“Mam, kemarin anak saya demam. Sudah sempat normal suhunya. Tapi kok, hari ini panasnya naik lagi, bahkan ini timbul ruam dan bintik-bintik kecil. Apa ini gejala cacar air pada anak, ya?”
Belakangan ini, topik cacar air pada anak sering kali menjadi bahan diskusi di kalangan komunitas Parentsquads. Tidak sedikit Mama yang bercerita bahwa buah hatinya sedang mengalami penyakit yang satu ini, akibatnya si Kecil pun harus diisolasi dan izin tidak masuk sekolah.
Di musim pancaroba seperti saat ini, virus cacar air memang kembali merebak dan menyerang secara masif pada anak di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini juga diamini dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) – Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap cacar air merupakan penyakit ringan sehingga disepelekan. Dalam sesi diskusi dengan media, dr. Piprim Basarah mengatakan, “Cacar air pada anak sering dianggap penyakit yang ringan. bahkan masih ada yang beranggapan, ‘Ah kalau sudah ada yang cacar air ya sudah kumpulkan saja, nggak apa saling menular, nanti juga akan kebal.’ Padahal cacar air ini bisa menyebabkan komplikasi,” ujarnya.
Untuk itulah dr. Piprim Basarah mengingatkan para orang tua untuk lebih hati-hati dan berharap agar orang tua bisa memahami apa saja yang perlu diperhatikan terkait dengan cacar anak pada anak.
Dalam sesi diskusi, Dr.dr Anggraini Alam. Sp. A (K) ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI pun memaparkan berbagai informasi terkait dengan cacar air pada anak. Mulai dari mengenali apa saja gejala, cara penangan dan fakta penting lainnya.
Fakta Cacar Air pada Anak
1. Penyebab cacar air pada anak
Cacar air adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella yang mudah menular.
2. Cara penularan
Cara penularannya melalui percikan ludah, serta kontak langsung dengan cairan yang berasal dari ruam.
3. Anak lebih rentan mengalami cacar air
Penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak dibawah usia 12 tahun. Di mana rata-rata yang menghalami memang anak-anak, usia 4-10 tahun.
4. Gejala cacar air pada anak
Gejala cacar air dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Berikut adalah beberapa gejala umum cacar air pada anak:
-
Ruam Kulit
Gejala paling khas dari cacar air adalah munculnya ruam berbentuk bintik-bintik merah kecil yang kemudian berubah menjadi gelembung berisi cairan hingga yang paling khas terlihat seperti luka sundutan rokok. Ruam biasanya pertama kali di area perut, dada baru menyebar ke area tubuh lainnya seperti kepala hingga mulut.
-
Demam
Beberapa anak mungkin mengalami demam ringan hingga sedang ketika mereka pertama kali terinfeksi cacar air. Demam ini biasanya berlangsung selama beberapa hari.
-
Kehilangan Nafsu Makan
Anak-anak yang terinfeksi cacar air seringkali kehilangan nafsu makan.
-
Lemah atau lesu
Tidak sedikit anak-anak yang akhirnya terlihat loyo, tidak mau melakukan aktivitas seperti biasanya.
5. Masa inkubasi
Masa yang diperlukan sejak awal virus masuk ke dalam tubuh sampai bisa memunculkan gejala disebut dengan masa inkubasi. Pada penyakit cacar air, masa inkubasi ini bisa bervariasi antara 10 hingga 21 hari (seringnya antara 14-16 hari).
6. Cacar air pada anak bukan penyakit ringan
Nyatanya, penyakit yang satu ini bisa menyebabkan infeksi. Adapun komplikasi yang paling ditakutkan bisa terjadi tidak hanya infeksi sekunder pada kulit, radang otak, pnemonomia, hingga yang paling berat adalah risiko kematian.
7. Cacar air pada anak bisa merugikan banyak pihak
Dikatakan Dr.dr Anggraini Alam, pada saat anak mengalami cacar air dan membutuhkan perawatan tentu saja membutuhkan biaya.
“Karena anak harus diisolasi, kalau anak yang sekolah harus absen bisa seminggu hingga lebih. Anak juga bisa mendapatkan stigma, dijauhi teman-temannya karena takut ketularan ini berdampak pada masalah psikisnya. Ini tentu saja perlu disiasati dan ada upaya melakukan pencegahan.
Jadi terbayang ya, kalau penyakit cacar air pada anak ini dikatakan sangat menular? Sebab, jika ada 1 anak yang mengangalami bisa berisiko menularkan 9 orang. Seperti yang dipaparkan Dr.dr Anggraini bahwa 87% penularan terjadi antar saudara, 70% dari lingkungan, baik di sekolah maupun Rumah Sakit.
“Kadang orang tua menganggap, ‘ah ini cacar air tinggal sedikit kok, itu ruam yang keluar juga sudah mulai kering jadi nggak apa-apa sekolah aja. Padahal kontan ini akan ada serangan hingga 90% yang di lingkungan rumah, kalau tidak satu atap bisa 70%. Jadi kalau anak sakit cacar, sabar, nggak usah deh anak diminta cepat-cepat sekolah atau keluar rumah.”
9. Anak yang tertular akan mengalami cacar air yang lebih berat
Berat di sini bisa diartikan kondisi lesi atau ruamnya bisa jauh lebih banyak, termasuk adanya risiko infeksi di tubuh.
10. Cacar air pada anak bisa terjadi berulang
Adalah mitos jika ada anggapan yang mengatakan bahwa jika cacar air hanya akan dirasakan satu kali saja dalam seumur hidup. Nyatanya, setelah cacar air sembuh, virus varisela-zoster dapat tetap berada dalam tubuh dalam bentuk laten.
Pada masa dewasa, virus ini berisiko dapat “bangun kembali” dan menyebabkan penyakit herpes zoster (shingles). Shingles biasanya menyebabkan ruam yang sangat nyeri dan dapat mengganggu kualitas hidup.
11. Anak tetap boleh mandi
Pada saat anak mengalami cacar air, bukan berarti tidak boleh dimandikan. Catatannya, anak boleh mandi apabila sudah tidak demam lagi.
“Kalau tidak demam perlu dimandikan, ya. Tapi kalau masih demam, jangan dulu karena tentu saja bisa bikin anak tidak nyaman. Selain itu, setelah mandi ada periode anak jadi kedinginan. Nah, begitu anak kedinginan akan dibaca oleh tubuh kalau suhu tubuh kurang tinggi jadi suhunya akan ditinggikan lagi. Saat mandi bisa gunakan sabun secara perlahan pada saat dikeringkan cukup di ttekan pelan handuknya. Jangan digosok.”
12. Pentingnya imunisasi/ vaksin
Vaksin cacar air telah tersedia dan sangat efektif dalam mencegah infeksi cacar air. Sebagian besar anak dijadwalkan untuk menerima dua dosis vaksin cacar air, yang pertama pada usia 12-15 bulan dan yang kedua pada usia 4-6 tahun. Vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi anak-anak dari cacar air.
“Tidak ada vaksin yang 100% melindungi kita dari penyakit. Tetapi dengan vaksin efek samping juga rendah, kalau terkena diharapkan lebih ringan, baik untuk lesi atau pun infeksi pada orang tubuh sehingga tidak memerlukan perawatan. Vaksin ini juga sudah aman, tidak menyebabkan anak autis, ya.”
13. Risiko ibu hamil yang tertular cacar air
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa cacar air pada anak bukan penyakit ringan. Terlebih lagi jika tertular pada ibu hamil, khususnya di masa awal kehamilan. Jika ibu hamil seorangterinfeksi cacar air selama trimester pertama kehamilan (12 minggu pertama), risikonya dapat lebih tinggi. Pada tahap ini, risiko terjadinya cacat lahir pada janin akibat infeksi cacar air dapat meningkat. Cacat lahir yang mungkin termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, atau otak.
Mengingat banyaknya risiko yang bisa muncul, termasuk infeksi yang membahayakan, cacar air pada pada anak tentu saja tidak bisa dianggap sebelah mata, ya, MamPap.
Hai, salam kenal 🤗, panggil saya Adis. ‘Terlahir’ jadi ibu, menjadi sadar kalau menjadi orang tua merupakan tugas seumur hidup. Meski banyak tantangan, semua tentu bisa dijalani jika ada dukungan dari lingkungan sekitar. #MamaSquads