5 Pertimbangan Melakukan Program Bayi Tabung, Selain Faktor Usia dan Biaya

program bayi tabung, program ivf

Kapan harus melakukan program bayi tabung atau IVF? Pertanyaan ini, mungkin akan terbersit di benak para pejuang dua garis biru yang sedang menantikan buah hati.

Tidak bisa dipungkiri, memiliki keturunan memang menjadi salah satu alasan individu memutuskan menikah. Meski demikian, masih banyak alasan lain pernikahan terjadi dan membuat pasangan suami istri mendapatkan kebahagian.

Faktanya, mendapatkan keturunan tidak selalu mudah. Sebab, siapa pun memiliki risiko mengalami gangguan kesuburan, baik perempuan ataupun laki-laki.

Dalam rangka menyambut IVF Day atau yang dikenal sebagai Hari Embriologi Sedunia yang dirayakan setiap 25 Juli, Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) melakukan media diskusi terkait dengan program bayi tabung IVF.

Bacaan Lainnya

Dipaparkan dokter spesialis kandungan dari RSPI, dr. Upik Anggraheni, Sp. O.G, Subsp. F. E. R bahwa definisi gangguan kesuburan bisa diartikan sebagai kegagalan satu pasangan dalam mendapatkan kehamilan, setelah melakukan hubungan seksual yang benar selama satu tahun tanpa melakukan kontrasepsi.

Kondisi gangguan kesuburan ini bisa terjadi pada perempuan atau pun laki-laki, sehingga pejuang garis biru sebenarnya memerlukan usaha bersama untuk mendapatkan keturunan. Tanpa perlu menyalahkan salah satu pihak.

“Sebanyak 10% sampai 15% persen ini terjadi pada pasangan di usia reproduksi. Untuk memastikan ganguan kesuburan ini, tentu diperlukan pemeriksaan mendalam. Sebesar 35% gangguan kesuburan ini juga datang karena adanya masalah pada pria atau pihak suami,” jelas dr. Upik Anggraheni.

Gangguan Kesuburan Pada Pria

program bayi tabung, konsultasi ke dokter

1. Idiopatik

Dalam konteks infertilitas, istilah “idiopatik” mengacu pada kondisi di mana penyebab pasti dari ketidaksuburan tidak diketahui atau tidak dapat dijelaskan setelah dilakukan pemeriksaan medis dan evaluasi yang cermat. Dengan kata lain, infertilitas idiopatik terjadi ketika tidak ada penyebab yang jelas atau spesifik yang dapat diidentifikasi setelah semua tes dan pemeriksaan yang tersedia dilakukan.

2. Varicocele

Varicocele adalah kondisi di mana pembuluh darah di dalam skrotum membesar. Hubungannya dengan infertilitas, laki-laki dengan kondisi varicocele dapat menyebabkan peningkatan suhu di sekitar testis, sehingga mengganggu produksi sperma dan kualitas sperma.

3. Hypogonadism

Hypogonadism (Hipogonadisme) ini sebenarnya bisa terjadi pada laki-laki atau pun perempuan. Merujuk pada konteks gangguan kesuburan, bisa diartikan dengan adanya gangguan pada kelenjar seks. Kondisi ini menyebabkan kelenjar seks di tubuh hanya bisa memproduksi hanya sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan hormon. Padahal, hormon seks memiliki peran yang sangat besar dalam proses program kehamilan.

4. Urogenital inventions

Undesensus testis, atau yang sering disebut juga kriptorkidismus, adalah kondisi tidak adanya testis di dalam salah satu atau kedua skrotum.

5. Maldescended Testes

Kondisi ini adalah kelainan bawaan umum yang terjadi pada 2-5% anak laki-laki yang cukup bulan saat lahir di negara-negara barat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan anatomi atau karena kekurangan hormon atau resistensi hormon. Namun, sebagian besar anak laki-laki dengan kondisi ini tidak menunjukkan kelainan endokrin setelah lahir.

Hanya saja, laki-laki dengan kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker testis. Gangguan kesuburan merupakan risiko jangka panjang lainnya. Namun potensi kesuburan dapat ditingkatkan dengan pengobatan dini.

5. Ejaculation disorder

Ini menjadj salah satu momok yang paling dikhawatirkan kaum laki-laki. Ejakulasi dini atau premature ejaculation merupakan gangguan seksual, yang menyebabkan proses ejakulasi terjadi sebelum waktunya. Hal ini membuat penis lemas (flaccid), sehingga sulit melakukan penetrasi

Kapan Prosedur IVF atau Program Bayi Tabung Harus Dilakukan?

program bayi tabung, periksa kehamilan

Dalam hal ini, dr. Upik menjelaskan bahwa sebenarnya kata harus kurang tepat. “Jadi pada saat ditanya pasien, masih bisa hamil alami atau memerlukan program hamil seperti bayi tabung, sebenarnya untuk menentukan alternatif program hamil itu tidak ada kata harus. Memang akan ada beberapa pilihan yang akan disesuaikan dengan masalah yang dialami pasangan suami istri, serta kemampuannya,” ujarnya.

Meski demikian sebelum menjalankan program bayi tabung atau IVF ini ada beberapa yang perlu dipertimbangkan lebih dulu. Apa saja?

1. Faktor Sperma

Untuk kesehatan sperma ini tentu saja tidak bisa dilihat dari mata telanjang. Artinya yang encer belum tentu jelek, yang kental juga belum tentu bagus. Jadi memang mau tidak mau diperiksa lebih dulu, ya.

Perlu pemeriksaan di laboratorium dengan melakukan analisis sperma. Di sini akan ada beberapa yang dinilai, yaitu jumlah, pergerakan, serta bentuk dari sperma. Termasuk juga bagaimana kemampuan sperma membuahi sel telur. Jika ada masalah, misalnya jumlahnya kurang, maka perlu dilakukan treatment khusus.

Sebagai informasi tambahan, untuk membuahi 1 sel telur, kita itu membutuhkan 40 juta sperma yang bergerak. Maka, jika jumlah kurang tentu saja diperlukan tambahan, entah itu pelru diperbaiki dulu atau dibantu memasukan sperma lebih dekat.

2. Kondisi saluran telur

Perempuan punya saluran telur, tempat pertemuan sperma dan sel telur bertemu. Jadi ibarat jalan tol, jika jalanan ini rusak atau tersumbat maka sel telur dan sperma tentu saja tidak akan bertemu, jadi caranya dengan bayi tabung.

3. Endometriosis atau kista coklat

Banyak sekali pasien yang datang, dan bertanya, ‘Dok, saya punya kista, apa iya harus harus bayi tabung?’. Kista ini banyak macamnya, ada kista hormonal, dermoid, kista ganas, kista coklat atau endometriosis yang isinya darah haid. Nah untuk endometriosis memang jadi ‘musuh’ bebuyutan kami karena memang susah mengatasinya, tetapi bukan tidak mungkin. Setelah diatasi tentu saja bisa hamil, bahkan memiliki anak lebih dari satu.

4. Gangguan pematangan telur atau PCOS

Hormon tentu saja jadi salah satu faktor yang penting dalam proses kehamilan. Namun tidak sedikit perempuan yang mengalami sindrom polikistik ovarium, atau sering dikenal dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS). Ini merupakan penyebab gangguan menstruasi dan kesuburan yang umum ditemui saat ini. Apabila perempuan mengalami gangguan hormon ini, bisa menyebabkan pembesaran ovarium dengan tumbuhnya beberapa kantung berisi cairan (kista).

5, Ketidaksuburan yang Tidak bisa dijelaskan

Jika setelah dilakukan pemeriksaan semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah, namun kesulitan untuk hamil alami, kondisi ini juga bisa disebut dengan unexplain infertility.

Selain lima faktor di atas, usia perempuan atau istri perlu dijadikan pertimbangan untuk melakukan prosedur program bayi tabung. Berbeda dari laki-laki yang terus memproduksi sperma, perempuan memiliki keterbatasan sel telur.

Hal inilah yang menjadikan usia perempuan juga perlu dijadikan sebagai pertimbangan utama. Seperti yang disampaikan dr. Upik, bagi perempuan yang sudah mencapai usia 35 tahun disarankan untuk melakukan program bayi tabung.

Hal ini juga merujuk pada angka keberhasilan program bayi tabung di dunia pada perempuan di bawah 35 tahun mencapai 44,45 persen. Lalu, pada usia 35-37 di 32,4 persen. Sedangkan untuk itu di Indonesia tepatnya di program bayi tabung di RSPI pada 2023, angka keberhasilan IVF di usia kurang dari 35 tahun di 39,7 persen. Lalu pada usia 35-37 persen di 36,8 persen.

Meski demikian, program bayi tabung bisa dilakukan untuk perempuan di bawah usia 46 tahun. “Tapi, ada juga beberapa kasus, perempuan yang sudah masuk usia 48 tahun, berhasil mejalalankan program bayi tabung (IVF)” tambah dr. Upik lagi.

 

Terakhir, dr. Upik juga mengatakan bahwa tidak ada batasan bagi pejuang garis biru untuk melakukan program bayi tabung. Selama masih ada sel telur dan sperma yang baik, program bayi tabung bisa dijalankan. Jadi, jangan putus harapan, ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

25 − = sixteen