Nggak Usah Malu! Mesra dengan Pasangan di Depan Anak Banyak Manfaatnya

Siapa, nih, di antara MamPap yang masih ragu untuk bermesraan di depan anak? Atau malah memutuskan tidak mau memperlihatkan romantisme dengan pasangan? 

Supaya nggak bingung lagi, dan memahami apakah ada manfaat jika bermesraan di depan anak, lanjutkan membaca artikel ini sampai habis, ya. Sebab, psikolog keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog akan memaparkannya secara lengkap untuk MamPap!

Memahami Kemesraan Serta Batasannya

Tidak bisa dipungkiri, pertanyaan terkait apakah orang tua bisa bermesraan di depan anak masih kerap ditanyakan. 

Bacaan Lainnya

Dalam hal ini psikolog yang kerap disapa dengan panggilan Nina Teguh menjelaskan bahwa sebenarnya definisi dan tingkat kemesraan setiap orang atau pasangan suami istri tentu saja berbeda-beda. Ada pasangan yang menganggap berpegangan tangan merupakan tindakan yang memperlihatkan kemesraan, namun ada sebagian yang menganggapnya tidak.

“Jadi, mesranya yang seperti apa dulu? Pada dasarnya banyak sekali, lho, perilaku mesra ini. Ada pasangan suami istri yang pegang-pegangan tangan saja sudah dianggap mesra, atau bahkan sekadar duduk berdampingan sambil ngobrol bareng diakatakan mesra. Tetapi,  ada juga yang mengartikan kemesraan ini dilihat dari cium pipi kanan atau pipi kiri atau tindakan fisik lainnya,” ujarnya kepada Parentsquads.

Psikolog jebolan Universitas Indonesia ini kemudian melanjutkan, “Pada dasarnya, bermesraan di depan anak tentu saja boleh dilakukan. Namun tentu saja ada batasannya,” tegasnya lagi.

Batasan yang dimaksud dalam artian anak justru tidak boleh melihat orangtua melakukan aktivitas seksual. “Ya, mesra di sini jangan diartikan sebagai aktivitas seksual atau senggama, ya.”

Tindakan Mesra yang Bisa Diperlihatkan Anak

bermesraan di depan anak

Ada pun beberapa kemesraan yang bisa diperlihatkan pada anak bisa lewat beberapa macam bentuk. Apa saja?

  1. Berpelukan
  2. Bergandengan tangan
  3. Mencium kening, pipi, jidat atau bahkan kecupan di bibir
  4. Membelai
  5. Memberikan pujian atau apresiasi
  6. Ungkapan rasa sayang lewat catatan kecil atau surat
  7. Komunikasi yang hangat

Dilanjutkan Nina, saat pasangan suami istri ingin bermesraan dengan cara berciuman, hal ini boleh saja dilakukan, namun ia mengingatkan bahwa ciuman yang dimaksud tentu saja bukan jenis ‘ciuman dalam’ layaknya jenis ciuman french kiss.

“Memang yang tidak boleh dan harus disembunyikan dari anak itu tentu saja aktivitas fisik yang berlebiham ya. Kalau hubungan intim atau senggama, ini jelas sekali kalau anak-anak tidak boleh melihat.”

Bermesraan di depan Anak Bisa Memberikan Nilai Positif

Nina Teguh menegaskan pada dasarnya bermesraan di depan anak sebenarnya disarankan karena bisa memberikan dampak positif pada kehidupan anak.

“Pada saat kita, sebagai orang tua bisa memperlihatkan hubungan atau relasi yang positif tentu saja perlu dilihat anak. Misalnya, pada saat saling membelai atau ngobrol dengan kata-kata yang hangat saling memberikan apresiasi, ini tidak apa-apa. Jika kemesraanya seperti ini malah sangat dianjurkan. Hal ini justru dianggap mampu memberikan value dalam keluarga yang sehat karena melihat kedua orangtuanya bermesraan.”

Menurut Nina, dari sini anak bisa melihat relasi kedua orangtua sangat baik. “Justru ini bagian dari mengajarkan anak dan memperlihatkan padanya betapa menyenangkannya jika berada di dalam keluarga yang hangat. Termasuk memberikan gambaran bagaimana bentuk pernikahan yang sehat dan sebaliknya, papar psikolog yang praktik di Wellspring Center dan Klinik Terpadu,  Psikologi Universitas Indonesia ini.

bermesraan di depan anak

Oleh karena ini, bermesraan di depan anak justru sangat dianjurkan karena beberapa alasan seperti yang dijelaskan Nina Teguh.

Alasan Mengapa Bermesraan di Depan Anak Perlu Dilakukan

1. Anak bisa melihat bagaimana pernikahan yang sehat

Seperti yang dijelaskan di atas, dampak positif yang bisa dilihat dari anak justru mereka bisa belajar bagaimana perilaku suami istri yang sehat. Harapannya, anak pun kelak bisa membangun rumah tangga yang sehat di kemudian hari.

2. Belajar bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik

Ingat, anak merupakan mesin fotokopi orang tua. Artinya, apa yang dilihat anak akan terus terekam dan dicontoh. 

Apabila sejak kecil anak melihat bagaimana relasi hangat dilakukan kedua orang tuanya, bagaimana Mam diperlakukan dengan baik baik oleh Pap di depan anak, dan sebaliknya, maka kebiasaan semacam ini akan tertangkap di momorinya. Bahwa kedua orang tuanya saling menyayangi, mencintai dan bahagia dalam menjalani pernikahan. 

3. Mengetahui berbagai bentuk ekspresi dan perilaku kasih sayang

Percayalah, tindakan atau perilaku yang dilakukan orangtuanya tentu saja akan terekam. Termasuk bagaimana cara kedua orangtua saling memperlihatkan bahasa kasih dan memberikan perhatian. 

“Ini juga termasuk memberikan perhatian dan sentuhan kasih sayang ke anak. Saat sedang mesra-mesraan di kamar, seperti ngobrol dan bercanda, jangan lupa untuk melibatkan anak.”

Hati-hati Jika Anak Melihat Orangtua Bermesraan Secara Berlebihan

bermesraan di depan anak

Lebih lanjut, Nina Teguh mengingatkan agar orangtua juga perlu memahami bahwa terkait dengan hubungan seksual tentu saja merupakan aktivitas intim atau privacy yang tidak boleh dilihat anak. 

Jika sampai terjadi, bukan tidak mungkin jika apa yang dilihat anak menimbulkan persepsi atau pemahaman yang salah.

“Jika ada yang pasangan suami istri yang was-was jika anaknya tidak  sengaja melihat mereka bersenggama, perlu diketahui lebih dulu bahwa apa yang dipahami anak secara kognitif dengan apa yang mereka rasakan secara emosional itu berbeda. Kalau pemahaman mungkin mulai muncul saat anak sudah mulai besar  saat SD. Tapi kalau rasa tidak nyaman, tentu saja  sudah muncul sejak anak masih bayi,” jelasnya.

Nina mencontohkan, katakanlah saat orang tua senggama, dan posisi ayah ada di atas ibu, kemudian anak yang masi tidur satu kamar terbangun,  ada beberapa kasus yang mengira kalau ibunya sedang  ‘diserang’ oleh ayahnya. 

“Pemahanan anak di sini  belum sampai sampai, namun ia tetap bisa merasakan cemas. Timbul pertanyaan,  kenapa nih, ibu saya diserang sama ayah saya? Saat perasaan ini muncul, kemudian bisa menimbulkan rasa tidak suka pada ayahnya,  yang pada akhirnya tidak bisa dijelaskan secara rasional,” sambung Nina Teguh lagi.

Oleh karena itulah bermesraan dengan pasangan di sini tentu saja perlu dibatasi, jangan sampai berlebihan. Jika tidak, bukannya memberikan value yang baik, justru bisa menimbulkan anak merasa tidak nyaman bahkan trauma. 

MamPap tidak mau hal ini terjadi bukan? Jadi, saat bermesraan di depan anak jangan sampai kebablasan, yah.

 

 

 

.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− three = 2