Usulan untuk mengganti susu sapi dengan susu ikan dalam program makan gratis bagi siswa di Indonesia untuk memberantas stunting anak baru-baru ini memicu berbagai reaksi di kalangan warganet, karena dinilai kontroversial oleh beberapa masyarakat, terutama bagi yang terbiasa mengonsumsi susu sapi.
Namun sebenarnya, apa arti susu ikan itu sendiri dan bagaimana pengolahannya? Selain itu, bagaimana perbandingan kandungan gizinya dengan susu sapi, mana yang lebih baik?
Apa Itu Susu Ikan?
Secara terminologi istilah susu ikan sebenarnya dinilai kurang tepat. Susu ikan yang dimaksud bukanlah susu yang didapat dari kelenjar susu yang dimiliki ikan, tetapi merujuk pada produk makanan yang diolah sedemikian rupa dari protein ikan yang tinggi.
Dalam diskusi yang diadakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama media beberapa waktu lalu, ahli gizi sekaligus Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting Kesehatan Ibu dan Anak serta SDG’s PB IDI, Prof. dr. Agussalim Bukhari M.Clin.Med Ph.D Sp.GK Subs.KM, menjelaskan minuman ini dibuat dengan mengolah hidrolisat protein ikan untuk menghasilkan minuman protein dengan nilai gizi tinggi yang mirip dengan susu dari mamalia.
“Jadi, proteinnya yang diambil sebagai bahan baku, dihidrolisis secara kimia. Tentu saja pengolahannya membuat dia tidak berbau (amis) karena melalui cara pengolahan yang modern dan lebih canggih,” ungkapnya.
Beliau juga menambahkan, istilah ini menjadi kontroversial karena terminologi yang mungkin dirasakan masyarakat yang kurang tepat. “Saya akui, istilah susu ikan sebenarnya memang kurang tepat secara terminologi. Mungkin lebih tepat disebut sari ikan atau ekstrak ikan. Namun, itu tidak perlu dipermasalahkan. Yang penting bisa menjadi alternatif yang bagus untuk memenuhi gizi masyarakat,” tambahnya.
Dijadikan Alternatif karena Sumbernya yang Melimpah
Susu ikan diproduksi dari ekstrak protein ikan atau hidrolisat yang diolah dari sumber ikan yang tersedia melimpah di negara kita. Tentu saja, hal ini dinilai akan memakan biaya yang lebih murah, dibanding produksi susu sapi.
“Kita tahu bahwa persoalan malnutrisi di negara kita cukup kompleks. Padahal, sumber daya alam kita sangat banyak, terutama dari laut. Negara kita negara maritim. Itulah yang diupayakan pemerintah untuk masalah gizi ini, bagaimana kita memanfaatkan produk lokal dan sumber daya lokal. Salah satunya adalah produk susu ikan yang sedang booming ini,” ungkap Prof. Agus yang juga merupakan Guru Besar Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar itu.
Menurut beliau, alternatif ini memang cukup beralasan lantaran pengolahan susu sapi yang relatif lebih mahal dan kompleks. “Susu sapi harganya relatif mahal karena memelihara sapi yang berkualitas itu luar biasa, rumputnya harus bagus, dan segala macamnya. Itu yang membuat harganya jadi mahal. Sedangkan, ikan itu kan lebih mudah didapat dan murah”.
Perbandingan Kandungan Gizi dengan Susu Sapi, Mana Lebih Baik?
Susu ikan diketahui memiliki asam amino esensial dan nonesensial yang sangat baik untuk kekebalan tubuh. Susu ikan yang dibuat dari ikan berlemak, tentu juga akan mengandung asam lemak omega-3.
Dari segi kualitas, Prof. Agus mengatakan bahwa antara kandungan gizi susu sapi dan susu ikan sendiri sama-sama memiliki sumber protein yang baik dan sumber mineral yang hampir sama. Namun, meskipun zat gizi makro pada produk susu ikan dapat menggantikan zat gizi makro yang ditemukan dalam susu sapi, kandungan zat gizi mikronya mungkin memiliki proporsi yang berbeda, tidak akan 100 persen sama.
“Yang pasti, kelebihannya terletak pada kandungan EPA, DHA, Omega 3 yang tinggi. Kita tahu omega 3 baik untuk perkembangan otak, jantung, kanker, dan anti inflamasi,” kata Prof. Agus dalam sesi seminar media.
Sedangkan, protein dalam susu sapi, seperti asam lemak tak jenuh (jasein) dan whey, mudah diserap tubuh dan bermanfaat untuk pertumbuhan otot, perbaikan jaringan, serta menjaga daya tahan tubuh. Dalam 100 mililiter susu sapi terkandung protein sebanyak 3,2-3,4 gram.
Di dalam susu sapi, terkandung asam lemak jenuh dan asam lemak esensial. Contohnya adalah asam linoleat dan asam alfa-linolenat. Selain itu, kandungan lemak dalam susu sapi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan metabolisme energi dan menjaga kesehatan usus. Estimasi jumlah lemak dalam susu sapi adalah 3,25-4 persen, tergantung jenis susunya (full, low fat, atau skim).
Dalam susu sapi, kandungan kalsium berkisar 120 miligram per 100 mililiter. Selain itu, masih terdapat sejumlah mineral lain seperti fosfor, magnesium, dan kalium yang berperan penting dalam fungsi saraf, kontraksi otot, dan keseimbangan cairan.
Dari segi kandungan zat gizi mikro, susu ikan dapat menjadi sumber vitamin A dan D, terutama jika berasal dari ikan berlemak seperti salmon. Akan tetapi, ketersediaan dan efektivitas vitamin tersebut dapat bervariasi, tergantung pada proses atau pengolahan produksinya.
Sedangkan, susu sapi mengandung vitamin B12, vitamin B2 (riboflavin) yang sangat penting untuk kesehatan sistem saraf dan pembentukan sel darah merah. Susu sapi juga mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium.
Susu ikan tidak mengandung laktosa sehingga cocok dikonsumsi anak yang memiliki intoleransi laktosa atau alergi susu sapi. Sedangkan, susu sapi mengandung sekitar 4,7 persen laktosa, yakni gula alami yang terdapat dalam susu sapi.
Jika dibandingkan, keduanya memang sama-sama memiliki keunggulan. Kandungan gizi yang terdapat dalam susu sapi baik untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tulang. Sementara itu, susu ikan kaya akan omega-3, yang baik bagi perkembangan otak.
Meskipun demikian, masyarakat harus tetap perlu memenuhi asupan gizi seimbang yang diperoleh dari konsumsi protein hewani dari makanan utuh seperti daging ayam, daging sapi, dan telur. “Jadi, sumber protein itu banyak. Tidak bisa dari susu sapi saja atau dari susu ikan saja,” tambah Prof. Agus.
Keunggulan Susu Ikan
Seperti yang sempat dipaparkan Prof. Agus sebelumnya, keunggulan susu ikan dibanding susu sapi biasa adalah tidak mengandung alergen bagi orang yang alergi laktosa. Produk ini juga dapat menjadi produk kaya protein untuk menggantikan susu sapi, khususnya di negara maritim. “Gula susu mengandung laktosa. Orang Asia lebih banyak prevalensi intoleransi laktosa. Sehingga kalau minum susu bisa kembung dan diare. Nah, alternatifnya bisa minum susu atau ekstrak ikan yang dibuat dengan susu,” kata Prof. Agus.
Keunggulan ikan lainnya dibanding sumber hewani lainnya adalah ikan memiliki jenis lemak yang baik dan juga sumber omega 3 yang baik untuk kesehatan, baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan otak.
Prof. Agus menambahkan, adapun kekurangan-kekurangan yang dimiliki dari kandungan susu ikan, sebenarnya bisa ditambahkan seperti susu sapi, tentunya dengan bantuan teknologi dan pengolahan yang tepat.
“Dari segi pengolahan, tergantung dari kecanggihan dan modernnya pengolahan tersebut. Kalau pengolahannya canggih, kandungan proteinnya juga bisa menjadi lebih tinggi karena dia bisa dalam bentuk terhidrolisa konsentrat”.
Prof. Agus juga menegaskan, susu ikan bisa menjadi alternatif bagi anak yang tidak suka makan ikan. “Bentuk ikan utuh bisa diubah menjadi produk yang lain dengan teknologi. Termasuk dalam bentuk susu ikan. Jika tidak bisa mengonsumsi ikan segar, anak-anak bisa mengonsumsi susu ikan. Kalau dia diseduh kan lebih gampang, jadi lebih mudah. Dan asal pengolahannya lebih benar sesuai takaran gizi yang dibutuhkan.
Itulah informasi tentang susu ikan yang direkomendasikan dalam program pemerintah menu makan gratis yang akan diberlakukan. Semoga program ini bisa bermanfaat bagi peningkatan nutrisi masyarakat dan pencegahan stunting yang sedang digalakkan pemerintah ya, MamPap.
Partner terpercaya dan teman perjalanan parenting para orang tua agar bisa memberikan keamanan yang anak-anak butuhkan untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu mewujudkan impiannya.