Bisa Hambat Tumbuh Kembang, Cek Tanda Gangguan Tidur yang Sering Dialami Anak

Cute little girl is sad lying in a white cozy bed , the concept of children's rest and sleep

Gangguan tidur pada anak dan remaja merupakan hal yang umum terjadi, bahkan kondisi ini juga bisa dialami bayi. 

Faktanya, kualitas tidur anak yang terganggu bisa menyebabkan sejumlah masalah, lho, termasuk kesulitan akademis, perilaku, gangguan perkembangan dan sosial, kelainan berat badan, serta masalah kesehatan lainnya. Secara garis besar, tidur anak yang berkualitas memainkan peran penting dalam aspek perkembangan dan kesehatan masa kanak-kanak.

Oleh karena itu, MamPap harus mulai aware dan mengetahui tentang bagaimana mengenali gangguan tidur yang mungkin dialami si kecil, serta cara menanganinya agar tidak mengganggu tumbuh kembang si kecil. Berikut ulasannya. 

Memahami Gangguan Tidur pada Anak

 

Tidur adalah siklus fisiologis berkurangya responsifitas dan terbangun secara spontan pada seorang individu. 

Bagi anak, tidur memiliki sejumlah manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangannya, seperti mengurangi aktifitas fisik; menurunkan suhu tubuh, detak jantung, dan pengeluaran energi; stabilisasi dan penguatan memori, konsentrasi efektif, serta regulasi mood; penguatan sistem imun, keseimbangan hormon, hingga mengurangi inflamasi. 

Lewat seminar media yang dilangsungkan IDAI, dr. Eva Devita Harmoniati,Sp.A Subs TKPS(K), Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI menjelaskan bahwa gangguan tidur yang kerap dialami anak-anak merupakan kondisi yang ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, atau durasi tidur. 

Dokter Eva membagi data bahwa gangguan tidur ini memengaruhi sekitar 25-40% anak dan remaja. Selain itu, sebanyak 20-30% bayi, toddler, dan anak usia pra sekolah mengalami masalah dalam memulai tidur dan sering terbangun di malam hari. 

Disebutkan juga oleh dr. Eva, prevalensi gangguan tidur lebih banyak dialami pada anak yang mengalami gangguan perkembangan, termasuk anak yang mengalami ASD, anak dengan disabilitas intelektual, anak dengan keterlambatan perkembangan, hingga anak dengan ADHD. 

Tanda-tanda Gangguan Tidur pada Anak

Gangguan Tidur pada Anak

 

Gangguan tidur pada anak dapat muncul dalam beragam gejala yang berdampak signifikan pada fungsi anak sehari-hari. Berikut beberapa gejala yang perlu MamPap curigai, meliputi: 

  • Terkadang anak-anak butuh waktu beberapa saat untuk tenang sebelum tidur, tetapi jika anak tampak mengalami banyak masalah menjelang tidur, bisa jadi itu adalah gangguan tidur.
  • Gelisah atau terlihat susah ketika akan memulai tidur. 
  • Anak hanya tidur sekitar 90 menit, bahkan di malam hari.
  • Anak mengeluh kakinya gatal, ingin bergerak, atau tidak nyaman saat mencoba tidur di malam hari.
  • Anak mendengkur keras saat tidur.
  • Beberapa anak kadang-kadang tidur dengan gelisah saat tidur atau kurang tidur. Jika perilaku ini berlanjut selama beberapa malam, itu mungkin menandakan ada penyebab yang mendasarinya.
  • Anak tampak lebih murung dan mudah tersinggung, kesulitan mengendalikan emosi di siang hari. Pada remaja, kurang tidur dapat menyebabkan perasaan depresi dan pikiran negatif. 
  • Prestasinya secara akademis terganggu, biasanya prestasi di sekolah. 
  • Sangat mengantuk di siang hari. Ia mungkin tertidur pada waktu yang tidak biasa, seperti saat bermain atau makan.
  • Sering terbangun di malam hari dan tidak dapat kembali tidur. 
  • Aktivitas saat tidur yang tidak biasa, seperti berjalan sambil tidur, makan sambil tidur atau mengompol.

Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Tidur pada Anak

Ada banyak jenis gangguan tidur, dan penyebabnya sangat beragam. Terkadang, penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi beberapa faktor dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan tidur. Berikut juga beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko gangguan tidur pada anak, di antaranya: 

  • Usia. Tidur bervariasi tergantung pada usia, dan usia dapat berperan dalam gangguan tidur. Beberapa gangguan tidur, seperti mengompol, mungkin lebih umum terjadi pada anak-anak. Gangguan tidur lainnya lebih umum terjadi pada usia yang lebih tua.
  • Genetik. Memiliki beberapa gangguan tidur, seperti insomnia, sindrom kaki gelisah, berjalan sambil tidur, dan sleep apnea, lebih mungkin terjadi jika ada anggota keluarga yang juga mengalaminya.
  • Kondisi medis. Kondisi otak dan saraf, seperti multiple sclerosis, dan cedera otak traumatis, dapat meningkatkan risiko gangguan tidur. Penyakit jantung, penyakit paru-paru, kanker, diabetes, dan nyeri kronis juga dikaitkan dengan insomnia. Selain itu, kelebihan berat badan juga meningkatkan risiko apnea tidur obstruktif. Gagal jantung dan fibrilasi atrium juga meningkatkan risiko sleep apnea sentral.
  • Kondisi kesehatan mental. Stres, depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya dapat memengaruhi pola tidur anak.
  • Perubahan jadwal tidur. Jet lag atau perubahan jadwal tidur mendadak dapat mengubah siklus tidur si kecil dan mengganggu tidurnya.
  • Faktor intrinsik. Perubahan alami irama sirkadian selama pubertas, delayed sleep phase syndrome, sleep disordered brathing (Obstructive sleep apnea/OSA).
  • Faktor ekstrinsik. Kebiasaan tidur, konsumsi kafein, penggunaan alat elektronik di waktu tidur, seperti TV, Ipad, ponsel, komputer, dan laptop. 

Jenis Gangguan Tidur dan Gejalanya

Dalam kondisi tertentu, bayi mungkin akan terbangun di malam hari dan menolak untuk tidur kembali sampai Mama memeluk atau menggendongnya, bahkan saat mereka mendekati usia 6 bulan. Kondisi ini mungkin disebabkan karena bayi belum belajar menenangkan diri di malam hari. Namun, ada beberapa kondisi masalah tidur yang memang disebabkan oleh gangguan tertentu, di antaranya:

Gangguan Tidur pada Anak

1. Insomnia

Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling umum dan memengaruhi 20% hingga 30% anak-anak. Gejala utamanya adalah kesulitan tidur, sulit tidur lama, atau keduanya.

Para ahli medis biasanya membagi insomnia pada anak-anak menjadi tiga kategori, yaitu: 

  • Insomnia perilaku: Paling umum terjadi pada anak-anak hingga usia 5 tahun, bentuk insomnia ini dikaitkan dengan penolakan untuk tidur, membutuhkan waktu lama untuk tertidur, dan sering terbangun di malam hari. Perilaku ini terjadi sesekali pada sebagian besar anak-anak, tetapi dapat dianggap sebagai gangguan tidur jika terjadi secara sering dan terus-menerus serta mengganggu fungsi normal mereka.
  • Insomnia terkondisi: Lebih umum terjadi pada anak-anak yang lebih besar dan remaja, insomnia terkondisi terjadi ketika perasaan cemas yang berhubungan dengan waktu tidur dan tidur mencegah anak untuk tertidur atau tetap tertidur. 
  • Gangguan tidur sementara: Gangguan sementara dalam rutinitas normal anak seperti bepergian, sakit, atau kejadian yang membuat stres dapat menyebabkan serangan insomnia jangka pendek.

Insomnia pada anak dapat menjadi tantangan bagi seluruh keluarga. Namun, menetapkan rutinitas waktu tidur yang konsisten biasanya bisa membantu menguranginya. 

2. Sleep Apnea

Sleep apnea dapat mengakibatkan anak sering berhenti bernapas selama 10 detik atau lebih saat tidur. Dalam kebanyakan kasus, anak tidak akan menyadari hal ini. Selain itu, Mama mungkin juga akan mendapati bahwa anak Anda mendengkur keras, tidur dengan mulut terbuka, dan sangat mengantuk di siang hari. Sleep apnea dapat menyebabkan masalah belajar dan perilaku, hingga masalah jantung. Jika gejala-gejala tersebut terjadi pada anak Anda, segera temui dokter ya, MamPap!

3. Sindrom Kaki Gelisah

Sindrom kaki gelisah atau restless leg syndrome (RLS) dianggap sebagai masalah orang dewasa, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini terkadang dimulai sejak masa kanak-kanak.

Tanda-tandanya, si kecil mungkin akan mengeluh mengalami “gerakan” atau sensasi seperti ada serangga merayapi mereka, dan mereka mungkin sering mengubah posisi di tempat tidur untuk mencari kenyamanan. Beberapa anak tidak benar-benar menyadari bahwa mereka merasa tidak nyaman, tetapi mereka mengalami kurang tidur akibat RLS.

Ada sejumlah pengobatan untuk RLS, meskipun banyak di antaranya belum diteliti dengan baik pada anak-anak. Bicarakan dengan dokter anak jika si kecil mengalaminya, ya. 

4. Night Terrors

Menurut dr. Eva, night terrors adalah gangguan tidur yang umum terjadi pada anak yang ditandai dengan kondisi anak ketakutan selama tidur disertai teriak, menangis, menendang, panik, dan gerakan tangan menggapai-gapai. Bahkan, beberapa kondisi juga terkadang berjalan sambil tidur. Biasanya, mereka tidak benar-benar terjaga, dan kebanyakan anak bahkan tidak mengingat kejadian tersebut.

“Biasanya, episode berlangsung 10-40 menit, terjadi setelah melewati fase tidur non-REM fase 3-4 (⅓ awal tidur). Kondisi ini sering dialami pada usia 3 – 7 tahun dan berkurang pada usia 10 tahun,” ungkap dr. Eva dalam seminar media. 

Ia juga menambahkan, angka kejadian sama pada anak perempuan dan laki-laki, dengan prevalensi sekitar 30% pada anak. “Namun, prognosisnya baik. Kondisi ini bisa hilang sendiri di usia 10 tahun,” tambahnya. 

Tidak ada pengobatan khusus untuk kondisi night terrors ini, tetapi Anda dapat membantu meminimalkan kemungkinan terjadinya night terrors dengan mematuhi jadwal tidur dan meminimalkan gangguan di malam hari.

Dengan memahami apa saja tanda-tanda gangguan tidur pada anak, diharapkan MamPap bisa memerhatikannya, ya. MamPap juga bisa mengajak anak untuk lenih dulu berdoa sebelum tidur. Harapannya, anak bisa mendapatkan kualitas tidur dengan maksimal sehingga tumbuh kembang pun dapat optimal.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fifty six ÷ = seven