Sosok Ibu yang Baik Sebagai Pondasi Keluarga di Mata Islam, Seperti Apa?

ibu yang baik menurut islam, sosok ibu dalam islam, peran ibu dalam islam, ibu memeluk anak

Sebagai sosok penting dalam keluarga, peran ibu yang baik menurut Islam harus dipahami dengan benar. Bukan hanya penting sebagai pengelola keuangan, ibu juga berperan vital dalam mendidik keluarga sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa ibu adalah sekolah yang pertama.

Seorang penyair ternama asal Madura, D. Zawawi Imron, menuliskan dalam salah satu puisinya, “Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan//namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu//lantaran aku tahu//engkau ibu dan aku anakmu.”Itu merupakan ekspresi jujur betapa seorang ibu punya nilai sangat berharga dan kesan mendalam bagi sang anak.

6 Sosok Ibu yang Baik Menurut Islam

ibu yang baik menurut islam, sosok ibu dalam islam, peran ibu dalam islam, anak mencium tangan ibu

Peran ibu dalam ajaran Islam tidak hanya dipandang sebagai pemberi kehidupan fisik, tetapi juga sebagai pilar kehidupan spiritual dan moral, seperti yang dikutip dari laman NU Online.

Bacaan Lainnya

Lalu seperti apa gambaran ibu yang baik menurut Islam? Cek di sini selengkapnya ya!

1. Teladan dalam Keimanan dan Beribadah

Ketika membicarakan sosok ibu yang baik menurut Islam, kita bisa langsung melihat sekian contoh wanita teladan dalam tarikh atau sejarah peradaban Islam. Dari sosok seperti Khadijah, Asma, hingga Maryam, kita bisa menyarikan sifat-sifat mengenai ibu ideal berdasarkan Al-Quran dan hadis yang sahih.

Seorang ibu disebut ideal dalam pandangan Islam jika ia merupakan seorang hamba yang taat kepada Allah SWT. Banyaknya tugas dan kewajiban sebagai ibu dan istri tidak menghalanginya untuk selalu menjadi teladan secara spiritual.

Hal ini bisa dilihat dari sosok wanita mulia, yaitu Ibunda Maryam, ibu dari Nabi Isa a.s. Tatkala istri Imran, yakni ibunda Maryam, sedang mengandung, ia berdoa kepada Allah agar bayi yang dikandungnya kelak akan menyembah Allah sepenuhnya.

Hal ini tertuang dalam Surah Al-Imran ayat 35-36 di mana ibunda Maryam ingin agar anaknya mengabdi pada kepentingan agama Allah. Doa itu dikabulkan saat Allah meninggikan status Maryam sebagai ibu seorang nabi meskipun beliau masih perawan. Keutamaan statusnya dinyatakan dalam ayat Al-Quran:

(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa itu). (Al-Imran/3:42)

Maryam binti Imran yang merupakan ibunda Isa a.s. adalah potret ibu yang baik menurut Islam. Seorang ibu ideal bagi kaum muslim sebagai satu-satunya wanita yang mendapat penghormatan karena namanya disebut dalam kitab suci Al-Quran.  

Kisah Maryam menegaskan bahwa posisi seorang ibu tak bisa diremehkan sebab dari rahimnyalah lahir generasi beriman untuk menyongsong masa depan. Ibu dipandang sangat penting dalam agama Islam sehingga harus dihormati karena doa tulusnya diijabah oleh Allah SWT.

2. Ibu yang Baik adalah Wanita Terhormat

Sebagai posisi terhormat di dalam Islam, derajat keibuan sangat dihargai. Berbeda dari tradisi masyarakat modern yang hanya mengangkat profil seseorang saja, maka Islam menghargai dan menghormati peran orangtua dan kesatuan keluarga dalam keberhasilan pendidikan.

Hal ini terlihat dalam praktik kunyah, yaitu menyebut seseorang bukan dengan namanya sendiri melainkan dengan tambahan Umm (ibunya) atau Abu (ayahnya). Salah satu contoh paling populer adalah Abu Huraira, yang dijuluki sebagai bapaknya kucing sebab kecintaannya pada kucing. Penggunaan kunyah ini menegaskan penghormatan pada orangtua, lebih-lebih sosok ibu.

Bahkan para istri Rasulullah SAW dikenal dengan sebutan Ummul Mukminin, yang berarti ibu kaum mukmin. Kita tahu secara biologis mereka tidak melahirkan kaum mukmin, tapi jelas merupakan penghormatan tinggi terhadap status “ibu” yang sangat mulia.

3. Ibu yang Baik Penuh Cinta Kasih

Mama Papa, Islam memandang ibu sebagai sosok istimewa salah satunya berkat sifat welas asih kepada keluarganya, juga terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dua sifat Asmaul Husna, Ar- Rahman dan Ar-Rahim keduanya berasal dari akar kata yang sama dengan rahim, yaitu ar-rahm.  

Cinta kasih seorang ibu tak perlu dipertanyakan lagi. Sejak mengandung janin, ia sudah menanggung bobot berlebih dan menjaga asupan makanan. Keterbatasan dalam bergerak pun jadi tantangan tersendiri yang mereka jalani sepenuh keikhlasan.

Perjuangan selama sekitar 9 bulan adalah wujud rasa kasih sayang ibu sebagai contoh betapa Allah SWT Maha Penyayang atas semua makhluk-Nya. Sejarah membuktikan bahwa ketika ada seorang ibu menyusui di antara tawanan perang, ternyata wanita ini segera meraih bayi tawanan untuk disusui. Demikian yang diceritakan Khalifah Umar bin Khattab diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.

4. Ibu yang Baik Rela Berkorban untuk Keluarga

Ibu yang baik menurut Islam tak pernah ragu untuk berkoban demi keluarganya. Banyak kisah dalam keseharian maupun sejarah masa silam betapa wanita yang berperan sebagai ibu mampu menjadi penopang ekonomi keluarga hingga mengantarkan anak-anak ke gerbang kesuksesan.

Bukan cuma harta atau benda, bahkan nyawa pun ia relakan demi melahirkan sang anak tercinta. Kebutuhannya sendiri kerap terabaikan atau dinomorduakan demi mendahulukan terpenuhinya kebutuhan anak-anak atau keluarganya.

Saat Covid-19 mewabah, tak sedikit para suami yang terkena PHK. Para istrilah yang kemudian mengambil alih tanggung jawab ekonomi. Mereka berjualan apa saja dengan mengorbankan waktu istirahat dan tenaga tiada terkira.

Dalam khazanah sejarah peradaban Islam, ada Khadijah binti Khuwailid r.a. yang juga sangat layak menjadi teladan dalam pengorbanan. Ibunda Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Umm Kulthum, dan Fatimah ini dikenal sebagai saaudagar kaya raya saat menikahi Nabi Muhammad SAW.

Harta berlimpah itu beliau manfaatkan untuk membantu dakwah Nabi serta meringankan beban kaum miskin dan anak-anak yatim. Bahkan kedermawanan beliau terlihat saat membayarkan mahar para perempuan miskin agar mereka bisa menikah.

Pernikahan Khadijah dengan Nabi Muhammad SAW juga termasuk pegorbanan agung. Dari segi ekonomi, Nabi bukanlah orang kaya. Bahkan setelah menikah, harta Ibunda Khadijah mesti dipergunakan untuk mendanai dakwah Nabi. Inilah pernikahan yang diberkati Allah SWT. 

Khadijah adalah wanita mulia yang melahirkan generasi Islam terbaik. Pengorbanan beliau juga terbukti ketika kaum kafir Quraish memboikot kaum Muslim pada awal dakwah. Ibunda Khadijah ikut menderita dan bahkan kesehatannya menurun hingga beliau wafat.

Rasulullah mengenang pengorbanan sang istri tercinta dengan mengatakan:

“Ketika tak ada yang mempercayaiku, dia beriman kepadaku, ketika orang-orang menuduhku berdusta, dia meneguhkan kejujuranku, dan saat orang-orang mencoba memiskinkaku, dia menjadikanku mitra dalam kekayaannya.” (Musnad Ahmad)

5. Ibu yang Baik Selalu Istiqamah dan Bergantung pada Allah

Salah seorang sosok lain ibu baik menurut Islam adalah Asiya, istri Firaun yang kafir. Sebagai wanita mulia yang ditinggikan derajatnya, Asiya diganjar dengan surga atas istiqamahnya dalam menyembah Allah SWT.

Saat suaminya memerintahkan agar seluruh anak lelaki Bani Israil dibunuh, Ibunda Asiya justru memutuskan untuk merawat dan membesarkan Musa di dalam rumahnya. Kendati bukan ibu kandung yang melahirkan, Asiya menyayangi Musa sepenuh hati dan memastikan ia tumbuh dengan aman, penuh kasih, dan ketercukupan.

Sifat istiqamah dan keteguhan juga ditunjukkan oleh Hajar Ibunda Ismail a.s.  Istri Nabi Ibrahim a.s. ini tetap teguh membesarkan sang putra saat Ibrahim meninggalkan mereka berdua di padang tandus yang tepencil.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Hajar bertanya kepada Ibrahim apakah kepergian beliau itu atas perintah Allah SWT. Ketika dijawab bahwa itu memang kehendak Allah, maka Hajar tak lagi mempertanyakan kondisinya. Berbekal keimanan, dia yakin bahwa Allah SWT tidak akan menyengsarakan diri dan anaknya.

6. Ibu yang Baik Senantiasa Bersabar dan Penuh Harapan

ibu yang baik menurut islam, sosok ibu dalam islam, peran ibu dalam islam, ibu memakaikan hijab anak

Mama Papa tahu kan sebuah kisah terkenal tentang salah satu imam besar Masjidil Haram. Adalah Syaikh Sudais yang saat kecil ternyata cukup nakal yang membuat ibunya kewalahan. Suatu hari keluarga Sudais akan menerima tamu. Namun hidangan untuk tamu malah ditaburinya dengan pasir.

Saking jengah dengan kelakukan sang putra, ibunya lantas berikrar dengan berucap, “Pergilah, semoga kau menjadi Imam Masjidil Haram!” Bukannya doa berisi karma atau celaan negatif, melainkan doa istimewa yang berlandaskan kesabaran.

Ibu yang penyabar bukan berarti tidak pernah marah, tetapi tahu kapan harus marah dan bagaimana mengungkapkan kemarahan. Alih-alih berisi doa jelek, ibu yang baik menurut Islam senantiasa memanjatkan harapan kepada Tuhan.

Agar anak-anaknya sehat dan sejahtera. Agar jangan sering sakit atau terbatas dalam pergaulan. Dengan kesabaran dan penuh pengharapan, tujuan itu insyaallah bisa tercapai.

Perlu Perjuangan untuk Menjadi Sosok Ibu yang Baik

Itulah gambaran ibu yang baik menurut Islam. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin diwujudkan dalam keseharian. Butuh latihan dan pengorbanan serta kesabaran untuk menjadi ibu terbaik bagi keluarga.

Sebagai wanita yang punya peran sangat penting dalam keluarga, Mama mesti selalu optimistis dalam mendidik serta mendampingi perjalanan anak-anak demi menggapai ridha Allah SWT. Tak cuma selesai dengan doa, tentunya masih dibutuhkan keteguhan untuk menjalani setiap ujian dengan keikhlasan.

Ibu yang baik menurut Islam paham kapan bersikap keras dan lembut kepada anak-anak. Marah bukan lantaran membenci anak, lembut juga bukan karena ingin memanjakan anak, tetapi karena perintah Allah SWT saja ibu bertindak agar anak-anak menjadi hamba yang taat beribadah dan pribadi penuh kasih sayang yang menebar manfaat. 

Selamat berjuang ya, Mama!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × 2 =