Kebiasaan bayi mengisap jempol seringkali bikin orang tua senewen. Sabar, Ma, tak perlu terburu-buru mencari cara menghentikan bayi isap jempol. Nanti kebiasaan itu akan berhenti dengan sendirinya, kok. Kapan? Simak penjelasannya dan alasan mengapa bayi senang mengisap jempol di sini!
Alasan Bayi Mengisap jempol
Perlu diketahui, bahwa memasukkan jari atau tangan ke mulut merupakan hal yang normal dilakukan oleh bayi yang berusia 2 bulan. Hal ini dikarenakan bayi masih berada di dalam fase oral, yaitu saat bayi mendapatkan rasa puas merasa puas secara seksual saat melakukan kegiatan dengan mulutnya. Tidak hanya mengisap jempol, kepuasan ini juga bisa didapatkan lewat mengemut, mengulum, atau menggigit dan menghisap-hisap benda tertentu.
Seiring perkembangan usia, fase ini juga akan menghilang secara perlahan. Setelah itu, anak akan melewati fase psikoseksual selanjutnya anal, phallic, laten, dan genital. Ketika anak memasuki fase phallic tidak sedikit dari mereka yang akan menunjukan gratification disorder yaitu ketika mendapatkan kepuasan layaknya masturbasi namun tanpa disengaja layaknya orang dewasa.
Sementara, Baby Center menjelaskan, mengisap jempol ternyata merupakan salah satu cara bayi mengatasi ketegangan dan menenangkan dirinya tanpa bantuan orang lain.
“Mengisap adalah hal yang sangat alami bagi bayi,” kata dokter anak Robert Anderson, MD melansir WebMD.
Ditambahkannya lagi, sangat umum bagi bayi mengisap jempol atau jari-jari lainnya sebagai tindakan menenangkan diri dan atau mencari kenyamanan seperti saat tertidur atau sekadar merasa senang.
Dan kebiasaan mengisap jempol atau jari ini ternyata juga merupakan tahapan perkembangan penting yang perlu dilalui bayi. Saat isap jempol, ternyata bayi sedang belajar mengatur dan mengendalikan perilaku dan emosinya.
Kebiasaan bayi menghisap jempol ternyata juga sudah bisa dilakukan masih berada di dalam kandungan, hal ini terlihat di beberapa kasus lewat foto USG. Itu tanda bahwa bayi memang sudah memiliki perasaan dan emosi sejak sebelum dilahirkan.
Kapan Harus Waspada?

“Balita saya masih isap jempol sampai sekarang usianya 4 tahun. Apa itu normal?”
Hmm, beberapa anak memang sulit sekali menghentikan kebiasaannya isap jempol. Baby Center menyarankan, jika si Kecil masih mengisap jempol hingga usia 3-4 tahun, ada baiknya Mam memeriksakannya ke dokter gigi.
Kok, dokter gigi? Ya, itu karena kebiasaan isap jempol dapat mengubah struktur atau susunan gigi dan rahang balita jika dilakukan terlalu lama.
Jadi, konsultasikanlah dengan dokter cara menghentikan bayi isap jempol agar struktur gigi dan rahangnya tidak terganggu.
Memang sih tidak semua anak yang isap jempol hingga usianya 4-6 tahun susunan gigi permanen atau rahangnya terganggu. Biasanya itu terjadi pada anak yang mengisap jempol secara pasif –sekadar meletakkan jempolnya di dalam mulut atau pada malam hari saja. Berbeda dengan anak yang mengisap jempol secara agresif.
Tapi mengantisipasi untuk mendapatkan hasil terbaik jauh lebih baik, bukan?
Ada beberapa Mama yang khawatir kebiasaan isap jempol bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bicara anak. Robert menegaskan, kebiasaan isap jempol tidak ada hubungannya dengan perkembangan bicara anak.
Bagaimana Isap Jempol Bisa Mengganggu Pertumbuhan Gigi?
Dr. Mary J. Hayes, seorang diplomat dan anggota American Academy of Pediatric Dentistry, mengatakan, intens mengisap memberikan tekanan pada sisi rahang atas dan jaringan lunak di langit-langit mulut. Aktivitas ini mengakibatkan rahang atas dapat menyempit, sehingga gigi tidak bertemu dengan benar dari atas ke bawah.
Memang gangguan tersebut bisa diperbaiki menggunakan kawat gigi, tapi juga berisiko menimbulkan masalah bicara pada anak, seperti cadel.
Dampak jangka panjangnya lagi, anak berisiko memiliki gigitan silang. Yaitu, kondisi di mana gigi atas dan bawah tidak bertemu dengan benar.
Kebiasaan mengisap jempol menyebabkan ‘thumb hole’ (lubang jempol) di langit-langit mulut, yang dapat menyebabkan gigi bagian belakang menanggung beban mengunyah. Hal ini kemudian menyebabkan ketidakseimbangan di antara gigi dan mempengaruhi struktur mulut dan rahang saat gigi tersebut tumbuh.
“Untuk mengatasi hal tersebut, Mam harus bekerja sama dengan anak dalam mengurangi ketergantungannya pada kebiasaan mengisap jempol,” kata Dr. Mary melansir WebMD.
8 Cara Menghentikan Bayi Isap Jempol

Para ahli psikologi, pediatri, dan kedokteran gigi anak mengatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua sebagai cara menghentikan bayi isap jempol. Seperti ini caranya:
- Batasi waktu anak mengisap jempol di kamar tidur atau di dalam rumah, bukan di tempat umum.. Sekalipun bayi atau balita Anda belum mengerti, telaskan kepadanya bahwa ini adalah aktivitas di tempat tidur saat akan tidur.
- Hindari berkonfrontasi. Seperti, “Kamu tidak boleh mengisap jempol lagi, ya.”
- Jangan terus-terusan berbicara dengan anak tentang kebiasaan mengisap jempolnya. Lebih baik mengatakan bahwa Anda siap membantunya menghentikan kebiasaannya itu.
- Jangan larang anak saat ia mencoba mengisap jempolnya setelah ia terjatuh –saat itu ia perlu zona nyaman sebagai distraksi dari luka yang dialaminya.
- Latih kesadaran diri anak saat sedang mengisap jempolnya –karena seringkali anak melakukannya secara tidak sadar. Contohnya, “Saat ini kamu lagi isap jempol, loh.”
- Jangan menggunakan cara kreatif sebagai cara menghentikan bayi isap jempol. Misalnya dengan mengoleskan cairan pahit atau memakaikan sarung tangan/jempol. “Itu bisa berbahaya,” kata Dr. Jen. Sementara Dr. Robert mengatakan, “Itu hanya akan membuat mereka frustrasi dan menyebabkan lebih banyak kecemasan. Kemungkinan besar si Kecil sudah cukup ‘dewasa’ untuk melepaskan jempolnya, hanya saja mereka butuh waktu.”
- Bandingkan dengan tokoh favorit yang seusianya. Seperti, “Apakah menurutmu Bob the Builder suka mengisap jempolnya?” Lambat laun otak anak akan memproses apakah mereka masih perlu mengisap jempolnya lagi.
- Alihkan perhatiannya dengan memberi buku atau mainan, baik itu saat anak sedang santai di rumah atau berkendara.
Kebiasaan isap jempol ini memang benar-benar bikin senewen, ya, Ma. Ma jadi capek bolak-balik cuci jempol anak, karena kalau tidak khawatir si kecil sakit perut lantaran jempolnya kotor.
Tapi kalau dipikir-pikir, kebiasaan ini masih lebih baik daripada mengisap dot, loh, Mam. Mengapa?
Pertama, dot rentan jatuh ke lantai. Kedua, apabila dot diikatkan di pakaian bayi, talinya berisiko mencekik leher bayi.
“Meskipun orangtua mungkin tidak menyukainya, sebaiknya hal itu dibiarkan saja. Nanti anak-anak akan berhenti pada akhirnya,” ujar Dr. Jenn.
Jadi Ma, bersabar saja, ya.
