13 Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Membentak, Perlu Dikuasai Orang tua

cara mendisiplinkan anak, ibu menegur anak, komunikasi ibu anak

Mama pasti pernah, dong, melihat balita mengamuk saat dilarang oleh orang tuanya? Dan pernah juga, dong, melihat orang tua yang membentak –atau bahkan ada yang memukul— anaknya yang susah diatur? Kalau Mam  juga mengalaminya, stop ‘drama kekerasan’ seperti ini dengan 13 cara mendisiplinkan anak tanpa membentak berikut!

Tujuan Mendisiplinkan Balita

“Enggak apa-apalah, namanya juga anak-anak.” Ini yang kerap diucapkan orang dewasa ketika melihat anak-anak melakukan kesalahan. Bagaimana pendapat Anda?

Anak yang sedang tumbuh sangat perlu perlu belajar disiplin, Ma. Ini penting agar anak mampu memelajari dasar-dasar ekspresi emosi dan pengendalian diri. Bila anak tidak mampu mengekspresikan perasaan atau mengontrol dirinya, itu bisa mengembangkan perilaku tantrum padanya. Lambat laun, anak justru akan tumbuh dengan kepribadian yang permisif (perilaku buruk melalui cari perhatian).

Jadi, mengenalkan disiplin sejak dini pada balita itu sangat penting. Dari sini anak akan belajar banyak hal. Di antaranya:

Bacaan Lainnya
  • Membantu memelajari perilaku mengatur diri sendiri melalui peristiwa dan konsekuensi (hukum sebab-akibat).
  • Sebagai dasar perkembangan untuk mematangkan keterampilan sosial dan emosional anak.
  • Mejadikan anak lebih bertanggung jawab, memiliki rasa ingin tahu yang positif, berempati, mandiri, dan taat hukum saat mereka dewasa nanti.
  • Melindungi anak dari ancaman apapun di masa depan.

Kapan Orang tua Harus Mendisiplinkan Balita?

cara mendisiplinkan anak, ibu menegur anak, ibu memarahi anak

Mendisiplinkan balita bisa dimulai sejak ia lahir. Polanya dirancang dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan tingkat kematangan anak.

1. Bayi baru lahir hingga 2 tahun

Di tahap ini, bayi menjelajahi dunianya melalui observasi, sensasi, dan eksplorasi. Sesekali ia terlibat dalam perilaku yang membahayakan, seperti:

  • Menjambak atau mencakar (rambut, mata, atau hidung pengasuh).
  • Mengeksplorasi benda dan memasukkannya ke dalam mulut (terjadi pada balita yang merangkak atau baru saja berjalan).
  • Terancam jatuh dari tangga atau tempat tidur saat menjelajah karena kurangnya persepsi kedalaman.

Perhatikan perilaku mereka dan gunakan kata-kata yang penuh kasih saat menegur. Mama boleh sesekali tegas dengan mengatakan ‘tidak’ pada perilaku yang berpotensi melukai untuk membangun landasan disiplin.

2. Usia 2-6 tahun

Tahun kedua sering disebut sebagai ‘dua tahun yang meresahkan’ (troubling twos), karena ini adalah usia ketika anak mampu berjalan secara mandiri dan mengembangkan kemampuan bahasanya. Di usia ini anak juga ingin melakukan sesuatu sendiri, senang menjelajahi lingkungannya, dan mencoba memahami segala batasannya.

Jangan kaget kalau Mamamendapati perilaku kurang menyenangkan dari anak, seperti:

  • Membenturkan, memindahkan, atau melempar benda.
  • Mengutak-atik kunci, sakelar, atau soket steker.
  • Memanjat, merobek, atau merusak barang.
  • Menjelajahi lemari dan laci.
  • Memukul
  • Mengajukan pertanyaan.
  • Menunjukkan sikap membangkang.
  • Tantrum. Anak mulai mengungkapkan kebutuhannya secara terbuka tanpa tahu bagaimana membedakan atau mendeskripsikan emosi.

3. Usia di atas 6 tahun

Anak sudah mulai paham emosi, perilaku, dan konsekuensi. Pendisiplinan yang tepat dapat membuat mereka lebih bertanggung jawab lagi. Butuh strategi pendisiplinan yang baik untuk memastikan anak memperoleh keterampilan tanggung jawab dan pengaturan diri.

13 Cara Mendisiplin Anak Tanpa Membentak di Rumah

cara mendisiplinkan anak, ibu menegur anak, ibu memeluk anak

Strategi disiplin yang efektif membutuhkan konsistensi, keadilan, rasa hormat, dan ikatan yang sehat antara orang tua dan anak. Berikut adalah 13 cara mendisiplinkan anak tanpa membentak yang efektif dilakukan di rumah menurut Psikolog Tumbuh Kembang Anak dan Kesehatan Mental, Apoorva K, MSc.

1. Menjadi panutan

Anak belajar lebih baik saat mencontoh tindakan orang tuanya alih-alih sekadar mengikuti instruksi atau berusaha mencoba sendiri. Saat memberikan anak contoh, bersikaplah tenang, jangan emosional apalagi sampai memaki, mengumpat, memukul, atau melempar barang. Perlihatkan metode alternatif dalam mengungkapkan kemarahan, seperti merenung dalam diam atau berolahraga untuk ‘melampiaskan’ kekesalan.

2. Beri penjelasan logis

Balita akan merespons pendisiplinan dengan lebih baik bila diberikan penjelasan logis –dan disampaikan secara tenang.

3. Gunakan kata-kalimat positif

Penelitian membuktikan, balita belajar disiplin lebih baik dari orang tua yang menggunakan kata-kalimat positif. Misalnya kalimat afirmasi seperti “Mama percaya kamu bisa”, “Kamu itu sangat berarti buat Mama”, atau “Tidak apa-apa, kok, membuat kesalahan.”

4. Beri hadiah

Amati perilaku anak dan beri ‘hadiah’ (reward) saat mereka mampu melakukan tindakan disiplin. Bisa dengan memberi stiker bintang atau smiley, atau ucapan sederhana seperti “Terima kasih” atau “kerja bagus!”. Hindari memberi hadiah dalam bentuk permen, camilan, mainan, apalagi hadiah mahal, ya, Ma.

Penghargaan ini akan sangat membantu memelihara kebiasaan baik dan meningkatkan harga diri anak.

5. Terapkan time-out

Time-out merupakan strategi efektif untuk membantu anak memilah-milah emosinya dan merenungkan perilakunya –terutama pada anak yang agresif atau cengeng. Saat menerapkan time-out, perhatikan area time-out untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan: kursi yang kokoh; ruang bebas gadget dan mainan, atau benda lain yang bisa mendistraksi anak; benda yang bisa dirusak atau dilempar, atau digunakan untuk menyakiti diri sendiri; atau jauh dari jendela, pintu atau perapian. Selain itu, awasi anak saat melakukan time-out.

6. Tetapkan rutinitas

Dengan rutinitas harian yang tetap anak jadi bisa tahu apa yang harus dilakukannya kemudian dan ini sangat membantunya dalam melacak tanggung jawabnya.

7. Abaikan perilaku buruk

Salah satu cara mendisiplinkan anak tanpa membentak bisa dengan mengabaikan perilaku buruknya, Mama juga terhindar dari respons negatif yang kemudian juga mencegah perilaku destruktif tertentu pada anak, terutama jika dilakukan untuk mencari perhatian: merengek, menangis, atau berteriak.

Bila merespon dengan membentak atau berteriak, Mama bisa mencontoh perilaku tersebut. Tapi perilaku ekstrem anak seperti membenturkan kepala, menggigit, atau melempar benda tidak boleh diabaikan, karena dapat membahayakan anak dan juga orang di sekitarnya.

8. Hilangkan pemicu

Rasa penasaran pada balita sangat tinggi, itulah mengapa anak senang menjelajahi lingkungannya. Mama harus memastikan penjelajahan ini aman dan jauhkan anak dari hal-hal yang membuat mereka tergoda atau terpicu melakukan hal berbahaya. Misalnya menjauhkan barang elektronik, alat tajam, dan benda kecil dari area main anak. Pastikan soket listrik tertutup aman, pintu dan jendela terkunci, atau tangga dipagari.

9. Hindari memukul dan membentak

Hukuman seperti memukul dan membentak hanya akan berdampak negatif pada anak. Seperti:

  • Mendorong rasa takut (akan konsekuensi dari tindakannya), depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.
  • Meningkatkan perilaku agresif dan defensif anak dengan membalas memukul atau perilaku kekerasan lainnya.
  • Menjadikan anak membangkang
  • Merusak bonding orang tua-anak

10. Jelaskan konsekuensi

Setiap perilaku baik positif atau negatif adalah konsekuensi, dan anak harus tahu soal ini. Konsekuensi –bukan hukuman– harus diputuskan berdasarkan perilaku anak. Misal, bila anak terlambat tidur siang karena terlalu asik main maka Mama bisa mengurangi waktu membaca dongeng sebelum tidur di malam hari.

Konsekuensi itu baik sebagai tindakan korektif dan memastikan anak lebih mampu mengatur dirinya di kemudian hari.

11. Berikan pilihan

Seringkali anak mengamuk ketika dilarang melakukan ini-itu. Membatasi perilaku anak perlu untuk mengendalikan dirinya, mengajarkannya keteraturan, sekaligus menegaskan bahwa Mama yang berkuasa di rumah. Untuk mencegahnya mengamuk dan menganggap Mama terlalu otoriter, coba berikan ia pilihan: mau makan apa hari ini (pasta atau nasi goreng), baju apa yang ingin dipakainya saat akan main ke taman nanti (kaos  warna hijau atau merah), atau lainnya.

12. Berempatilah pada perasaannya

Balita belum bisa mengatasi emosi yang besar dan mereka sering kali frustasi ketika ingin mengungkapkan perasaannya. Tunjukkan bahwa Mama peduli pada perasaannya, dan beri mereka ruang untuk mengekspresikan emosinya, terutama mereka mendatangi Mama untuk mengeluh atau mengajukan pertanyaan.

13. Lakukan metode disiplin positif

Lakukan cara mendisiplinkan anak tanpa membentak dengan tiga langkah sederhana ini:

  • Pertama, hindari balita dari lingkungan yang memicu ledakan emosinya.
  • Kedua, beri ruang pada balita untuk merefleksikan perilakunya dengan diskusi yang tepat tentang emosinya. Setelah anak paham kesalahannya, Anda baru pertimbangkan konsekuensi yang tepat.
  • Terakhir, cobalah untuk terhubung kembali dengan anak melalui penguatan positif dengan terlibat pada aktivitas pilihan dan kesukaan anak.

Semoga artikel cara mendisiplinkan anak ini bisa membantu Mama.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

÷ one = 10