“Punya orang tua yang sepuh, usianya sudah memasuki kepala 8, sepertinya wajar saja kalau jadi pikun. Jadi sering lupa juga gampang banget emosi. Tapi lama kelamaan kok, kondisinya makin parah ditambah lagi jadi sering halusinasi. Setelah dicek ke dokter, ternyata ibuku didiagnosis demensia alzheimer.”
Pengalaman di atas ini dilontarkan Cahaya, salah satu #mamasquads yang sedang menemani kedua orang tuanya. Mendampingi orang tua yang yang sudah lansia memang menjadi pengalaman yang berharga sekaligus menghadirkan berbagai tantangan tersendiri.
Selain mengalami perubahan emosi, banyak lansia juga mengalami berbagai masalah kesehatan seperti inkontinensia ataupun Demensia Alzheimer, penyakit pada otak yang terjadi secara perlahan namun bisa berakibat fatal. Penyakit ini bisa menimpa siapa saja, namun umumnya dialami ketika memasuki usia 65 tahun dan lebih banyak dialami oleh perempuan.
Meskipun sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan Alzheimer, namun ada berbagai upaya yang bisa dilakukan seperti pengobatan yang bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit dan meredakan gejala.
Mengingat Demensia Alzheimer ini tidak terjadi begitu saja, maka penting untuk memahami apa saja gejala, faktor risiko serta pencegahan yang bisa dilakukan. Hal ini dipaparkan Dr. dr. Gea Pandhita S, M.Kes, Sp.N dalam sesi diskusi yang dilangsungkan RS. Pondok Indah- Bintaro Jaya.
Perbedaan Alzheimer dan Demensia
Mungkin, di antara MamPap masih ada yang bertanya-tanya, apa yang membedakan antara Alzheimer dan Demensia?
Dalam hal ini Dr. dr. Gea Pandhita menjelaskan bahwa demensia adalah satu sindrom yang ditandai dengan penurun kognitif atau penurunan memori yang bisa mengganggu fungsi sosialnya.
Demensia ini bisa diibaratkan sebagai satu payung besar, istilah umum yang untuk menggambarkan sekelompok gejala yang memengaruhi kemampuan kognitif dan fungsi sehari-hari, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis.
Sedangkan Alzheimer adalah salah satu penyakit spesifik yang menyebabkan demensia, ditandai dengan perubahan progresif dan irreversibel di otak yang mengarah pada penurunan kognitif yang parah.
Jenis Demensia yang Paling Umum Terjadi
Jika selama ini Alzheimer merupakan istilah medis yang sering didengar, Dr. dr. Gea Pandhita S, M.Kes, Sp.N menjelaskan bahwa sebenarnya ada beberapa jenis demensia lain yang umum terjadi.
-
Demensia Alzheimer
Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum dan paling banyak dialami masyarakat di dunia. Menyumbang sekitar 60-80% dari semua kasus. Ini adalah penyakit progresif yang menyebabkan penurunan memori, berpikir, dan perilaku. Bahkan di dunia dinyatakan dalam 1 menit ada 3 orang penderita demensia alzheimer.
-
Demensia Vaskular
Berbeda Alzheimer dari Demensia Vaskular ini disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, seringkali akibat stroke atau serangkaian stroke kecil. “Tidak sedikit juga pasien yang terkena serangan stroke juga mengalami demensia.
-
Demensia Lewy Body
Sementara demensia tipe ini terjadi akibat adanya penumpukan protein tertentu di sel-sel saraf yang mengganggu penghantaran sinyal kimia di otak. Biasanya akan ditandai oleh endapan protein abnormal yang disebut lewy bodies di otak.
-
Demensia Frontotemporal
Mengacu pada sekelompok gangguan yang terutama mempengaruhi lobus frontal dan temporal otak, yang terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa.
-
Demensia Parkinson
Demensia ini terjadi pada beberapa orang dengan penyakit Parkinson, biasanya pada tahap lanjut.
-
Demensia Campuran
Kondisi di mana lebih dari satu jenis demensia terjadi bersamaan, seringkali Alzheimer dan demensia vaskular.
Penyebab Demensia Alzheimer
Lebih lanjut, dr. Gea Pandhita S, M.Kes, Sp.N memaparkan bahwa Demensia Alzheimer merupakan penyakit degeneratif dan terjadi terjadi secara bertahap bahkan menahun.
“Seiring bertambahnya usia, semua orang akan mengalami aging. Perubahan aging ini tidak hanya terjadi pada kulit yang bisa terlihat keriput, tapi juga terjadi perubahan pada otak. Otak jadi ikut mengecil dan saat ini terjadi maka akan terjadi perubahan fungsi dan struktur pada otak,” jelas Dr. dr. Gea Pandhita.
Kondisi ini terjadi akibat adanya dua kepingan protein abnormal yang disebut plaques yang menumpuk sehingga ‘membunuh’ sel-sel di otak. Akibatnya, nutrisi menuju otak terhambat dan menyebabkan kebutuhan nutrisi pada otak tidak terpenuhi. Kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh kelainan genetik dan gaya hidup.
“Awalnya menyerang di area hippocampus, tempat ingatan pertama kali terbentuk, secara perlahan akan rusak sehingga sulit membuat ingatan yang baru, bahkan ingatan yang baru atau sudah terjadi pun akan sulit diingat,” terang Dr. dr. Gea Pandhita lagi. Proses degenerasi ini tidak terjadi begitu saja. Namun terjadi perlahan, dalam rentang waktu 10-15 tahun.
Gejala Awal Alzhemier
Mengingat penimbunan plak di otak sehingga memunculkan gejala dalam rentan waktu yang cukup panjang, Dr. dr. Gea Pandhita mengingatkan bahwa penting sekali untuk memahami apa saja gejala yang sering kali muncul.
1. Gangguan daya ingat
Ini menjadi gejala utama, dimana fungsi kognitif menurun sehingga mudah lupa atau pikun, bahkan lupa dengan apa saja yang baru dilakukan.
2. Sulit untuk fokus atau konsentrasi
Gejala yang muncul adalah sulit untuk fokus sehingga menganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya, lupa menggunakan telepon bahkan lupa bagaimana cara memasak.
3. Sulit mengerjakan tugas atau kegiatan yang biasa dilakukan
Maksudnya, penderita akan kesulitan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, misalnya lupa bagaimana menggunakan gadget, menyalakan kompor, atai oven.
4. Alami disorientasi
Gangguan orientasi ini bisa berbagai macam, seperti tempat, waktu, bahwa orang.
5. Gangguan visuospatial
Beberapa gejala awal pasien juga mengalami gangguan visuospasial atau kesulitan mengenali objek visual, misalnya mengenali wajah, menuang minuman lalu sering tumpah.
6. Gangguan komunikasi atau berbahasa
Mengalami gangguan berbahasa sehingga menyebabkan sulit menemukan kosa kata yang tepat terhadap benda atau istilah yang biasanya mudah diucapkan.
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Gejala lain yang muncul adalah kerap lupa meletakan barang, misalnya kunci rumah atau barang lainnya. Tidak jarang, lansia dengan Demensia Alzheimer akhirnya menuduh orang lain yang didekatnya yang mengambil barang tersebut.
8. Salah membuat keputusan
“Ada orang dengan Demensia Alzheimer yang membuat keputusan yang salah, misalnya ingin menyumbang pembuatan pos satpam atau menjual rumah, tapi harganya salah. Selain itu coba perhatikan, biasanya orang dengan Demensia Alzheimer juga bisa berubah penampilannya. Biasanya rapih, tapi jadi berantakan, pakai baju yang tidak sesuai,” tukas Dr.dr. Gea.
9. Menarik diri dari pergaulan
“Namun, beberapa orang yang mengalami penurunan fungsi kognitif ini sebenarnya belum tentu menjadi tanda pasti seseorang menderita Demensia Alzheimer. Sebab, ada beberapa gejala khas lain bagi penderita demensia Alzheimer, selain penurunan kognitif juga disertai dengan gangguan pada daily activity atau gangguan aktivitas keseharian. Dua ini menjadi gejala awal demensia alzheimer. Lebih waspada lagi jika sudah ada gejala mudah curiga dan halusinasi.”
10. Perubahan perilaku dan kepribadian
Salah satu gejala yang sering muncul adalah adanya perubahan perilaku dan kepribadian. Seperti yang kita ketahui, umumnya lansia akan menjadi mudah sensitif dan tersinggung, ketika sudah mengalami gejala umumnya akan bertambah rasa curiga dengan emosi yang tidak stabil.
Faktor Risiko Demensia Alzheimer
Tidak hanya memahami berbagai gejala yang mulai muncul, Dr.dr. Gea juga mengingatkan pentingnya mengetahui apa saja faktor risiko, baik yang tidak bisa dimodifikasi atau bisa dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak bisa diubah adalah:
- Usia
- Jenis kelamin, sebab yang lebih berisiko alami alzhemier adalah perempuan
- Genetik
Faktor risiko lain yang bisa dimodofikasi adalah:
- Hipertensi
- Diabetes
- Obesitas
- Dyslipidemia
- Kurang aktivitas fisik
- Depresi
- Kebiasaan merokok
“Faktor yang bisa dimodifikasi ini bisa dikendalikan sejak muda sehingga saat lansia bisa diminimalisir. Tapi tentu saja perlu diperiksa dengan dokter syaraf, psikiater atau dokter penyakit dalam bagian geriatri. Nanti akan dilakukan pemeriksaan neurokognitif untuk mengetahui fungsi kognitif secara umum,” tegas Dr.dr. Gea.
Pencegahan Demensia Alzheimer
Mengingat Demensia Alzheimer merupakan penyakit degeneratif, sehingga ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa dicegah, namun ada berbagai langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau menunda dimensia alzheimer terjadi dengan cepat.
-
Lakukan Gaya Hidup Sehat
Dr. dr. Gea mengingatkan pentingnya melakukan aktivitas fisik secara teratur. “Olahraga tidak perlu yang berat-berat, dengan jalan kaki setiap pagi selama 30 menit sebenarnya sudah cukup,” ungkapnya. Olahraga lain yang dapat membantu meningkatkan kesehatan otak dan kardiovaskular adalah berenang atau bersepeda. Selain itu, tentu saja mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan lemak sehat
-
Stimulasi Mental
Cobalah untuk terus melibatkan diri dalam aktivitas yang merangsang otak seperti membaca, bermain puzzle, bermain alat musik, atau belajar sesuatu yang baru dapat membantu menjaga fungsi kognitif. Stimulus ini sangat penting untuk mencegah terjadinya Demensia Alzheimer. Hal ini juga berkaitan erat dengan pentingnya pendidikan berkelanjutan karena belajar sepanjang hidup dapat memberikan perlindungan terhadap penurunan kognitif.
-
Sosialisasi
Terlihat sederhana, nyatanya melakukan interaksi sosial dengan menjaga hubungan sosial yang kuat dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat membantu mengurangi risiko Alzheimer.
-
Mengelola Faktor Risiko Kardiovaskular
Melakukan pola hidup yang sehat amat berkaitan erat untuk mengontrol agar tekanan darah bisa dalam normal. Ini dapat mengurangi risiko demensia vaskular dan Alzheimer. Termasuk mengontrol kadar kolesterol dan gula darah dapat mencegah kondisi yang berhubungan dengan penyakit jantung dan diabetes, yang juga dapat meningkatkan risiko Alzheimer.
-
Jaga Kualitas Tidur
Pastikan kebutuhan waktu tidur yang cukup dengan kualitas baik karena penting untuk kesehatan otak. Kebiasaan tidur malam atau begadang atau gangguan tidur seperti sleep apnea perlu diatasi dengan tepat.
-
Mengelola Stres dengan Baik
Cobalah untuk melakukan berbagai kegiatan yang bisa membantu meredakan stres, misalnya melakukan meditasi atau yoga. Berkumpul dengan teman dekat atau melakukan hobi juga menjadi pilihan yang tepat untuk membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan.
-
Hindari Merokok dan Alkohol
Berhenti merokok dan minum minuman yang beralkohol.
-
Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Jika selama ini rutin memeriksakan kondisi kesehatan jantung atau organ tubuh yang lainnya, cobalah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menyeluruh. Langkah ini bisa membantu mendeteksi dan mengelola kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko Alzheimer.
Dampingi Orang Tua dengan Demensia Alzheimer, Perhatikan Hal Ini
Merawat orang tua dengan demensia Alzheimer tentu bukan pekerjaan yang mudah, apalagi bisa dilewati puluhan tahun. “Mendampingi orang Demensia Alzheimer terlebih lagi orang tua memang banyak tantangan, bahkan ini fase yang cukup panjang kerena kondisi ini tidak bisa disembuhkan, bahkan bisa semakin menurun,” ujar Dr. dr. Gea Pandhita mengingatkan.
Saat menjalaninya tentu saja hanya memerlukan kesabaran, namun kondisi finansial yang baik termasuk strategi yang efektif. Berikut adalah beberapa tips untuk para caregiver yang menemani orang tua dengan demensia Alzheimer:
1. Pahami Penyakitnya
Hal utama yang perlu dilakukan tentu membekali ilmu. Mempelajari sebanyak mungkin tentang Alzheimer sehingga memahami gejala, perkembangan, dan cara terbaik untuk merawat orang tua yang tepat. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang menawarkan strategi dan teknik dalam merawat pasien dengan demensia Alzheimer.
2. Komunikasi yang Efektif
Mengingat adanya penurunan kognitif yang signifikan, artinya perlu melakukan komunikasi yang sederhana dan jelas. Gunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti, dengan intonasi suara yang jelas dan perlahan.
3. Ciptakan Ruang atau Lingkungan yang Aman dan Nyaman
Pastikan rumah dalam kondisi yang aman dan nyaman. Cegah segala risiko yang bisa muncul, misalnya menjauhkan barang atau benda yang berbahaya, termasuk memasang CCTV untuk memantau kegiatan yang dilakukan dan menghindari hal yang tidak diinginkan.
4. Buat Aktivitas Rutin yang Struktur
Jika memungkikan, ciptakan rutinitas harian yang konsisten untuk membantu mengurangi kebingungan sekaligus sebagai stimulasi untuk kognitif. Hal sederhana bisa dengan mengajak jalan pagi, berkebun, atau senam sederhana.
5. Kesehatan dan Nutrisi
Menjadi hal utama, memastikan nutrisi yang dibutuhkan tetap terjaga dengan memberikan makanan sehat yang kaya nutrisi, ternasuk penuhi kebutuhan air minum untuk menghindari dehidrasi.
7. Merawat Diri, Pastikan Kebutuhan Istirahat Terpenuhi
Seperti yang kita ketahui, pada saat tubuh lelah kurang istirahat tentu saja bisa membuat emosi tidak stabil. Jadi pastikan kebutuhan istirahat tercukupi, ya. Ini juga jadi modal utama agar tubuh tetap sehat.
8. Dapatkan Dukungan Emosional
Penting untuk mendapatkan support sistem yang bisa mendukung dan berbagi cerita dan pengalaman. Bicaralah dengan teman, keluarga, atau bergabung dengan kelompok dukungan untuk caregiver. Jangan ragu mencari bantuan profesional jika merasa kewalahan.
9. Bersabarlah
Tidak usah mengelak atau menghindari situasi yang sudah terjadi. Menerima perubahan dan belajar memahami bahwa kondisi orang tua akan berubah dari waktu ke waktu, dan penyesuaian sangat diperlukan.
Meski tidak mudah, cobalah untuk terus berpikir positif. Tidak ada salahnya untuk mencoba fokus dan mengingat momen-momen positif dan kecilkan kesulitan yang dihadapi. Sadarilah bahwa mencurahkan perhatian merupakan tindakan kasih sayang yang sangat berarti dan diperlukan bagi orang tua, terlebih lagi yang mengalami Demensia Alzheimer.
Hai, salam kenal 🤗, panggil saya Adis. ‘Terlahir’ jadi ibu, menjadi sadar kalau menjadi orang tua merupakan tugas seumur hidup. Meski banyak tantangan, semua tentu bisa dijalani jika ada dukungan dari lingkungan sekitar. #MamaSquads