MamPap, Begini Cara Bantu Lansia yang Alami Inkontinensia

Siapa di antara MamPap yang tidak bisa menahan kemih? Saat batuk atau tertawa, tiba-tiba air kemih keluar begitu saja tidak bisa dikendalikan. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia. Risiko inkontinensia ini akan meningkat seiring bertambahnya usia. Itulah mengapa lansia banyak yang mengalaminya. Berikut penjelasan lengkap terkait dengan inkontinensia pada lansia.

Perlu digaribawahi bahwa inkontinensia merupakan gangguan yang terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas fungsi pengendalian kandung kemih atau usus. Kondisi ini tentu saja dapat mengakibatkan kebocoran urin. Tidak hanya urin, sebagian orang bahkan juga ada yang mengalami kebocoran fases.

Meskipun inkontinensia urin tidak mengancam jiwa, kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan interpersonal dan seksual, kesehatan psikologis, dan juga interaksi sosial. Kondisi ini pun dirasakan para manula pada saat mengalami inkontinensia urine pada lansia.

Bacaan Lainnya

Inkontinensia pada Lansia

Faktanya, di Indonesia terdapat sekitar 18 juta jiwa lansia dan jumlah ini merupakan 7,8% dari total populasi penduduk. Sebanyak 25% lansia menderita penyakit degeneratif dan hidup tergantung pada orang lain. Salah satu dari penyakit ini adalah inkontinensia urin. Untuk itulah mangapa mengetahui apa saja kebutuhan perawatan pada lansia diperlukan, terutama jika MamPap sudah memiliki orang tua yang sudah memasuki usia kepala 6.

Dalam hal ini, dr. Kindy Aulia,Sp. U, Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI menjelaskan inkontinensia pada lansia, “Pasien lansia atau geriatri memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami inkontinensia urin dan berbagai masalah kesehatan (multipatologi) lainnya. Dalam penanganan masalah ini perlu dilakukan pendekatan secara menyeluruh.”

Ditemui di acara peluncuran produk popok dewasa, Parenty, dr. Kindy juga menegasakan bahwa dukungan dan peran dari keluarga serta orang terdekat sangat penting untuk membantu para geriatri dalam menerima dan menangani masalah yang ditemui.

inkontinensia pada lansia

Keluarga dapat berperan untuk mendorong para geriatri dalam mengubah pola hidup seperti penurunan berat badan, berhenti merokok dan mulai melakukan aktivitas fisik. Keluarga juga dapat membantu pasien dalam menjalani terapi perilaku seperti kegel exercise, bladder training, prompted voiding, habit training atau scheduled toileting.

“Selain itu, anggota keluarga juga dapat membantu geriatri untuk menjaga kesehatannya, misalkan seperti menyediakan menu makanan yang sehat, menjaga kebersihan, atau mengingatkan mereka untuk konsumsi obat yang diperlukan sesuai jadwal dan dosisnya.”

Sebagai bentuk dukungan agar para lansia bisa bisa lebih nyaman, dan percaya diri, Parenty sebagai popok dewasa hadir memberikan kelembutuan ‘softness of love’, di mana Parenty dirancang untuk memberikan kepercayaan diri dan kebebasan kepada para lansia untuk menjalani hidup mereka sepenuhnya tanpa harus khawatir akan kebocoran atau iritasi pada kulit saat beraktivitas.

Lebih lanjut dr. Kindy Aulia,Sp. U menjelaskan beberappa tipe atau jenis inkontinensia yang umum terjadi, termasuk jenis inkontinensia pada lansia.

Jenis Inkontinensia pada Lansia

Inkontinensia Urin

  • Inkontinensia stres

Terjadi ketika tekanan tiba-tiba pada kandung kemih, seperti batuk, bersin, tertawa, atau angkat berat, menyebabkan kebocoran urin.

  • Inkontinensia urgensi

Seseorang merasa memiliki dorongan mendesak untuk buang air kecil dan tidak dapat menahan diri cukup lama untuk mencapai toilet.

  • Inkontinensia campuran

Kombinasi antara inkontinensia stres dan urgensi.

  • Inkontinensia overflow

Terjadi ketika kandung kemih tidak dapat mengosongkan sepenuhnya, menyebabkan kebocoran urin secara terus-menerus.

  • Inkontinensia fungsional

Terjadi karena kesulitan seseorang untuk mencapai toilet tepat waktu, seperti pada orang dengan keterbatasan mobilitas atau demensia.

Inkontinensia Feses

Inkontinensia feses adalah kehilangan kendali atas tinja, yang dapat mengakibatkan kebocoran tinja.

Ini bisa terjadi akibat kelemahan otot sfingter anus atau masalah lain dalam sistem pencernaan.

Gejala Inkontinensia pada Lansia

Sebenarnya gejala inkontinensia urin atau fases dapat bervariasi, ini tergantung pada jenis inkontinensia dan penyebabnya. Beberapa gejala umum yang terkait dengan inkontinensia meliputi:

  • Kebocoran urin ketika tertawa, batuk, bersin, atau bergerak.
  • Dorongan mendesak untuk buang air kecil yang sulit dikendalikan.
  • Kandung kemih terasa penuh sepanjang waktu.
  • Sering buang air kecil (frekuensi tinggi).
  • Perasaan bahwa tidak dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
  • Sering buang air kecil di malam hari (nokturia).

Sedankan ada beberapa gejala inkontinensia feses:

  • Kebocoran tinja tanpa kontrol.
  • Kesulitan menahan atau mengendalikan buang air besar.
  • Seringnya buang air besar yang tidak dapat dihindari.

Gejala dan tingkat keparahan inkontinensia dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Penting untuk mencari bantuan medis jika ada gejala-gejala inkontinensia, karena ada berbagai pilihan pengobatan dan manajemen yang tersedia untuk membantu mengatasi masalah ini dan meningkatkan kualitas hidup Anda. Dokter atau spesialis kesehatan lainnya dapat membantu menentukan penyebab dan rencana perawatan yang sesuai.

Kelompok Orang yang Berisiko Alami Inkontinensia

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, bahwa bada beberapa kelompok yang berisiko tinggi mengalami inkontinensia

  • Inkontinensia pada lansia

Risiko inkontinensia meningkat seiring bertambahnya usia. Ini karena otot-otot panggul dan kandung kemih dapat melemah seiring waktu. Itulah mengapapa banyak orang yang sudah lanjut usia akhirnya mengalami inkontinensia urine pada lansia

  • Perempuan

Perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia dibandingkan pria. Ini disebabkan karena perempuan mengalami proses hamilan selama 9 bulan, persalinan, termasuk menopause dapat memengaruhi otot-otot panggul dan menyebabkan inkontinensia urin.

  • Perempuan dengan riwayat melahiran bayi besar

Perempuan yang melahirkan bayi dengan berat badan besar atau melahirkan secara pervaginan mungkin berisiko lebih tinggi.

  • Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia.

  • Perokok Aktif

Perokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia. Merokok dapat merusak otot-otot dan saraf yang terlibat dalam kontrol kandung kemih.

  • Miliki Riwayat Keluarga

Jika ada anggota keluarga dengan riwayat inkontinensia, seseorang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.

  • Ada Kondisi Medis

Beberapa kondisi medis seperti diabetes, stroke, Parkinson, dan penyakit Alzheimer dapat meningkatkan risiko inkontinensia.

Terapi untuk Inkontinensia pada Lansia

  • Perubahan gaya hidup yang lebih sehat
  • Latihan dasar otot panggu; atau kagel. Latihan ini bisa dilakukan secara berulang antara kontrkasi dan relaksasi otoy dasar panggu yang bisa dilakukan setiap hari
  • Latihan kandung kemih (bladder trainning)

Dementara, dr. Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,MKes, Pendiri dan Inisiator GOlansia yang ditemui di acara yang sama menambahkan, selain membantu atau mendampingi inkontinensia pada lansia, selain memastikan agar tentap aktif dan produktif, penggunaan popok dewasa juga membantu para lansia untuk lebih percaya diri.

“Hal ini memungkinkan mereka atau yang mengalami inkontinensia pada lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa khawatir, menjaga kebersihan dan mencegah infeksi, serta tidak perlu report berulang kali ke toilet, termasuk mencegah ruam dan luka baring,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 × one =