Ketahui 5 Ciri-ciri Toxic Parenting dalam Islam, Apa Saja?

toxic parenting dalam islam

Toxic Parent adalah istilah pola asuh orang tua yang tidak sehat dalam mendidik anaknya. Tahukah Ma, bahwa ada pola mendidik yang justru membuat hubungan kita dengan anak menjadi renggang, namun kerap tidak disadari. Bisa karena karena kita hanya meneruskan pola didik kita kepada anak, sehingga kita tak merasa telah melakukan toxic parenting. Apa saja ciri-ciri toxic parenting dalam Islam?

5 Ciri Toxic Parenting dalam Islam

Parenting adalah ilmu mengenai mendidik, mengasuh, membimbing, dan mendampingi anak dengan baik dan benar. Ilmu parenting mengajarkan bagaimana kita menjadi orangtua yang lebih baik.

Sebagaimana dikutip dari halaman Instagram Ustadz Bendri Jaisyurrahman, disebut toxic parenting karena ada kata toxic alias racun yang berbahaya bagi anak. Alih-alih membuat anak bahagia, toxic parenting akan membuat jiwa anak ‘mati’ karena keracunan dari pola asuh yang salah.

Berikut adalah ciri-ciri toxic parenting dalam Islam menurut Ustadz Bendri Jaisyurrahman:

Bacaan Lainnya
  • Kasar 

Ciri-ciri toxic parenting dalam Islam yang pertama adalah bersikap kasar. 

“Hakikatnya setiap manusia tidak suka sikap kasar. Sikap kasar merusak jiwa manusia,” tulis ustadz Bendri Jaisyurrahman.

Sikap ini menghancurkan Fitrah kemanusiaan terutama anak-anak. Efek paling ringan anak akan kabur dari orangtuanya, kemudian menghindar, dan tidak mau dengar apa kata orang tua. 

Itulah kenapa Allah memperingatkan Nabi untuk berdakwah dengan sikap lembut kepada bangsa Arab yang dikenal kasar (Ali Imran : 159). Sebagai antitesa budaya jahiliyah yakni kekasaran yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.

“Dan lembut bukan berarti tidak tegas. Tegas adalah mengembalikan anak kepada aturan. Dan ini tak musti dilakukan dengan cara kasar,” tulis ustadz Bendri Jaisyurrahman.

  • Lembut tapi Permisif

toxic parenting dalam islam

Permisif artinya bersifat terbuka atau serba membolehkan dan suka mengizinkan. Ustadz Bendri mencontohkan, “Asal kamu bahagia nak. Tubuh ini milikmu. Kamu yang berhak menentukan siapapun yang berhak menyentuhnya”.

Alhasil anak merasa “zina is OK.” Selama suka sama suka. 

“Dan inilah toxic. Yang membuat jiwa anak ‘mati’ akibat melanggar aturan agama,” tulis ustadz Bendri.

Ia juga menjelaskan, kita bisa mengatakan kepada anak bahwa tubuh ini milik Allah SWT. Maka rawat dan pakailah sesuai dengan aturanNya. 

  • Toxic parenting dalam Islam: bersikap cuek

Cuek atau abai adalah cara menyakiti anak dengan hal yang sama perihnya dengan kata-kata atau perilaku kasar.

Anak-anak yang diabaikan alias unwanted children akan tumbuh menjadi:

  • Merasa dirinya tak berharga. 
  • Merasa minder. 
  • Mentalnya bisa terganggu. 
  • Rentan stres hingga berujung kepada depresi dan bunuh diri. 

Ada satu untaian kalimat dari Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam kitab Tuhfatul Maudud biahkamil Maulud yang merangkum definisi Toxic Parenting. 

Beliau menjelaskan, “Betapa banyak orangtua yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya, belahan jiwanya karena mereka cuek terhadapnya, tidak mendidik adab anaknya dan memfasilitasi syahwat anaknya. Mereka menyangka menyayangi dan memuliakan anaknya padahal sejatinya mereka menzalimi anaknya.”

  • Tidak Mendidik Adab

toxic parenting dalam islam

Toxic parenting selanjutnya adalah pemakluman hingga menjadi kebiasaan. Pemakluman saat mendidik anak akan menyebabkan kebiasaan-kebiasaan yang akan susah diubah nantinya.

Bisa jadi saat dewasa ia lebih nyaman bersama dengan teman-teman yang berperilaku sama-sama rusak. Hingga akhirnya makin jauh dirinya dari kebaikan. 

 

Pernah suatu hari Umar bin Salamah, anak tiri nabi, melakukan hal yang tidak sopan saat makan bersama. Ia makan lari-larian pakai tangan kiri pula. Maka Rasulullah pun meluruskannya seraya berkata, “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah. Silahkan makan pakai tangan kananmu dan makanlah yang paling dekat denganmu” (HR. Muslim)

  • Memfasilitasi Syahwat Anak

Toxic parenting dalam Islam selanjutnya adalah saat orang tua memfasilitasi syahwat anak. 

Sebagaimana dikutip dari halaman Instagram Ustadz Bendri Jaisyurrahman, banyak orangtua yang tanpa sadar memfasilitasi anaknya berbuat maksiat. Semisal internet di rumah plus handphone pribadi dan  kamar pribadi yang membuat anak mudah akses akun pornografi kemudian masturbasi. Naudzubillah.

Itu sebabnya, orang tua perlu terus mengawasi anak saat menggunakan internet, dan mengajaknya berkomunikasi untuk menggunakan internet sebagai sarana menambah ilmu dan wawasan sesuai usianya.

Selain itu, bila orang tua memberikan kendaraan, seperti motor padahal belum anak belum usia memiliki SIM. Parahnya, bila anak menggunakan motornya untuk bergabung dengan geng motor. Oleh karena itu, betapa pentingnya orangtua mengenali kapan saat yang tepat untuk memberikan segala fasilitas tersebut kepada anak agar anak dapat memutuskan mana yang baik..

Itulah 5 Ciri Toxic Parenting dalam Islam versi Ustadz Bendri Jaisyurrahman dalam akun IG-nya @ajobendri. Semoga bermanfaat.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

forty eight − thirty nine =