Coba ingat-ingat masa kecil MamPap, momen apa yang paling melekat? Bisa jadi, saat sedang main hujan-hujanan bareng ayah, atau ketika naik di kaki ayah sambil membayangkan betapa asiknya naik pesawat? Bisa juga ketika sedang berpura-pura menjadi dokter, sementara ibu yang menjadi pasien. Apa pun itu ternyata salah satu manfaat bermain untuk anak bisa menjadi core memory yang akan terus dikenang sepanjang masa.
Core memory sendiri dapat diartikan sebagai kenangan emosional yang tertanam kuat dalam ingatan, yang membentuk cara pandang kita terhadap dunia, orang lain, dan diri sendiri. Faktnya, momen bermain anak yang dilakukan bersama orang tua adalah salah satu cara paling kuat membentuk core memory positif.
Lewat bermain, anak tidak hanya senang dan terhibur, tetapi juga merasa dilihat, didengar, dan dicintai. Oleh karena itulah, aktivitas bermain tidak bisa dianggap sepele dan dilakukan sepintas lalu saja. Bermain dengan cara yang tepat bisa menjadi hadiah seumur hidup yang bisa kita berikan kita sebagai orang tua untuk anak.
Pertanyaannya bermain yang seperti apa?
Main, Jangan Main Main
Berbicara soal aktivitas bermain, pernahkah MamPap mengamati saat anak bermain? Mereka bisa tenggelam dalam dunianya sendiri tanpa perlu diajarkan cara bermain. Ternyata buat anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang terberi. Tanpa disuruh, mereka akan bermain dengan sendirinya. Sebab, pada dasarnya bermain jadi ‘pekerjaan’ utama anak-anak. Lewat bermain, anak-anak bisa belajar tentang dirinya, orang lain, termasuk belajar mengenal lingkungan.
Hal inilah yang yang ditegaskan Vera Itabiliana, psikolog anak dan remaja dalam acara jumpa pers “LACTOGROW – PlayWorld” beberapa waktu lalu di Jakarta. “Bermain untuk anak itu sebenarnya satu aktivitas yang given. Maksudnya, kita sebagai orang tua tidak perlu repot untuk menciptakan anak untuk main, nggak usah disuruh anak juga sudah main dengan sendirinya,” tegasnya di awal acara.
Namun, menurut Vera, sebagai orang dewasa, banyak yang lupa akan hal ini. Bahwa, sebelum menjadi orang tua, kita pernah kecil dan dulu belajar tentang dunia melalui bermain. Dari situ, kita dapat mengenal lingkungan, memahami diri sendiri, bahkan belajar tentang orang lain. Misalnya saat berlari kencang, anak akan menyadari bahwa akan menghasilkan suara atau sensasi tertentu. Atau saat anak bereksperimen dengan barang di rumah, meskipun kadang bikin geleng-geleng kepala karena melihat remote TV atau kunci mobil jadi ‘korban’. Namun itu semua lahir dari rasa ingin tahu yang alami yang begitu besar.
Karena itulah psikolog jebolan Universitas Indonesia ini mengingatkan penting bagi orang tua untuk berhenti menganggap bermain sebagai kegiatan iseng belaka. Main itu bukan hal yang main-main. Justru dari bermain, anak mendapatkan stimulasi yang menjadi fondasi penting untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Manfaat Bermain untuk Anak
Dijelaskan oleh Vera Itabiliana, selain dapat menumbuhkan core memory yang positif, ada banyak manfaat bermain untuk anak, mulai dari aspek fisik, emosional, sosial, hingga kognitif. Berikut beberapa di antaranya:
1. Mengasah Sensorik dan Motorik
Lewat bermain, anak menggunakan seluruh tubuhnya, seperti berlari, merangkak, menyentuh, menjatuhkan, memegang. Ini mengasah sistem sensorik (yang dalam psikologi dikenal bukan hanya lima, tapi tujuh indera) dan motorik halus maupun kasar mereka. Tidak seperti main gadget yang cenderung pasif, bermain aktif memberikan stimulasi yang nyata bagi tumbuh kembangnya.
2. Membangun Imajinasi dan Kreativitas
Saat anak berpura-pura menjadi dokter, pilot, atau meminta ibu untuk menjadi tamu di restoran, mereka sedang melatih daya imajinasi dan kreativitas. Aktivitas ini akan sangat bermanfaat untuk kemampuan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah di masa depan.
3. Melatih Sosialisasi dan Regulasi Emosi
Melalui permainan kelompok, anak belajar bersosialisasi, bergiliran, meminjam mainan, dan menyelesaikan konflik. Mereka juga belajar mengelola emosi. Misalnya, saat anak bermain balok namun roboh atau tidak sesuai harapan, di situlah mereka mengasah kemampuan regulasi emosinya.
4. Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Anak yang bermain peran, main telepon-teleponan, atau membaca buku bersama akan lebih cepat memperkaya kosa katanya. Bermain adalah cara alami untuk memperkenalkan bahasa dalam konteks yang menyenangkan.
Jangan Lupa Dampingi Anak dan Hadir Secara Utuh
Pada waktu-waktu tertentu, anak memang bisa bermain sendiri. Meski demikian, Vera Itabiliana menyampaikan bahwa bermain tidak hanya bermanfaat bagi anak. Saat kita, orang tua, ikut bermain, tanpa disadari ternyata juga bisa memberikan manfaat.
“Yang pasti saat bermain dengan anak, bonding emosional terbangun, di sana ada sentuhan fisik, tawa bersama, kontak mata. Ini memperkuat rasa aman dan kelekatan anak dengan orang tua. Saat bermain dengan anak, kita juga bisa menjadi motivator dan role model, Saat anak frustrasi, kita bisa bantu mengarahkan dengan memberi motivasi dan contoh bagaimana menyelesaikan masalah,” paparnya.
Untuk orang tua sendiri, ketika bisa bermain secara utuh, well being juga meningkat. Sebab, menurut Vera bermain bersama anak bisa memicu keluarnya hormon oksitosin, hormon yang bikin hati lebih hangat dan bahagia.
“Coba deh, saat kita lagi capek, misalnya saat pulang kerja terus bisa main dengan anak, lohat anak tertawa dan senang, kita pun akan merasa senang. Mood jadi bagus lagi.”
MAINKAN: Panduan Bermain yang Perlu dilakukan Orang Tua
Untuk mendampingi anak bermain secara optimal, untuk memudahkan orang tua mengingat, Vera merangkum panduannya dengan sederhana dalam akronim MAINKAN:
- M – Menjadi teman bermain anak. Orang tua adalah mainan terbaik bagi anak. Bahkan, mainan mahal pun bisa kalah seru dibanding kehadiran kita.
- A – Aktivitas sesuai usia. Pilih jenis permainan yang sesuai tahap perkembangan anak—tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.
- I – Interaktif dan dua arah. Bermain bukan hanya hadir, tapi juga aktif berinteraksi. Simpan dulu gadget-nya.
- N – Nutrisi & perkembangan. Pastikan anak cukup nutrisi dan stimulasi sesuai kebutuhannya—misalnya, anak usia 1 tahun perlu permainan yang mendukung fase belajar jalan.
- K – Kurangi larangan berlebihan. Selama tidak berbahaya, biarkan anak eksplorasi. Terlalu banyak larangan bisa mematikan rasa ingin tahu.
- A – Ajak anak terlibat aktif. Biarkan anak memilih permainan, agar mereka merasa dihargai dan percaya diri.
- N – Enjoy the time. Nikmati momen bersama anak. Lepaskan dulu pikiran soal pekerjaan dan aturan kaku.
Panduan dari WHO menyebutkan kalau anak perlu bermain khususnya secara fisik selama 180 menit perhari. Ini jadi bagian penting karena bermain juga berkaitan erat dengan dengan kemampuan anak belajar di kemudian hari.
Hal ini ditegaskan Vera, ia mengatakan bahwa bergerak itu memang wajib untuk anak, terlebih lagi anak usia balita. “Kadang suka ada yang ngeluh kalau anaknya nggak bisa diem. Padahal itu memang tugas anak, kalau anaknya anteng itu justru yang harus dikhawatirkan, loh. Dari bergerak akan ada energi yang keluar sehingga ini akan membantu anak menjalankan aktivitas selanjutnya saat anak belajar. Sebelum belajar, anak juga dianjurkan untuk main dulu di luar agar energinya keluar, ini akan membantu anak untuk bisa lebih konsentrasi. Bahkan ketika anak bermain, anak juga bisa belajar aturan dan disiplin.”
Belum Banyak Orang Tua yang Meluangkan Waktu untuk Bermain Bersama Anak
Sayangnya, saat ini hanya 1 dari 3 ibu yang bermain bersama anak selama 60 menit sehari. Data ini diambil dari hasil survei yang dilakukan oleh Lactogrow. Miranti Burhan, Marketing Manager Lactogrow mengatakan, “Survei yang kami lakukan nunjukkan bahwa hanya 1 dari 3 ibu yang bermain bersama anak selama 60 menit sehari. Sisanya, kurang dari itu. Padahal, waktu bermain bersama anak adalah momen langka yang tidak bisa terulang. Dari sinilah kami ingin mengingatkan lewat inistif yang dibuat, kampanye ‘Main, Jangan Main Main’.”
Untuk itu Lactogrow memberikan fasilitas yang bisa dimanfaatkan para orang tua untuk bermain dengan maksimal di Lactogrow Playworld yang akan diadakan di 5 kota besar di Indonesia. Lactogrow Playworld merupakan arena bermain interaktif yang dihadirkan untuk keluarga.
Palembang menjadi kota pertama yang Lactogrow Playworld pada 22–23 Februari 2025 silam. Sementara, Lactogrow Playworld baru saja dilangsungkan di Jakarta pada 9–11 Mei lalu. Sedangkan ada beberapa kota yang segera menyusul, di mana perjalanan Lactogrow Playworld dilanjutkan di Bandung pada 6–8 Juni mendatang, di Surabaya pada 25–27 Juli, dan akan ditutup di Medan pada 29–31 Agustus nanti.
Adalah Nurul Dwi Larasati, ibu dari empat anak yang tergabung dalam komunitas Parentsquads tidak ingin melewatkan kesempatan mengajak buah hatinya merasakan Lactogrow Playworld yang dilangsungkan di Kota Kasablanka, Jakarta. Baginya, momen bermain bersama anak sangat penting untuk menciptakan core memory dan memberikan pengalaman tersendiri.
“Pas tahu ada Lactogrow Playworld di Kota Kasablanka, memang sudah niat ke sini. Hitung-hitung kencan bareng anak. Punya anak empat memang harus punya waktu khusus bermain dengan masing-masing anak. Saya cukup sadar kalau ngajak main anak, ya, nggak boleh main-main. Artinya orang tua juga perlu nyediaan waktu dan fokus. Termasuk memberikan stimulasi dengan menyediakan fasilitas mainan untuk mendukung tumbuh kembang anak biar optimal,” ujarnya.
Walaupun perlu memberikan fasilitas, perempuan yang aktif sebagai blogger ini menegaskan bahwa bukan berarti dirinya harus membelikan banyak mainan untuk anak-anaknya. “Mainan nggak terlalu banyak, sih. Memang tidak mau numpuk. Main sama anak kan bisa lewat berbagai macam cara sederhana, ya. Berhubung masih ada dua anak yang masih batita, mereka ini malah maunya nemplok sama ibunya terus dan main di luar rumah. Kalau di rumah sih, seringnya main kuda-kudaan, main peran, atau bacain buku sekalian belajar mewarnai,” paparnya.
Apa yang dikatakan Nurul sejalan dengan keterangan yang disampaikan Vera Itabiliana, bahwa orang tua menjadi teman bermain terbaik bagi anak. “Pernah nggak anak sudah dibeliin mainan, tapi begitu kita datang, anak ninggalin mainan dan milih sama kita, jadi yang penting itu memang bukan mainannya, tapi kita yang mendampingi anak sehingga sesi main juga lebih seru.”
Biar bagaimana pun, pada saat kita mampu bermain secara utuh bersama anak maka akan terbangun koneksi. Bahkan, bisa diibaratkan sedang menabung di ‘bank hubungan dengan anak’. Setiap pelukan, tawa, waktu yang hadir utuh dapat dijadikan setoran kecil. Kelak, ketika anak sudah bertumbuh, koneksi yang terhubung sudah sangat melekat. Jadi, yuk, mulai tumbuhkan mind set main jangan main main.

Hai, salam kenal 🤗, panggil saya Adis. ‘Terlahir’ jadi ibu, menjadi sadar kalau menjadi orang tua merupakan tugas seumur hidup. Meski banyak tantangan, semua tentu bisa dijalani jika ada dukungan dari lingkungan sekitar. #MamaSquads