Angka Malnutrisi di Indonesia Tinggi! Ini 9 Fakta Penting yang Perlu MamPap Tahu

malnutrisi pada anak

Secara global, 37% anak-anak yang sakit keras sebelumnya sudah terdiagnosis alami malnutrisi pada anak. Tidak hanya itu, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan rumah sakit pada pasien dengan kondisi malnutrisi 73% lebih tinggi.

Malnutrisi dan stunting. Dua kondisi ini tentu menjadi momok yang dikhawatirkan para orang tua. Sebab, keduanya berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, orang tua perlu sadar dan berupaya untuk melaukan pencegahan malnutrisi pada anak lewat asupan gizi seimbang.

Saat ini, malnutrisi pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, termasuk di kalangan ibu hamil. Setidaknya ini terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI yang menyebutkab angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen.

(Kiri – kanan: Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH – Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) – Presiden Indonesian Nutrition Association (INA), Lula Kamal)

Mengingat dampak negatif malnutrisi pada anak dan secara umum tidak main-main, Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan, termasuk menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) pada tanggal 16 – 20 September yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.

Bacaan Lainnya

“Perlu diketahui, riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal,” papar Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) dalam jumpa pers dan blogger yang dilangsungkan belum lama ini (17/9) di kawasan Jakarta.

Berikut beberapa fakta yang Parentsquads rangkum terkait dengan malnutrsi, termasuk malnutrisi pada anak yang  disampaikan 3 nara sumber yang hadir,  Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) – Presiden Indonesian Nutrition Association (INA), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan  Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH – Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada.

Fakta Malnutrisi yang Tidak Boleh Diabaikan, Termasuk Malnutrisi pada Anak yang Berujung Stunting

malnutrisi pada anak

1. Malnutrisi tidak sama dengan stunting.

Malnutrisi dan stunting memang sama-sama menghambat tumbuh kembang anak. Namun keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas. Malnutrisi adalah kondisi kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/atau nutrisi.

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB memaparkan bahwa malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi. “Pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian.” jelas Prof. Ari.

Sementara stunting bisa diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis atau berkepanjangan. Kondisi kekurangan gizi ini bisa ini terjadi sejak periode 1000 hari pertama kehidupan anak.

Stunting juga tidak hanya membuat anak pendek, tapi juga menghambat kercerdasanya otak anak. Penting untuk digarisbawahi bahwa 80% otak anak sudah berkembang dengan baik sejak dua tahun pertama kehidupan.

Jadi, bisa dibayangkan ya, jika anak stunting bisa menghambat masa depannya kelak. Sebab apabila perkembangan kognitif anak terhambat dapat berisiko menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi yang optimal sehingga sulit untuk bersaing.

2. Malnutrisi bisa berujung pada stunting.

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak-anak. Kondisi ini dapat dilihat dari ciri fisik anak, seperti tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya.

Salah satu penyebab stunting adalah gizi buruk yang dialami anak sejak dalam kandungan, mengidap infeksi berulang, stimulasi psikososial yang tidak memadai, atau lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat. Mengingat stunting tidak bisa disebuhkan, maka pemenuhan gizi wajib dilakukan. Hal ini ditegaskan Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

“Stunting tidak stunting, gizi anak harus diperhatikan. Cara paling gampang, rutin mengukur tinggi dan berat badan anak dengan grafik KMS setiap bulannya. Jika dua kali dicek tidak naik, maka harus ada pemeriksaan lebih lanjut, jangan dibiarkan dan mencari pembenaran.”

3. Malnutrisi bisa dialami siapa pun juga, tidak hanya malnutrisi pada anak.

Kondisi malnutrisi memang tidak hanya dialami anak-anak aja. Semuanya berisiko mengalami malnutirsi. Faktanya, malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan ibu hamil.

Terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen.

Selain itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara. Faktor kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, serta ketidakmerataan layanan kesehatan menjadi penyebab utama dari malnutrisi di berbagai wilayah Indonesia.

4. Malnutrisi tidak identik dengan tubuh kurus.

Malnutrisi identik dengan tubuh yang kurus. Nyatanya tidak demikian, sebab seseorang yang berbadan besar bisa dinyatakan malnutrsi. Umumnya, orang tua akan merasa senang melihat anaknya doyan makan dan memiliki tubuh yang ‘gemoy’. Bahkan tidak sedikit yang menganggapnya gemas lucu. Padahal anak tidak cukup terlihat lucu dan menggemaskan, tubuh gemuk tidak menjamin gizinya optimal.

Justru tubuh gemuk bisa dikarenakan pola makan yang salah, di mana asupannya tinggi lemak. Sedangkan asupan penting seperti seperti protein, mineral dan vitamin justru tidak tercukupi dengan baik.

5. Pentingnya mengetahui gejala malnutrisi pada anak. 

malnutrisi pada anak

Malnutrisi pada anak tidak hanya ditandai dengan tubuh yang kurus, sebab anak yang memiki berat badan besar juga bisa malnutrisi. Untuk itu orang tua juga perlu waspada pada saat berat badan anak tidak naik atau kenaikannya tidak sesuai dengan kurva pertumbuhannya. Tanda lain yang perlu diwasapadai yaitu pada saat anak susah makan, mudah sakit karena daya tahan tubuh yang melemah.

Sedangkan secara umum, malnutrisi juga bisa ditandai dengan rambut rontok, gampang capek/ mudah lelah, mudah sakit akibat daya tahan tubuh yang melemah serta sering sariawan. Namun, untuk memastikannya apakah ada kekurangan makro dan mikro nutrien diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

6.  Merencanakan kehamilan, bumil jangan sampai malnutrisi.

Sebelum hamil, ibu harus dalam kondisi sehat, wajib pastikan asupan gizi optimal baik mikro dan makro nutrien. Faktanya, stunting mulai terjadi ketika janin masih dalam kandungan. Ini disebabkan oleh asupan makanan ibu selama kehamilan yang kurang bergizi. Jika bumil malnutrisi maka berisiko menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal. Ini juga memengaruhi pola pikir dan perilakunya dimasa yang akan datang.

“Malnutrisi pada saat hamil, kadang kala dipengaruhi karena diet yang tidak seimbang, melakukan metode diet yang tidak tepat. Jika sebelum hamil kurang gizi, ya, harus dikejar dulu. Di tiap trimester, kebutuhan gizi juga harus baik karena tidak bisa dirapel. Misalnya, saat trimester pertama gizinya kurang, lalu dikebut ditrimester selanjutnya. Tidak bisa begitu, ya,” tambah Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

7. Atasi malnutrisi tidak cukup dengan mengonsumsi multivitamin atau suplemen.

“Prinsipnya, kalau kita bisa makan secara normal tidak perlu vitamin. Artinya memang jika tidak ada masalah, bisa makan apa saja. Hal yang paling penting diperhatikan gizinya seimbang, ada makan buah, sayuran, protein, minum juga cukup. Tapi ketika kita merasa makannya nggak bener, kurang tidur, atau sudah terdeteksi kekurangan vitamin, silakan saja,” jelas Prof. Dr. dr. Ari.

Dalam hal ini Dr. dr. Luciana juga mengingatkan, untuk mencegah malnutrisi sebenarnya tidak perlu bingung karena banyak sumber makanan yang harganya terjangkau, “Tidak harus membeli sumber makanan yang mahal. Contohnya, beli saja ikan kembung atau patin, kandungan gizinya juga baik namun harga terjangku,”

8. Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian

Malnutrisi, jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti ibu hamil, orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi.

Tidak hanya itu, menurut Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), “Kondisi malnutrisi nyatanya juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi.”

Anak yang mengalami malnutrisi hingga stunting, pada saat tumbuh dewasa berisiko mengidap berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuhnya yang lemah. Kondisi ini juga akan berujung pada kebutuhan dan beban ekonomi.

9. Pentingnya kerja sama untuk mengentaskan malnutrisi

Perjalanan mengentaskan malnutrisi dan stunting di Indonesia memang menjadi tugas banyak pihak. Selain perlu dimulai dari kesadaran diri, juga diperlulkan keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum. Bersama-sama menggalakkan edukasi dan intervensi gizi.

Sebagai salah satu perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi, Nutricia Sarihusada berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi memainkan peran penting untuk membawa perubahan positif pada kesehatan dan kualitas hidup manusia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− five = three