Waspadai 3 Penyakit Menular pada Anak Mengancam di Sekolah

penyakit menular pada anak, gondongan pada anak

Sekolah bukan hanya tempat anak belajar, tetapi juga tempat mereka berinteraksi sosial dengan banyak orang dan teman-temannya. Sayangnya, sekolah juga menjadi tempat yang potensial untuk penularan penyakit infeksi. Dikutip dari jurnal National Library of Medicine, penyakit menular pada anak di sekolah bahkan bisa menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan (wabah) yang berdampak pada kesejahteraan orang-orang di lingkungan tersebut. 

Oleh karena itu sebagai orang tua, MamPap perlu mengetahui apa saja jenis penyakit infeksi yang rentan menular dan berpotensi menjadi wabah di lingkungan sekolah anak. Bagaimana cara orang tua serta guru dan lingkungan sekitar melakukan pencegahan? Simak ulasannya dalam artikel berikut yuk, Mam!

Penyakit Menular pada Anak yang Rentan Terjadi di Sekolah

Dalam sebuah seminar media yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Irene Ratridewi, SpA(K), Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI menjelaskan, beberapa penyakit infeksi memang sangat sering mewabah di sekolah, dan bergantian masing-masing jenisnya. 

Di antara penyakit-penyakit tersebut, ada juga penyakit baru dan ada juga penyakit lama yang sudah berhasil dikendalikan, tetapi muncul kembali. Penyakit lama yang telah tertangani ini bisa juga muncul di lokasi atau wilayah baru atau dalam bentuk resisten obat. 

Bacaan Lainnya

Beberapa penyakit yang sering muncul kembali setelah mengalami penurunan yang signifikan, di antaranya demam berdarah, malaria, MRSA ESBL (terkait dengan resistensi antimikroba), dan beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin. 

Menurut dr. Irene, di antara semua penyakit, ada 3 penyakit utama yang paling sering menular pada anak di sekolah. Berikut beberapa ulasannya. 

Mumps atau Gondongan

Gondongan disebabkan oleh virus gondongan (paramyxoviridae) yang sebagian besar menyerang kelenjar parotis. Namun, virus ini dapat menyebar ke semua kelenjar ludah. Prevalensi tinggi pada virus ini terjadi di usia 5-10 tahun. 

Gejalanya biasanya ringan, namun bisa terjadi peningkatan risiko komplikasi pada masa usia pubertas atau remaja, seperti komplikasi pankreatitis, orkitis, artritis, ensefalitis, GBS (Sindrom Guillain Barre), dan tiroiditis. Komplikasinya tidak bisa disepelekan karena di antaranya bisa mengancam jiwa. 

Selain itu, anak yang mengalami gondongan akan merasakan demam ringan hingga tinggi selama 1-3 hari, mengelami pembesaran di kelenjar liur, malaise, sakit kepala, hingga nafsu makan menurun. Pada area yang bengkak, akan terasa nyeri selama 1 minggu atau lebih. 

Cara penularan virus ini melalui droplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari. Itu sebabnya, cukup sulit untuk men-tracking dari mana sumber penyakitnya. Namun, virus ini seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi bersamaan dengan Morbili dan Rubella (vaksin MMR). 

Dr. Irene mengatakan, berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, dilaporkan ada sekitar 6.700 kasus gondongan yang dilaporkan, sementara di Tangerang ada 3.000 lebih kasus terlapor. 

Varicella atau Cacar Air

penyakit menular pada anak, cacar air pada anak

Penyakit yang penyebarannya juga melalui droplet ini lebih mudah dideteksi, dengan munculnya gejala demam dan lesi di kulit. Bisa muncul lesi di area tertentu, atau di seluruh tubuh. 

Penyakit yang sangat menular ini ditularkan dari virus Varicella-zoster. “Pada 90% orang yang kontak dengan penderita atau anak yang mengalami cacar air, ia akan terinfeksi. Selain droplet atau cipratan ludah, ia juga bisa menularkan melalui kontak luka di kulit. Jadi, kita harus lebih hati-hati,” ujar dr. Irene. 

Masa inkubasi virus ini selama 14 -16 hari. Bahkan, bisa menular 48 jam sebelum lesi muncul hingga lesi penyembuhan menghilang. “Sehingga seringkali kita orang tua atau anak tidak tahu bahwa temannya sedang sakit. Bahkan mungkin, temannya sendiri juga tidak menyadari bahwa dia akan sakit dan akan menularkan. Jadi, yang penderita cacar air sebelumnya juga harus tunggu sampai lesi benar-benar hilang semua,” tambahnya. 

Cacar air bisa dicegah risikonya juga dengan vaksinasi. Jika terkena pun, vaksinasi akan membuat gejala jauh lebih ringan dan penyembuhan jauh lebih cepat. 

Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (HFMD)

Menurut Dr. Irene, data yang terlapor di Jawa Timur ada 1.666 kasus HFMD yang terjadi sejak Januari hingga Oktober 2024. Ia menambahkan, penyakit ini seringkali paling meningkat jumlahnya di musim pancaroba. 

Virus ini sangat rentan pada anak-anak, terutama anak usia di bawah 5 tahun, walaupun orang dewasa juga bisa terkena dari anak-anak. 

Penularan virus yang juga disebut Flu Singapura ini paling sering terjadi di area bermain anak atau playground umum. Penularannya juga lebih cepat masa inkubasinya, hanya sekitar beberapa hari saja. 

Gejalanya sendiri hampir mirip dengan cacar air secara fisik, hanya saja lentingannya lebih kecil dan lebih padat. Lebih banyak lesi ditemukan di bibir, langit-langit mulut, di bagian dalam pipi, gusi, lidah, telapak tangan, dan telapak kaki. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk menangani penyakit ini. 

“Apakah seorang anak bisa mengalami dua atau ketiga penyakit tersebut dalam waktu bersamaan? Secara teori, jawabannya sangat bisa karena proses penularannya hampir sama semua,” tambah Dr. Irene. 

Penyakit Menular Anak Rentan Mewabah di Sekolah, Apa Penyebabnya?

penyakit menular pada anak, flu singapura

Dr. Irene menjelaskan, proses penularan penyakit terjadi karena adanya segitiga epidemiology, yang terdiri dari inang (human), patogen (virus/bakteri), dan lingkungan. “Ketiga hal ini berinteraksi sehingga bisa terjadi disease (penyakit)”. 

Beberapa faktor penyebab yang bisa meningkatkan risiko penularan penyakit: 

  • Usia 
  • Paparan atau kontak dengan seseorang yang terinfeksi. 
  • Kerentanan atau sistem imun seseorang.
  • Adanya infeksi sebelumnya. 
  • Faktor imunisasi dan nutrisi yang dikonsumsi. 
  • Keganasan dan risiko patogen yang sangat menular. 
  • Lingkungan yang berubah, seperti musim pancaroba atau kepadatan jumlah populasi. 
  • Sanitasi lingkungan
  • Kemampuan seseorang mengantisipasi atau menghindari penyakit menular. 
  • Penolakan vaksinasi (pada penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin). 

Mengapa Penyakit Menular pada Anak Semakin Meningkat? 

Dr. Irene menjelaskan, jumlah penyakit menular anak yang semakin meningkat pasca pandemi Covid terjadi karena penurunan vaksinasi selama pandemi. 

“Lebih dari 80 juta anak-anak berisiko menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ini terjadi karena selama pandemi terjadi penurunan atau penundaan vaksinasi. WHO dan Unicef sudah mengingatkan hal ini, setelah pandemi selesai ini risikonya karena banyak yang ditunda atau malah tidak dikejar sama sekali,” ungkapnya. 

Ia mengungkapkan, hal ini harus dicegah dan ditangani dengan serius. Jangan sampai kita lengah dan penyakit yang umum menjadi pandemi lagi. 

Cara Pencegahan Risiko Penyakit Menular di Sekolah

Berikut strategi atau cara yang bisa membantu mencegah penyebaran penyakit menular di lingkungan sekolah anak: 

    1. Physical Distancing. Physical distancing atau menjaga jarak fisik masih menjadi cara yang efisien untuk mencegah suatu penyebaran penyakit. “Anak-anak yang mengalami sebuah penyakit, sebaiknya tidak boleh masuk sekolah, harus di rumah,” imbau Dr. Irene. 
    2. Penggunaan Masker. Kebanyakan, penyakit menular menyebar melalui droplet. Tutupi bagian mulut dan hidung anak dengan benar, terutama saat batuk dan bersin. 
    3. Ajarkan anak bagaimana cara batuk dan bersin dengan tepat, yaitu dengan menutup dengan menggunakan tisu atau siku. 
    4. Melakukan karantina bagi anak yang terkena penyakit. 
    5. Ajak anak rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk mencegah penyebaran virus. 
    6. Istirahat yang cukup. Ajak anak dan semua anggota keluarga untuk tidur yang cukup. 
    7. Makan makanan bergizi. Nutrisi membantu menjaga dan membentuk sistem imun seseorang agar lebih kuat.
    8. Melakukan aktivitas fisik. Ajak anak berolahraga yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh anak. 
    9. Jaga kebersihan lingkungan anak, pastikan ruangan berventilasi baik.
    10. Lakukan vaksinasi. Lakukan vaksinasi sesuai jadwal untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.

Penularan penyakit infeksi sangat mungkin menjadi wabah dan pandemi. Maka, lakukan tindakan pencegahan terhadap anak untuk mengurangi risiko penyakit menular anak di sekolah. Semoga informasi ini bermanfaat ya, MamPap.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

÷ one = 2