Terhambatnya pertumbuhan bayi selama kehamilan bisa dialami oleh siapa saja, dan penyebabnya ternyata bukan sekadar kurangnya asupan nutrisi. Ini dia penyebab dan dampak berat badan lahir rendah pada bayi.
Apa Itu Berat Badan Lahir Rendah pada Bayi?
WHO atau Badan Kesehatan Dunia menjelaskan, berat bayi rendah saat lahir adalah bila beratnya kurang dari 2.500 gram. Memang sih ada beberapa bayi yang lahir dengan berat lahir rendah yang terlahir sehat, tapi kondisi ini bisa berisiko serius pada kesehatan si kecil. Di antaraya mengalami kesulitan makan, kenaikan berat badan, dan melawan infeksi.
WHO juga mengatakan fenomena ini lebih sering terjadi di negara berkembang daripada negara maju. Tapi bukan berarti negara maju tidak mengalaminya, seperti Amerika Serikat misalnya, sekitar 8% atau 1 dari 12 bayi lahir dengan berat badan rendah.
Menurut Vanessa Nzeh, MD, dokter spesialis anak dari University of Houston, menyebutkan ada tiga kategori bayi dengan berat badan lahir rendah:
- Bayi berat lahir rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram.
- Bayi berat lahir sangat rendah (very low birth weight/VLBW) kurang dari 1.500 gram.
- Bayi berat lahir rendah ekstrim (extremely low birth weight/ELBW), kurang dari 1.000 gram.
Idealnya berat badan bayi menurut spesialis anak dari RSIA Grand Family, dr. Boris Yanuar, Sp.A., adalah tergantung dari usia kandungannya saat persalinan. “Normalnya 2,5-3,8kg, maksimal banget 4kg. Kalau sudah di atas 4 kg itu sudah kegemukan,” ujar dr. Boris dalam acara IG Live ParentSquads bertema Cara Penanganan yang Tepat Berat Bayi Rendah Saat Lahir.
Penyebab Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Ada beberapa penyebab berat badan lahir rendah pada bayi, yaitu:
- Kondisi kesehatan kronis dalam jangka waktu yang lama, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, masalah jantung, paru-paru, dan ginjal.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk mengatasi kondisi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, epilepsi, dan pembekuan darah.
- Infeksi tertentu, terutama infeksi pada organ reproduksi bagian dalam selama kehamilan, seperti cytomegalovirus, rubella, cacar air, toksoplasmosis dan infeksi menular seksual tertentu.
- Masalah dengan plasenta karena dapat mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke bayi yang kemudian membatasi pertumbuhan bayi.
- Berat badan ibu kurang atau tidak cukup selama kehamilan.
- Pernah melahirkan bayi lahir berat rendah sebelumnya.
- Hamil kembar (dua, tiga, atau lebih). “Ini benar, karena rahim ibu tidak kuat menopang dua anak, tiga anak, atau empat anak, akhirnya akan terjadi pembukaan. Ya tidak semua ibu hamil kembar sih (mengalami itu), tapi ibu hamil kembar memiliki potensi BBLR,” terang dr. Boris.
- Ibu merokok, minum alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang dan menyalahgunakan obat resep.
- Paparan polusi udara atau timbal.
- Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
- Usia ibu saat hamil terlalu muda (kurang dari 15 tahun) atau terlalu tua (di atas dari 35 tahun).
Dalam jangka panjang bayi juga lebih mungkin mengalami kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, disabilitas intelektual dan perkembangan, sindrom metabolik, dan atau kegemukan.
Risiko Bayi dengan Berat badan Lahir Rendah
Ada dua hal yang berkaitan dengan risiko berat badan lahir rendah pada bayi lahir menurut dr. Boris. Yaitu risiko jangka pendek dan jangka panjang.
- Jangka pendek, “Masalahnya adalah organ-organ pada bayi belum siap, bayi akan mengalami masalah pernapasan, pencernaan dan rentan infeksi.”
- Jangka panjang. Sementara untuk jangka panjang, jika bayi tidak segera ditangani dan dirawat dengan yang baik, bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan saraf, audio, tinggi badan.
Selain itu, ada dua risiko atau dampak utama bila berat bayi rendah saat masih berada di dalam kandungan. Yaitu:
- Kelahiran prematur atau persalinan dini sebelum usia kandungan 37 minggu.
- Pertumbuhan janin yang terhambat (fetal growth restriction). Memang ada beberapa bayi yang terlahir dengan berat badan rendah karena orang tuanya bertubuh kecil, tapi ada juga yang dikarenakan pertumbuhannya terhambat selama kehamilan.
Masih ada lagi risiko lainnya yang bakal dialami bayi dengan berat badan lahir rendah. Beberapa bahkan sampai ada yang memerlukan perawatan khusus di NICU (neonatal intensive sare unit). Di antaranya:
- Masalah pernapasan, seperti sindrom gawat/gagal napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS).
- Pendarahan di otak (Intraventrucullar Hemorrhage/IVH).
- Patent ductus arteriosus, yaitu pembukaan antara 2 pembuluh darah utama yang berasal dari jantung tidak menutup dengan benar.
- Enterokolitis nekrotikan (necrotizing enterocolitis), masalah pada usus bayi yang bisa menyebabkan masalah makan, pembengkakan di perut, dan komplikasi lainnya.
- Retinopati prematuritas, retina mata bayi yang tidak berkembang sempurna dalam beberapa minggu usianya.
- Penyakit kuning, tingginya bilirubin di dalam darah.
- Infeksi. Oleh karena sistem kekebalan bayi belum optimal maka ia belum mampu melawan infeksi virus dan bakteri.
Cara Menangani Bayi Berat Lahir Rendah
Perawatan bayi yang lahir dengan berat badan rendah berbeda dari yang lahir berat normal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan menurut dr. Boris. Yaitu:
1. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi melalui ASI.
- ASI. Kata dr. Boris, bayi berat lahir rendah belum memiliki refleks (mengisap dan menelan) yang optimal. “Rasa laparnya juga tidak seperti bayi yang lahir normal. Pada BBLR harus ibu yang mengatur pemberian ASI minimal setiap 2 jam sekali, kalau tidak bayi cenderung diam saja.
- Human milk fortification (HMF) untuk memabantu meningkatkan kalorinya. Susu jenis ini biasanya ditambahkan pada ASI sehingga kalori ASI-nya juga bertambah besar.
- Susu formula (khusus anak prematur) bila ASI atau donor ASI tidak ada.
2. Jaga kebersihan. Oleh karena daya tahan tubuhnya masih sangat rendah bayi rentan terkena infeksi virus dan bakteri. Orang tua harus menjaga bayi tetap besih, salah satunya dengan rajin mencuci tangan sebelum memegang bayi. “Jangan semua orang dikasih cium-cium bayi. Harus tegas, karena kita tak tahu bagaimana kondisi sekeliling kita,” kata dr. Boris.
3. Rawat di rumah sakit jika refleks mengisap dan menelan bayi masih rendah.
4. Imunisasi. Imunisasi diberikan jika berat badan sudah mencukupi (minimal 2kg ke atas) dan jenis imunisasinya sama dengan bayi dengan berat badan normal.
Sebenarnya berat janin selama di kandungan sudah bisa dicek oleh dokter kandungan melalui pemeriksaan ultrasound (USG). Ini jugalah yang menjadi alasan agar ibu hamil tidak melewatkan pemeriksaan prenatal. Selain berat badan, dokter juga akan melakukan pemantauan detak jantung dan lainnya.
Diskusikan dengan dokter segala hal yang perlu untuk diketahui, seperti menu diet selama hamil, nutrisi atau suplemen yang baik bagi janin, olahraga selama kehamilan dan lainnya. Ini untuk memastikan kondisi bumil dan janin selalu sehat. Sehingga bisa mencegah berat badan lahir rendah pada bayi.