Bukan rahasia lagi bahwa dampak polusi udara pada anak berkontribusi pada sejumlah masalah kesehatan, terutama bagi kesehatan anak. Bukan hanya kesehatan, polusi udara dan asap rokok juga disebut memiliki dampak bagi tumbuh kembang anak. Hal ini dipaparkan oleh dr. Cynthia Centauri Sp.A(K) Subsp. Resp., UKK, Respirologi Ilmu Kesehatan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam sesi seminar media IDAI. Berikut penjelasannya.
Kualitas Udara di Indonesia Terus Memburuk
Kualitas udara di dunia, termasuk Indonesia, terus memburuk setiap tahun. Kualitas udara di Indonesia (PM2,5) terus mengalami perburukan. Dokter Cynthia memaparkan, di tahun 2024 Indonesia masuk 15 besar negara dengan polusi udara terburuk dunia. Bahkan, DKI Jakarta sempat menjadi kota dengan polusi udara terburuk di dunia pada tahun 2023 lalu.
Waspadai Asap Rokok dan Vape
Dokter Cynthia mengingatkan, adanya risiko perokok pasif baik rokok biasa maupun vape, di sekitar perokok yang masih bisa terpapar dan ikut terdampak. “Tidak hanya orang yang berhadapan langsung dengan si perokok. Namun, dari asap rokok yang menempel di area sekitarnya seperti furnitur di sekitar perokok, itu juga menyimpan residu yang bersifat jahat atau bersifat toxic yang bisa berdampak buruk. Jadi, tidak pernah bertemu langsung dengan si perokok, tapi punya efek yang sama buruknya dengan si perokok aktif,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan tentang rokok elektronik atau vape yang memiliki efek yang sama buruknya dengan rokok biasa. “Walaupun vape diklaim ‘lebih sehat’ karena toxic utamanya lebih sedikit dibandingkan rokok tembakau, namun setelah proses pemanasan ternyata banyak komponen-komponen yang terbentuk, seperti propylene oxide, acrolein, acetaldehyde, dan sebagainya yang ternyata punya efek buruk juga bagi kesehatan manusia”.
Dampak Polusi Udara pada Anak

Data yang dipaparkan dr. Cynthia mengungkap, setiap hari, 93% anak usia kurang dari 15 tahun bernapas dengan udara berpolusi, yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan dan tumbuh-kembang. Tak hanya itu, tahun 2016, WHO sudah memperkirakan +/-600,000 anak meninggal setiap tahun karena infeksi saluran pernapasan bawah yang berkaitan dengan polusi udara.
Dampak polusi udara pada anak lebih besar dari dewasa karena anak menginhalasi 2-3 kali udara berpolusi lebih besar dari dewasa. Ditambah lagi, paru-paru anak masih berkembang dan mereka lebih banyak bermain di lingkungan outdoor yang berpolusi.
“Apabila terus terjadi kerusakan pada anak-anak yang kumulatif (akibat polusi udara), di masa dewasanya juga bisa terjadi penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit-penyakit metabolik lain seperti penyakit jantung dan diabetes,” ungkap Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam sesi seminar IDAI. Ia meyakini, polusi udara dan paparan asap rokok juga berkontribusi terhadap kejadian stunting. “Infeksi berulang juga bisa menghambat pertumbuhan pada anak,” lanjut Dr. Piprim.
Dr. Cynthia memaparkan, ada sejumlah studi yang menunjukkan dampak dari paparan asap rokok yang memengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
- Studi CS Berkey dari Harvard 1984 mengungkap, anak dari ibu yang merokok disebut lebih pendek jika terpapar asap rokok sejak dalam kandungan dan usia prasekolah.
- Studi Suzhen Cao di provinsi Cina tahun 2022 mengungkap, anak yang terpapar asap rokok ( perokok pasif ), memiliki risiko stunting lebih tinggi dan tinggi badan lebih pendek dibandingkan yang tidak terpapar.
- Studi di Jakarta tahun 2023 mengungkap ibu hamil yang terpapar polusi udara berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
- Menurut sebuah studi tahun 2021, emisi lalu lintas berisiko meningkatkan laju pertambahan indeks masa tubuh anak dan meningkatkan risiko obesitas.
- Studi di Brazil tahun 2025 juga menyebutkan bahwa polusi udara akibat lalu lintas dapat menyebabkan gangguan perkembangan, termasuk autisme (Austism spectrum disorder, ASD), hiperaktif (attention deficit hyperactivity disorder, ADHD). Polusi juga menurunkan fungsi atensi atau kognitif pada anak 6-11 tahun dan menyebabkan gangguan belajar. Selain itu, polusi lalu lintas pada remaja juga berhubungan dengan gangguan depresi, cemas, psikosis, delusi, dan halusinasi.
- Penulis Margaret Lane dalam jurnalnya yang ditulis 2025 mengungkap bahwa ibu hamil dengan paparan jenis polusi PM2.5 berisiko memiliki anak dengan autisme (ASD). Namun, penyebab ASD sendiri tetap multifaktor. Sedangkan, anak dengan paparan polusi jenis PM10 yang lebih tinggi, yang banyak di perkotaan, memiliki risiko ADHD 11%, dan anak dengan paparan karbon monoksida (CO) yang terbanyak dari tembakau, baik pra dan pasca lahir berisiko ADHD.
Menjaga Anak-anak dari Polusi Luar Ruangan (Outdoor)
Polusi tidak hanya di luar ruangan (outdoor), tetapi juga bisa terjadi di dalam ruangan (indoor). Untuk melindungi anak-anak terpapar polusi di luar ruangan, Mama bisa melakukan beberapa langkah ini:
- Periksa kualitas udara di daerah tempat tinggal Mama setiap hari. Informasi ini sering kali dapat ditemukan di berita lokal, situs web pemerintah, atau aplikasi yang dapat Mama unduh ke ponsel secara gratis.
- Jika kualitas udara di luar sedang buruk, usahakan agar si kecil tetap berada di dalam rumah, tidak keluar rumah dulu untuk sementara.
- Tutup jendela dan pintu selama polusi sedang tinggi, untuk membantu mencegah masuknya polutan ke dalam rumah.
- Hindari anak dari jalan dengan lalu lintas yang padat. Jika Mama dan si kecil harus berjalan di jalan yang ramai polutan, gendong anak jika memungkinkan, agar mereka berada lebih tinggi di atas asap knalpot kendaraan-kendaraan yang ada di jalanan.
- Bantu anak mengenakan masker yang pas saat keluar rumah. Masker harus menutupi hidung, mulut, dan dagu, tanpa celah. Masker KF94 atau KN95 adalah pilihan yang baik karena nyaman dan menghalangi polutan berbahaya seperti PM2.5. Mama harus memakaikan anak ukuran masker yang sesuai dengan usianya.
- Hindari area industri, termasuk yang dekat dengan pabrik dan pembangkit listrik, serta area tempat pembakaran sampah.
- Jaga kesehatan anak secara keseluruhan dengan memastikan vaksinasi mereka lengkap, memberi anak makanan sehat dengan mikronutrien esensial yang cukup.
- Pastikan anak tetap aktif.
- Menyusui bayi setidaknya selama enam bulan pertama, hingga 2 tahun.
Menjaga Anak-anak dari Polusi Dalam Ruangan (Indoor)
Selain polusi luar ruangan, ada juga polusi luar ruangan yang mengancam, seperti rokok dan asap dapur. Bagaimana cara melindungi anak-anak dari polusi udara dalam ruangan? Berikut langkahnya:
- Masak di ruangan berventilasi baik. Buka jendela saat memasak dan gunakan kipas angin agar panas dan asap keluar.
- Rawat kompor, pengisap asap, dan peralatan lainnya agar dapat membakar bahan bakar secara efisien.
- Jauhkan ibu hamil dan anak-anak dari asap rokok.
- Pastikan semua orang di rumah tidak merokok di dalam ruangan serta di dekat anak-anak dan ibu hamil, untuk melindungi mereka dari paparan asap rokok.
- Hindari menyalakan lilin dan dupa serta menggunakan pengharum ruangan, karena dapat menambahkan bahan kimia beracun ke udara.
- Waspadai sumber kontaminan dalam ruangan umum lainnya, termasuk produk bangunan dan cat, perlengkapan pembersih, dan bahan kimia rumah tangga. Jauhkan anak-anak dari sumber-sumber tersebut dan gunakan alternatif alami jika memungkinkan.
- Gunakan pembersih udara dengan filter HEPA untuk rumah, jika memungkinkan, yang dapat menyerap polutan dalam ruangan dengan sangat baik.
- Anak-anak yang sehat cenderung tidak mengalami masalah akibat menghirup udara yang tercemar. Jaga kesehatan anak secara keseluruhan dengan vaksinasi yang lengkap, dan memberi mereka makanan sehat dengan mikronutrien esensial yang cukup.
- Pastikan anak tetap aktif walau di dalam rumah.
Polusi udara dapat menyebabkan gangguan pada berbagai organ tubuh manusia, terutama pada anak-anak. Bahkan, polusi udara dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada si kecil. Mari saling menjaga. Polusi udara dapat dikurangi bila kita semua sadar ada lingkungan sekitar dan masa depan yang harus dijaga. Semoga bermanfaat, MamPap.

Content Writer Parentsquads