Setiap anak memiliki pencapaian perkembangannya masing-masing. Ada yang lebih cepat bisa duduk saat bayi, tetapi ada juga yang lebih lambat. Namun, MamPap juga harus mengetahui adanya keterlambatan perkembangan yang tidak bisa disepelekan pada anak, salah satunya keterlambatan motorik pada anak yang mungkin bisa berdampak dan menjadi tantangan di kemudian hari.
Bagaimana mengenali tanda-tanda keterlambatan motorik pada anak, dan apa yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi? Berikut penjelasan dari dr. Amanda Soebadi, Sp.A(K), M.Med, Sekertaris UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam sebuah seminar media beberapa waktu lalu.
Kenali Pekembangan Motorik Anak yang Normal
Gerakan motorik anak merupakan fondasi dasar perkembangan anak. Menurut data WHO, sekitar 5-10 persen anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan dan 1 – 3 persen anak dibawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay, yaitu keterlambatan perkembangan pada dua atau lebih ranah perkembangan, seperti perkembangan motorik yang dapat dijumpai pada penyakit seperti palsi serebral, sindrom Tourette, epilepsi, dan distrofi otot pada anak.
Karena itu, sangat penting untuk para orang tua melakukan deteksi dini dan penanganan agar tidak terjadi keterlambatan perkembangan motorik pada anak.
Namun Sebelum mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan pada si kecil, MamPap harus mengetahui dulu apa saja perkembangan motorik pada anak yang normal.
Menurut dr. Amanda, perkembangan motorik yang normal bisa dinilai mulai usia bayi. Sementara, perkembangan motorik yang paling mudah diobservasi adalah perkembangan motorik kasar.
Beliau juga menjelaskan, perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak yang melibatkan otot-otot besar. Perkembangan ini umumnya berjalan dari atas ke bawah. “Artinya, kontrol kepala akan mendahului kontrol batang tubuh, kontrol batang tubuh akan mendahului kontrol tangan dan kaki,” jelas dr. Amanda.
Perkembangan Motorik Kasar
Berikut beberapa perkembangan motorik kasar yang normal pada bayi:
- Bayi usia rerata 4 bulan: Dapat mengangkat kepala.
- Bayi usia rerata 6 bulan: Bayi sudah bisa tengkurap dan berbalik kembali ke posisi telentang tanpa bantuan.
- Pada usia rerata 6-7 bulan: Bayi bisa duduk sendiri.
- Pada usia rerata 7-8 bulan: Bayi bisa berdiri sambil berpegangan.
- Pada usia rerata 8-9 bulan: Bayi bisa merangkak.
- Pada usia rerata 9 bulan: Bayi berjalan sambil berpegangan.
- Pada usia rerata 11-12 bulan: Bayi bisa berdiri sendiri.
- Pada usia rerata 12 bulan: Bayi bisa berjalan sendiri. Namun, ada juga bayi yang bisa mencapainya lebih lambat. Normalnya dapat berlangsung hingga sekitar 16 bulan.
Perkembangan Motorik Halus
Menurut dr. Amanda, perkembangan motorik halus biasanya dicapai mengikuti atau sesudah perkembangan motorik kasar. “Hal ini karena anak-anak harus menguasai terlebih dahulu kontrol otot-otot besar sebelum anak mengendalikan otot-otot yang lebih kecil yang terlibat pada gerakan motorik halus,” jelasnya.
Berikut beberapa perkembangan motorik halus yang normal pada bayi:
- Pada usia rerata 4 bulan: Tangan bayi mulai terbuka, tidak mengepal.
- Pada usia rerata 6 bulan: Bayi dapat meraih atau memindahkan benda dari tangan satu ke tangannya yang lain.
- Pada usia rerata 9 bulan: Bayi mampu memegang benda kecil.
- Pada usia rerata 12-16 bulan: Bayi bisa menjimpit (memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk).
Dari semua poin-poin di atas, perlu diingat bahwa setiap anak memiliki tahapannya sendiri-sendiri. Jadi, perkembangan motorik kasar dan halus, mereka bisa mencapainya lebih cepat ataupun lebih lambat. Usia di atas sebagai usia rerata (umum) yang digunakan dalam penelitian WHO.
Faktor dan Penyebab yang Memengaruhi Perkembangan Motorik Anak
Menurut dr. Amanda, beberapa faktor yang bisa memengaruhi perkembangan motorik seorang anak, di antaranya:
Faktor Intrinsik
Faktor ini lebih kepada faktor yang tidak dapat diubah atau yang sudah ada sebelumnya sejak lahir, seperti genetik, kognitif, kelainan bawaan saat lahir atau kelainan saat di dalam kandungan, prematuritas, hingga berat badan bayi yang lahir rendah (BBLR).
Faktor Lingkungan
- Nutrisi
- Pola asuh atau stimulasi yang didapat seorang anak.
- Penyakit komplikasi dan infeksi yang seharusnya bisa dicegah.
- Paparan toksin.
- Sosioekonomi yang rendah. Makin baik dan tinggi tingkat pendidikan orang tuanya, seorang anak akan bisa mendapatkan stimulasi yang optimal.
Penyebab Keterlambatan Motorik pada Anak
- Gangguan struktural pada otak, seperti hidrosefalus, skizensefali, perdarahan otak akibat kekurangan vitamin K pada bayi, palsi serebral akibat asfiksia lahir, infeksi TORCH kongenital, meningitis, dan lainnya.
- Disabilitas intelektual atau gangguan kognitif.
- Gangguan struktur anggota gerak, seperti spina bifida, polio, infeksi pada saraf motorik.
- Malnutrisi
- Kurangnya stimulasi.
Kapan Perkembangan Motorik Anak Bisa Dinyatakan Terlambat?
Dokter Amanda menjelaskan, jika perkembangan di bawah -2 simpang baku (persentil ke-3) untuk usianya. Artinya, jika 97% anak sehat pada usia tersebut sudah menguasai suatu kemampuan perkembangan, tetapi seorang anak belum mencapainya, maka anak tersebut dicurigai mengalami keterlambatan perkembangan.
Tidak diketahui angka yang pasti di dunia berapa banyak anak yang mengalami keterlambatan motorik. Namun, penelitian yang dilakukan di daerah sosioekonomi rendah di Jakarta tahun 2019, sebanyak 7,5% anak mengalami keterlambatan motorik kasar, dan 9% anak mengalami keterlambatan motorik halus.
Tanda-tanda Keterlambatan Motorik pada Anak (Red Flag)
- Usia bayi kurang dari 1 bulan: Refleks menghisap tidak kuat.
- Usia bayi 4 bulan: Belum bisa menegakkan kepala dan tangan masih mengepal.
- Usia bayi 9 bulan: Belum bisa duduk tanpa dibantu atau disangga.
- Usia bayi 16-18 bulan: Belum dapat berjalan sendiri.
- Usia bayi kurang dari 18 bulan: Muncul dominansi tangan kanan atau kiri yang jelas. Biasanya, kondisi kidal ditemukan pada anak di atas usia 2 tahun.
- Usia berapa pun: Kehilangan kemampuan yang sebelumnya sudah dikuasai.
Jika ada salah satu dari tanda red flag di atas, anak perlu segera dirujuk untuk dievaluasi lebih lanjut.
Bagaimana Mengetahui Red Flag pada Bayi Prematur?
Dokter Amanda menjelaskan, bila anak lahir prematur, maka tumbuh kembangnya akan dinilai dengan usia koreksi, hingga usianya 2 tahun.
Usia koreksi artinya, usia kronologis (berapa lama anak sudah hidup di dunia) dikurangi dengan berapa minggu ia terlalu cepat lahir.
“Misalnya, pada bayi prematur yang lahir di usia kehamilan 35 minggu. Maka, bayi ini dianggap terlalu cepat lahir sebanyak 5 minggu (dihitung sesuai kehamilan normal 40 minggu). Maka, misalnya usia kronologisnya sekarang 24 minggu lalu dikurangi 5 minggu, jadi usia koreksi anak itu adalah 19 minggu (4 bulan 3 minggu). Jadi, kita menilai pencapaian perkembangannya sesuai dengan anak usia 4 bulan 3 minggu, walaupun bayi itu sudah lahir 6 bulan yang lalu,” jelasnya.
Stimulasi untuk Mendukung Perkembangan Motorik Anak
Dokter Amanda juga memberikan tips dan rekomendasi stimulasi yang bisa dilakukan para orang tua untuk mendukung perkembangan motorik anak, di antaranya:
- Orangtua harus mengetahui tahapan perkembangan motorik normal anak.
- Penuhi nutrisi yang cukup dan seimbang untuk anak.
- Aktivitas fisik yang sesuai usianya. Misalnya, bayi yang sudah bisa tengkurap perlu diajak tummy time, karena pada saat ini anak bisa mengangkat kepala dan menatap ke depan, ke samping kiri, kanan, dan mendapat berbagai pengalaman sensoris visual.
- Berikan paparan stimulasi sensorik yang sesuai usia.
- Kenali tanda-tanda dini keterlambatan motorik.
- Bila diduga atau dicurigai ada keterlambatan motorik, segera bawa ke dokter untuk dicari penyebabnya dan ditangani.
Itulah tanda dan penyebab keterlambatan motorik pada anak yang harus diketahui orang tua untuk menghindari dampak jangka panjang pada kualitas hidup si kecil. Semoga informasi ini bermanfaat ya, MamPap.
Partner terpercaya dan teman perjalanan parenting para orang tua agar bisa memberikan keamanan yang anak-anak butuhkan untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu mewujudkan impiannya.