Cegah Pelecehan, Kenali Tahapan Pendidikan Seksual Anak

tahapan pendidikan seksual, pendidikan seks untuk anak, edukasi seks, ibu memakaikan seragam sekolah anak, persiapan anak sekolah

Memulai membicarakan pendidikan seks pada anak memang bukan hal mudah. Apalagi Mama belum memiliki pengalaman untuk mengawali pembahasan ini. Padahal tahapan pendidikan seksual anak sesuai usia perlu dibimbing di setiap fasenya. Itu sebabnya, Mama perlu mencari cara tepat untuk memulai percakapan dengan si kecil.

Sebelum mengajak si kecil membahas hal ini, Mama perlu menyadari bahwa meskipun tidak bisa mencegah sepenuhnya, tapi pendidikan seks bisa menjadi salah satu cara menghindari terjadinya pelecehan seksual.

Psikolog Agstried Elizabeth Piether dari Rumah Dandelion mengatakan, “Seks edukasi mampu meminimalisir kemungkinan pelecehan seksual itu terjadi dan menjadi landasan dan pondasi buat anak. Konsep berpikirnya adalah bisa menjadi salah satu upaya mencegah pelecehan seksual terjadi.”

Tahapan Pendidikan Seksual Anak Sesuai Usia

tahapan pendidikan seksual, pendidikan seks untuk anak, edukasi seks, ibu berbicara dengan anak, komunikasi dengan anak

Bacaan Lainnya

Setiap anak memiliki pemahaman yang berbeda, maka itu Mama perlu menyesuaikan pembicaraan seks edukasi sesuai apa yang bisa dipahami si kecil. Ini juga akan lebih memudahkan Mama untuk memulai pembicaraannya.

Berikut ini tahapan pendidikan seksual menurut psikolog Agstried:

1. Usia 0-3 tahun

Di usia ini si kecil masih belajar mengenali seperti apa anatomi tubuhnya. Jadi si kecil masih fokus dengan tubuhnya sendiri. Dari sini Mama dan Papa bisa mengenalkan anatomi tubuh dan sebutannya, serta mengajarkan seperti apa sentuhan sayang, dan siapa saja yang boleh memberikan sentuhan sayang.

“Pada tahapan ini, lingkaran pembelajarannya masih kecil, fokus pada tubuh anak sendiri. Termasuk melatih anak cara berganti baju, dan memberi tahu tempat-tempat aman mengganti baju,” kata Agstried.

2. Usia 3-6 tahun

Saat memasuki usia ini, lingkaran ini semakin meluas. Si kecil mulai penasaran dengan tubuh orang lain seperti apa, bahkan penasaran untuk menyentuhnya. Ini termasuk hal yang umum muncul di usia ini atau disebut dengan fase falik.

“Kalau aku penasaran, aku akan pegang. Saat aku penasaran maka aku mau lihat terus. Di usia ini, anak juga mulai merasakan sensasi yang dirasakan pada tubuhnya, misalnya saat menyentuh kemaluan kok rasanya enak, yah. Makanya di usia ini muncul perilaku infantile masturbation (childhood masturbation),” ucap Co-founder Rumah Dandelion ini.

3. Usia 6-8 tahun

tahapan pendidikan seksual, pendidikan seks untuk anak, edukasi seks, anak pacaran, anak laki kali dan anak perempuan

Ketika si kecil mulai memasuki usia pra-remaja atau 6-8 tahun, jelaskan mengenai ketertarikannya dengan lawan jenis. Seperti apa membedakan berteman yang sehat mana yang tidak.

Mengapa hal ini harus diajarkan? Menurut Agstried supaya si kecil bisa menyadari risiko dari melakukan hubungan intim. Di masa ini, si kecil perlu dijelaskan seperti apa sistem reproduksinya, kalau melakukan kan seperti apa dan bagaimana risikonya.

“Kita bisa mulai ajarkan reproduksi, ini bukan mengajarkan melakukan hubungan seksual, ya. Justru agar anak-anak tahu risiko perilaku hubungan seksual. Jangan sekadar bilang ‘jangan‘ ke anak atau ‘pokoknya nggak boleh!‘ Anak remaja justru malah mau coba karena penasaran. Akhirnya malah mereka bohong. Anak remaja ini kan sudah lebih kritis lagi ya? Ketika anak mencari tahu di tempat yang salah, malah nanti bisa berisiko kan? anak bisa mendapatkan value yang berbeda dari keluarga,”

4. Usia 9 tahun ke atas

Saat ini mungkin anak akan lebih kritis menanyakan bagaimana proses hubungan seksual itu terjadi. Bahkan beberapa anak sudah mengalami menstruasi di usia ini dan mungkin akan bertanya juga tentang hal ini.

Menurut Agstried, jelaskan secara faktual dan ilmiah. Artinya, bila anak bertanya darimana asalnya adik bayi, dan bagaimana adik bayi bisa ada di dalam perut, Mama bisa menjelaskan secara faktual dan ilmiah.

“Misalnya ada yang tanya, “adik bayi dari mana sih, kok dia bisa masuk perut ibu?” Mama bisa menjawab, iya, karena di perut mama ada yang namanya sel telur, kemudian dibuahi oleh sel sperma yang ada di papa. Biasanya kalau umur 9 tahun ada yang tanya, kenapa akhirnya sperma bisa ketemu sel telur di perut mama? Kita bisa menjawab ketika orang dewasa saling menyayangi, lalu menikah mereka akan melakukan hubungan seksual. Itu hanya boleh dilakukan oleh kedua orang dewasa yang sudah menikah karena akhirnya bisa memunculkan adik bayi, dan konsekuensi punya adik bayi kan panjang, harus diurus, disayang seumur hidup. Jadi melakukannya harus dengan orang yang kita sayangi dan kita tahu bisa membantu kita mengurus adik bayi nanti,” jelas Agstried.

Jadi bila disingkat, prinsip edukasi seksual adalah agar seseorang bisa melatih, melakukan secara mandiri, memilih sendiri dengan benar, dan memberikan dampak yang baik kepada orang lain.

Namun untuk bisa menjelaskan hal ini dengan anak, Mama memang perlu membangun relasi yang baik sejak dini. Misalnya dengan bonding dan komunikasi yang terbuka dengannya.

Faktor Anak Melakukan Pelecehan Seksual

Meskipun Mama sudah mengajarkan si kecil pendidikan seks sesuai usianya, namun banyak faktor yang memungkinkan anak melakukan pelecehan seksual. Seperti kasus pelecehan seksual anak TK di Pekanbaru beberapa waktu lalu.
Bila melihat dari kasus tersebut, Agstried mengatakan bahwa ini bukanlah murni pelecehan seksual. Melainkan menjadi salah satu perilaku bullying.

“Saya cukup yakin ini bukan gairah seksual yang membuat pelaku melakukannya. saya justru membacanya ini bukan murni pelecehan seksual tapi bullying karena anak mengancam kalau tidak mau melakukan nanti tidak ditemenin lagi. Di sini ada relasi kuasa. Kalau kamu nggak mau, ya, nggak akan ditemani. Ini justru yang paling saya khawatirkan, masalah utamanya justru bullying. Saat anak usia 5-6 ini anak masih dalam tahapan merasakan sensasi di tubuhnya, dia sedang mencari tahu seperti apa rasanya,” jelas Agstried.

Mengapa Bullying dan Pelecehan Seksual Sering Terjadi di Lingkungan Terdekat?

Lingkungan yang kita anggap aman untuk anak ternyata bisa menjadi tempat yang rawan terjadinya bullying dan pelecehan seksual, misalnya di sekolah. Mengapa? Agstried menjelaskan bahwa seseorang bisa memiliki peluang melakukan kejahatan bila sering menghabiskan waktu bersama.

“Lebih karena kesempatan. Yang menghabiskan waktu banyak sama dia ya orang-orang tersebut. Jadi kemungkinan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak baik itu lebih besar. Sehingga secara statistik orang terdekat jadi lebih punya akses melakukan tindakan jahat sama anak. Ini sepertinya di semua jenis kriminal,” kata Agstried.

Apa yang bisa Mama dan Papa lakukan untuk menghindari kejadian seperti ini di sekolah? Pertama, Mama dan Papa memang sudah yakin bahwa sekolah yang dipilihkan untuk anak sudah satu selaras dengan nilai keluarga.

“Pilih yang satu value sama kita. berarti kita harus tahu dulu value kita apa, jangan semua mau, karena itu sulit dicari. Jadi pastikan kita tahu value utama dari kita apa dan tanya ke diri kita sendiri apa yang bisa kita tutup dari bolongnya sekolah tersebut. Misalnya, sekolah tersebut tidak ada aktivitas tertentu, tapi bisa tambahin apa di luar sekolah,” jawab Agstried.

Bila saat ini Mama dan Papa sedang mencari sekolah untuk si kecil. Pastikan Mama dan Papa sudah melakukan survey dan mencari informasi dari orang terdekat. Salah satu yang bisa Mama tanyakan adalah tentang policy saat terjadi bullying di sekolah.

“Saat survey, tanya kepada sekolah seperti apa ketentuan dan aturan terhadap bullying. lalu sejauh mana keterlibatan orang tua dalam ketentuan bullying tersebut. Hal ini karena bullying itu tidak hanya bisa diselesaikan dengan pihak sekolah, tapi harus ada kerja sama orangtua juga. Karena bukan mencari siapa yang salah tapi mencegah itu terjadi lagi siapapun pelakunya.”

Lalu, tanyakan seperti apa program seks edukasi di sekolah? Hal ini penting karena anak juga sebaiknya mendapatkan informasi ini di sekolah.

“Kedua, tanya program seks edukasi di sekolah seperti apa. Memang (pendidikan seks) juga butuh komitmen dari sekolah dan orang tua. Kalau terjadinya di sekolah, jangan menyerahkan persoalan itu diselesaikan pihak sekolah, Supaya Penyelesaiannya adil, perlu tahu juga bagaimana tindakan di sekolah, di rumah, ke anak juga seperti apa,” kata Agstried.

Membimbing anak untuk mendapatkan pendidikan seksual memang bukan hal mudah. Namun setidaknya, Mama dan Papa bisa menjadi tempat yang aman di saat si kecil butuh bercerita dan berkeluh kesah. Semoga informasi tahapan pendidikan seksual pada anak ini bermanfaat untuk Mama dan Papa!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two + = 12