Penyebab Mertua dan Menantu Tidak Akur, Ini Saran Psikolog untuk Mengatasinya

tidak akur dengan mertua

“Tidak akur dengan mertua bikin serba salah. Tapi rasanya ada saja konflik yang kami rasakan!”

Hubungan mertua dan menantu perempuan terkadang  rumit dan ‘menyulitkan’, ya. Mama, merasakan hal ini juga?

Ma, berbeda pendapat hingga berujung konflik dengan mertua memang bisa terjadi. Bahkan, tidak jarang kondisi ini dirasakan dari waktu ke waktu. Namun, adanya konflik ini bukan berarti tidak bisa diselesaikan dan mengganggu  pernikahan MamPap. Dengan sedikit kesabaran dan pengertian, hubungan mertua dan menantu perempuan ini bisa hangat dan sehat. 

Ketika menikah, Mam tentu saja tidak hanya menikahi pasangan, tetapi juga menikahi keluarganya. Dan meskipun Mama jatuh cinta dengan pasangan, itu tidak berarti bahwa akan merasakan hal sama kepada orang tuanya. Faktanya, banyak kasus pernikahan saat menantu dan mertua tidak akur dan bahkan sering terjadi pertengkaran dari waktu ke waktu.

Bacaan Lainnya

Perlu digaris bawahi bahwa konflik antara menantu dan mertua sebenarnya tidak hanya berlaku pada ibu mertua dan menantu perempuan. Hal ini ditegaskan Nadya Pramesrani M,Psi, “Kalau kita bicara soal konflik, sebenarnya ini sama-sama bisa mengalami konflik, ya. Suami dengan bapak mertua, atau pun suami dengan ibu mertua. Tapi memang yang sering lebih mudah ‘pecah’ itu antara menantu perempuan dan ibu mertua.”

Untuk mengetahui solusi atas hal ini, ada baiknya untuk memamahi apa saja penyebab tidak akur dengan mertua berikut ini.

Penyebab Menantu Tidak Akur dengan Mertua

Dalam hal ini, Nadya, Psikolog Klinis Dewasa yang berpraktik di Rumah Dandelion menjelaskan bahwa, umumnya ada beberapa penyebab mengapa hubungan mertua dan menantu perempuan mengalami ketegangan. Apa saja?

1. Perbedaan Nilai dan Tradisi

Seperti yang kita ketahui dan sadari, menikah artinya menyatukan dua keluarga dari latar  belakang dan budaya yang berbeda. Ada banyak perbedaan dan kebiasaan yang tentunya dirasakan kedua belah pihak. Hal ini jugalah yang pada akhirnya dapat menyebabkan perbedaan dalam cara pandang, nilai-nilai dan kebiasaan dalam keluarga, termasuk harapan.

Adanya perbedaan tradisi keluarga ini juga bisa menyangkut bagaimana menjalankan kebiasaan yang dilakukan dan diterapkan di dalam rumah termasuk perbedaan dalam  soal pengasuhan anak. Hal inilah yang kemudian bisa memicu timbulnya konflik.

2. Masalah Komunikasi

Sepele dan terlihat sangat klise, ya. Faktanya, tidak akur dengan mertua bisa disebabkan karena kurangnya komunikasi terbuka juga sering kali menyebabkan timbulnya konflik. Tidak hanya antara pihak suami istri, namun juga di antara hubungan antara mertua dan menantu. Biar bagaimanapun, kesalahpahaman dan prasangka dapat timbul jika tidak ada komunikasi yang jelas dan terbuka antara mertua dan menantu. 

“Belum lagi, dengan gaya komunikasi yang berbeda. Ada keluarga yang komunikasinya disampaikan secara halus, tapi ada juga yang lugas dan keras. Nah,  perbedaan dalam gaya komunikasi dalam menyampaikan kritik atau harapan yang berbeda seperti ini juga bisa menyebabkan salah pengertian dan konflik.”

3. Pengaturan Kekuasaan dan Kendali

Mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anak memang bisa membuat Mam sebagai menantu merasa tidak dihargai dan terancam. Konflik bisa timbul ketika mertua ingin mengendalikan atau memiliki pengaruh besar terhadap keputusan penting dalam kehidupan pasangan, seperti keuangan, pekerjaan, atau pengasuhan anak.

Memang mempunyai support system yang baik merupakan hal positif, termasuk bantuan dari mertua. Namun jika mertua sudah masuk terlalu jauh dalam hubungan rumah tangga tentu hal ini lama kelamaan akan menimbulkan ketidaknyamanan. Terlebih lagi jika mertua sudah mencampuri hingga memperkeruh masalah pribadi yang sebenarnya bukan urusan mereka.

Ini merupakan satu dari banyak penyebab tidak akur dengan mertua yang sebenarnya dapat kita kendalikan, yaitu dengan memberi batasan jelas terhadap hal-hal yang terjadi di keluarga.

4. Harapan yang Berbeda Picu Konflik Hubungan Mertua dan Menantu

Ditegaskan Nadya, adalah wajar jika setiap individu memiliki harapan dan keinginan yang berbeda. Termasuk harapan seorang mertua terhadap menantunya, begitu juga sebaliknya. Ketika ada salah satu pihak yang memiliki  harapan yang tinggi dan tidak realistis tentu saja bisa menyebabkan timbulnya friksi. 

“Seringkali yang terjadi ruang praktik, orang tua itu sudah punya bayangan sendiri keluarga yang ideal seperti apa. Kelak, nanti keluarga anak dan pasangnya seperti apa. Tapi yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan bayangan dan diharapkan. Di sini, orang tua memang diharapkan untuk bisa menerima, lagi pula, kan bisa saja ya, apa yang dianggap anggap baik belum tentu sesuai dengan anaknya,” tutur Nadya lagi.  

5. Mertua Terlalu Bergantung pada Pasangan

Beberapa tipikal orang tua kerap merasa insecure dan takut kehilangan perhatian dari sang anak, terlebih ketika buah hatinya sudah memiliki sosok pendamping baru. Perasaan posesif orang tua ini terkadang diikuti dengan sikap menuntut, mengatur, atau bahkan bergantung pada pasangan. Klimaksnya adalah, kecenderungan mertua menarik perhatian anaknya dengan dengan menantu.

6. Cemburu dan Adanya Rasa Kompetisi

Tidak akur dengan mertua

Tanpa disadari, adanya kecemburuan emosional bisa menjadi pencetus friksi. Tidak jarang, mertua mungkin merasa cemburu atau ‘terancam’ oleh hubungan dekat menantu dengan anak mereka, terutama jika merasa kehilangan perhatian atau kedekatan emosional.

7. Peran Budaya atau Peran Gender Tradisional  

Harapan tradisional tentang peran gender, seperti ekspektasi bahwa menantu perempuan harus bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan perawatan keluarga, dapat menyebabkan konflik jika menantu memiliki pandangan atau karier yang berbeda.

“Salah satu penyebab hubungan mertua dan menantu perempuan kurang harmonis juga bisa terkait dengan budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat kita. Budaya ketimuran masih ada yang memandang bahwa anak perempuan yang sudah menjadi istri tidak akan putus hubungan dengan orang tuanya, tapi somehow kalau anak laki-laki itu bisa ‘lepas’. Di sini, ibu merasa risiko kelihatan anak lelakinya lebih besar. Apalagi sebelum menikah semuanya dipenuhi oleh di ibu. Jika ada yang tidak sempurna atau kesalahan di dalam keluarga, istri juga terkadang yang masih disalahkan.” 

8. Adanya Masalah Pribadi dan Kesehatan Mental

Konflik yang terjadi dalam hubungan mertua dan menantu bisa diperburuk oleh adanya masalah pribadi yang belum diselesaikan dengan baik. Misalnya, mengalami stres, depresi, atau masalah kesehatan lainnya. Hal ini juga bisa menjadi pemantik timbulnya masalah yang sebenarnya sederhana namun akhirnya menjadi masalah besar. 

Cara Mengatasi Menantu Tidak Akur dengan Mertua

tidak akur dengan mertua

Relasi antara mertua dan menantu yang hangat tentu saja bukan sekadar impian. Kuncinya, ada beberapa yang perlu diperhatikan dan dilakukan. 

Berikut adalah beberapa tips tapa saja yang harus dilakukan jika Anda kerap tidak akur dengan mertua:

1. Komunikasi Terbuka, Terutama dengan Pasangan

Langkah pertama yang perlu dilakukan tentu saja membicarakan kekhawatiran Mam dengan pasangan. Mungkin saja pasangan pasangan/ suami tidak menyadari ketegangan yang timbul antara Mam dan anggota keluarganya, dan mereka dapat membantu menengahi situasi tersebut. Setidaknya pasangan/ suami tentu saja bisa memberikan poin of view yang berbeda.

2. Hindari Topik Sensitif Dengan Mertua

Ada topik-topik tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik antara Anda dan mertua. Baik itu politik, agama, atau gaya pengasuhan Anda, sebaiknya hindari topik ini sama sekali. Jika tidak dapat menghindarinya, maka bersikaplah hormat dan cobalah untuk melihat sesuatu dari sudut pandang mereka.

Jika memiliki perbedaan pendapat, cobalah untuk mendiskusikannya dengan cara yang tenang dan penuh hormat. Dan hindari mengkritik mereka secara terbuka—ini hanya akan memperburuk keadaan.

3. Tetapkan Batasan dengan Mertua

Menetapkan batasan yang jelas antara mertua dan menantu merupakan salah satu langkah penting untuk mencegah konflik dan membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Ada beberapa cara yang bisa Mom dilakukan untuk menetapkan batasan tersebut. Dimulai dengan melakukan komunikasi terbuka dan jujur, khususnya dengan pasangan. Utarakan, sejak awal bahwa batasan ini penting dilakukan untuk menjaga keharmonisan hubungan. 

Batasan ini juga berlaku pada batasan emosional, di mana masing-masing pihak perlu menghargai perasaan, batasan pengasuhan anak di mana mertua juga perlu memahami mengenai metode pengasuhan yang diterapkan dan minta mereka untuk menghormatinya, termasuk dalam batasan keuangan

Ma, tidak perlu ragu untuk memberi tahu mereka apa yang membuat nyaman dan apa yang tidak nyaman. Dan jangan takut untuk tetap berpegang pada pilihan hidup Anda—bahkan jika itu berarti mengatakan “tidak” kepada mereka.

4. Pahami Persoalan

Akan ada saat-saat ketika mertua mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakiti perasaan. Mereka mungkin tidak sengaja mencoba menyakiti, dan penting untuk diingat bahwa mereka hanya manusia seperti orang lain.

5. Menerima Mertua Apa Adanya

Salah satu hal yang mendasar dan perlu disadari adalah Mama tidak akan mungkin bisa mengubah karakter dan kebiasaan mertua. Jadi, penting untuk menerima mereka apa adanya. Upaya ini bisa Mam lakukan dengan cara mengingatkan diri sendiri bahwa Mam tidak dapat mengubahnya, kemudian cobalah untuk mengenali hal-hal yang cenderung memicu kemarahan atau konflik muncul. Jadi, alih-alih begitu, cobalah fokus untuk menerima mereka dan membangun hubungan dengan mereka yang cocok untuk Anda berdua.

6. Bersyukurlah untuk Momen yang Baik

Tidak peduli seberapa sulit hubungan Anda dengan mertua, akan selalu ada momen baik juga. Hargai saat-saat ini dan bersyukurlah untuk itu. Mempraktikkan rasa syukur telah terbukti berdampak positif pada kesejahteraan rumah tangga Anda.

7. Habiskan Waktu Bersama 

Mungkin sulit untuk menghabiskan waktu bersama mertua jika Anda tidak terlalu menikmati kebersamaan dengan mereka. Namun jika Mam bisa menemukan aktivitas yang sama-sama disukai, mengapa tidak mencoba untuk melakukannya bersama-sama? Sebagai contoh, jika Mam dan ibu mertua menyukai tanaman. Sesekali hunting tanaman baru atau datang ke pameran pohon tidak ada salahnya. loh. Ini bisa dilakukan untuk membantu membangun ikatan yang lebih kuat di antara Mam dan Mama mertua. 

Tidak akur dengan mertua

Namun, jika Anda merasa sulit berada di dekat mertua untuk waktu lama, cobalah menghabiskan waktu bersama mereka dalam waktu lebih singkat.

Mulailah dengan kunjungan singkat dan secara bertahap tingkatkan jumlah waktu yang Anda habiskan bersama. Ini akan membantu Anda terbiasa dengan perspektif mereka dan membangun hubungan yang lebih kuat dari waktu ke waktu.

8. Temukan kesamaan

Salah satu cara terbaik untuk membangun hubungan dengan mertua adalah dengan mengenal mereka lebih baik. Tanyakan kepada mereka tentang kehidupan mereka, minat mereka, dan pendapat mereka tentang berbagai topik.

Semakin banyak Anda tahu tentang mereka, semakin mudah untuk menemukan kesamaan dan membangun hubungan yang kuat.

9. Mintalah Saran dan Dukungan

Jika Mam masih merasa kesulitan menghadapi mertua, penting untuk mencari dukungan dari seseorang yang dapat memberikan nasihat yang tidak memihak. Ini bisa jadi teman atau saudara yang menjauh dari situasi tersebut. Mereka akan dapat menawarkan dukungan dan bimbingan tanpa bias apa pun.

Jika perasaan negatif Anda terhadap mertua menyebabkan kesusahan atau mengganggu kemampuan Anda untuk menjalani hidup, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental. Mereka dapat membantu Anda mengeksplorasi beberapa alasan mengapa hubungan ini sangat mengecewakan dan membantu Anda mengembangkan strategi penanggulangan yang sehat yang dapat membantu.

10. Ekspresikan Perasaan Anda

Sangat penting untuk menemukan cara untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat. Ini bisa melalui tulisan, ekspresi artistik, atau bentuk ekspresi diri lainnya. Sangat penting untuk menemukan cara melepaskan kemarahan, frustrasi, dan rasa sakit yang Anda rasakan, jika tidak, ini dapat meledak sewaktu-waktu. Akibatnya hubungan Anda dan mertua akan semakin renggang.

11. Bersabarlah

Membangun hubungan kuat dengan mertua membutuhkan waktu dan kesabaran. Itu tidak akan terjadi dalam semalam, jadi jangan berharap itu terjadi. Bersabarlah dan pengertian, dan pada akhirnya, Mam akan dapat mengembangkan ikatan yang kuat dengan mereka.

Membangun hubungan yang hangat dengan mertua memang tidak mudah, tetapi itu bukan hal yang  tidak mungkin untuk dilakukan. Dengan waktu, kesabaran, dan usaha, Anda dapat menjalin hubungan yang kuat dan sehat dengan mereka. Jika Anda sudah mencoba segalanya dan masih kesulitan untuk membangun hubungan dengan mertua, mungkin sudah saatnya untuk mencari bantuan profesional atau juga terapis.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirty ÷ = thirty