Jangan Terlambat! Orang Tua Perlu SADAR Alergi Sejak Dini Agar Tumbuh Kembang Anak Optimal

alergi susu sapi
The newborn baby wore a white and cried in the arms of the mother.

Ketika Naya berusia 3  bulan, ia sering menangis tanpa henti setiap kali selesai menyusu. Perutnya tampak kembung, tak lama  pipinya pun muncul tanda merah. “Ah, tanda merah ini sepertinya bukan ruam biasa,” batin Intan, sang Mama. Rasa was-was pun semakin menjadi-jadi ketika tidur Naya terganggu, ditambah lagi kondisi Naya yang kerap muntah. Intan sadar kondisi tersebut bukan sekadar kolik. Setelah beberapa kali ke dokter, barulah dipastikan bahwa Naya alergi susu sapi (ASS).

Cerita Mama Intan tentu bukan hal langka. Sampai saat ini alergi susu sapi masih menjadi salah isu kesehatan anak yang makin sering ditemui. Meski begitu, sayangnya masih sering terlambat dikenali. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan bahwa 2–7,5% anak di Indonesia mengalami alergi susu sapi, mirisnya angka ini ternyata yang lebih tinggi dari rata-rata global.

Ketika Tanda Kecil Tak Boleh Diabaikan Orang Tua

Dalam rangka World Allergy Awareness Day pada 16 Oktober lalu, Danone Indonesia mengadakan edukasi Bicara Gizi bertema “Listen to The Little Sign: Saatnya Orang Tua SADAR Alergi Susu Sapi pada Anak.”

SADAR Alergi ini sendiri merupakan singkatan dari Screening Awal dan Asupan Rekomendasi Alergi yang menjadi ajakan bagi semua orang tua untuk lebih peka mengenali tanda-tanda kecil alergi sejak dini dan segera berkonsultasi dengan dokter anak.

Dalam sesi talkshow, Arif Mujahidin, Corporate Communications Director, Danone Indonesia, menegaskan bahawa alergi susu sapi masih menjadi tantangan kesehatan anak di Indonesia. “Melalui edukasi berkelanjutan dan inovasi berbasis sains, kami ingin mendampingi perjalanan orang tua agar anak-anak dengan alergi tetap bisa tumbuh optimal.”

SADAR alergi ini memang perlu dibangun, sebab jika dibiarkan atau orang tua terlambat mengetahui anaknya mengalami alergi susu sapi, maka dapat berisko mengganggu dan menghambat tumbuh kembang anak. Dari sisi ekonomi atau pun financial, kondisi yang dibiarkan berlarut akan terpengaruh.

Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH

Bagi orang tua, menghadapi anak dengan alergi susu sapi sering menjadi ujian emosional. Setidaknya hal ini dibuktikan lewat sebuah penelitian dari Annals of Medical Research (2023) menemukan bahwa banyak ibu merasa khawatir dan stres karena takut kebutuhan gizi anaknya tak tercukupi.

Namun kabar baiknya, dengan penanganan yang tepat, anak dengan alergi susu sapi tetap bisa tumbuh sehat dan bahagia seperti anak lainnya. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, selaku Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia, menegaskan pentingnya dukungan nutrisi berbasis riset ilmiah.

“Melalui inisiatif SADAR Alergi, kami ingin membantu orang tua memahami tanda-tanda alergi, mengenali kebutuhan nutrisi yang berbeda pada tiap anak, dan berkonsultasi agar penanganannya tepat sejak awal.”

Mengapa Alergi Susu Sapi pada Anak  Sering Terlambat Dikenali?

dr. Tiara Nien Paramita, SpA  menjelaskan bahwa alergi susu sapi secara definisi bisa diartikan sebagai reaksi yang tidak diinginkan yang diperantai oleh sistem imun terhadap sesuatu yang seharusnya tidak berbahaya. Harusnya tidak berbahaya tetapi karena alergi bisa jadi berbahaya. 

Meski bisa berbahaya, alergi susu sapi sering kali sulit dikenali karena gejalanya sangat beragam dan mirip dengan gangguan kesehatan lain yang umum terjadi pada bayi dan anak. Banyak orang tua mengira muntah, diare, kolik, atau ruam kulit hanyalah tanda pencernaan bayi yang belum matang, padahal bisa jadi itu reaksi alergi terhadap protein susu sapi. 

dr. Tiara Nien Paramita, SpA

Kondisi ini juga membingungkan karena gejalanya tidak selalu muncul segera setelah anak mengonsumsi susu pada sebagian anak, reaksi baru tampak beberapa jam hingga beberapa hari kemudian, sehingga hubungan antara susu dan gejala sering tidak disadari.

Selain itu, tingkat keparahan reaksi tiap anak bisa berbeda-beda. Ada yang hanya mengalami keluhan ringan seperti gatal atau ruam, namun ada juga yang mengalami reaksi berat hingga kesulitan bernapas. 

Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya perlu melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari wawancara mengenai riwayat makanan anak, uji alergi, hingga uji eliminasi dan provokasi makanan. Karena itu, SADAR alergi ini memang perlu dibangun. Penting bagi orang tua untuk memperhatikan lebih peka dan  pola munculnya gejala setelah anak mengonsumsi susu atau produk olahannya dan segera berkonsultasi ke dokter bila mencurigai adanya alergi. 

Gejala Alergi Susu Sapi, Bukan Sekadar Ruam atau Rewel

alergi susu sapi

Dikatakan dr. Tiara Nien Paramita, SpA bahwa gejala alergi susu sapi cukup,  “Nggak cuma ruam, mual muntah, tapi bisa dilihat dari seluruh tubuh anak.  Jadi dokter mungkin tidak tahu apa yang terjadi sehari-hari di rumah, nah, mama inilah yang jadi dokter anak pertama bagi anak-anaknya. Dokter juga butuh tahu informasi kondisi yang terjadi di rumah seperti apa. Itulah mengapa, orang tua, para Mama juga harus tau apa saja gejala alergi susu sapi.”

Angka kejadian anak yang mengalami alergi susu sapi ini biasanya meningkat pada usia satu tahun. Seiring bertambahnya usia, anak memang bisa toleran dengan alergi karena sistem kekebalan anak menjadi lebih matang dan terlatih, sehingga respon berlebihan terhadap alergen tertentu bisa berkurang,  “Namun, kalau kita nggak tahu, nggak stop makanan atau asupan yang jadi pencetusnya, bisa menyebabkan penyakit alergi akan muncul.”

Menurut dr. Tiara Nien Paramita, SpA, banyak orang tua yang belum tahu bahwa gejala alergi susu sapi bisa muncul dalam bentuk ringan dan tak spesifik. “Ruam di kulit, muntah, diare, atau anak yang tampak rewel bisa jadi sinyal alergi yang sering terabaikan,” ujarnya.

Dikatakan dr. Tiara, masih banyaknya orang tua yang belum sadar dikarenakan gejala awal alergi susu sapi juga bisa sangat mirip dengan penyakit ringan lainnya. Untuk itulah, deteksi dini dan konsultasi dengan dokter anak menjadi langkah penting untuk memastikan diagnosis dan rekomendasi nutrisi yang tepat.

Masalahnya, karena banyak orang tua kini mencari informasi di internet, tidak sedikit yang salah langkah dalam menanganinya. “Setiap anak punya kondisi berbeda. Karena itu, diagnosis dan rekomendasi nutrisi harus dikonsultasikan langsung dengan dokter anak,” tambahnya.

Kesalahan paling umum adalah langsung menghentikan konsumsi susu tanpa pengganti yang sesuai. Padahal, anak dengan alergi susu sapi tetap butuh nutrisi lengkap agar tumbuh kembangnya tidak terganggu. Pemilihan formula khusus di bawah rekomendasi dokter menjadi langkah penting.

Alergi susu sapi mungkin tampak seperti masalah kecil, tapi dampaknya bisa panjang jika diabaikan. Maka, ‘listen to the little sign’ bukan sekadar slogan, ini adalah ajakan bagi setiap orang tua untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh kecil buah hati mereka.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirty nine − = 36