masa dewasanya kelak. Kelekatan emosi bisa dibangun melalui ekspresi rasa sayang lewat kata, sentuhan, memberi umpan balik yang membangun, dan pola aturan yang konsisten. 

5. Bangun Komunikasi Dua Arah

Orang tua juga perlu menjadi teman bagi anak, bangun kepercayaannya pada kita. Biasakan komunikasi dua arah yang sehat dan  jadilah pendengar aktif. Kadang kala sebagai orang tua hanya ingin didengar saja, padahal kita juga perlu belajar mendengarkan anak. Dari sini, anak juga dapat terbuka dan mengandalkan orang tua saat ada masalah. 

6. Tumbuhkan Empati pada Diri Anak

pelaku KDRT

Latih anak menjadi pribadi yang berempati dan sensitif pada orang lain. Mulai dari membiasakan sharing sejak kecil, mengidentifikasi emosi orang lain, melakukan kegiatan prososial, diskusi tentang fenomena sosial, dan sebagainya.

7. Stop Budaya Patriarki

Upaya penting untuk mencegah anak menjadi korban ataupun pelaku KDRT adalah menghindari budaya patriarki. Ini menjadi langkah penting dalam membentuk generasi yang lebih adil dan setara gender.  Anak perlu diberikan pemahaman bahwa baik perempuan ataupun laki-laki memiliki hak dan tanggung jawab yang setara. Misalnya, dalam berbagi menyelesaikan tugas domestik di dalam rumah.

Bagaimana MamPap, semoga pola asuh ini bisa diterapkan ya. Dengan begitu, kita mampu mencegah risiko anak menjadi korban ataupun pelaku KDRT.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 × = sixty three