Cegah Timbulnya ‘Luka’, Begini Cara Mengendalikan Emosi pada Anak

mengendalikan emosi pada anak

Kesal atau marah merupakan emosi yang wajar dan bisa dirasakan oleh siapa pun juga. Termasuk MamPap sebagai orang tua saat menghadapi si Kecil. Namun, yang jadi pertanyaan, marah yang seperti apa? Sebelum ‘meledak’ dan menyisakan trauma mendalam, yuk, cari tahu bagaimana cara mengendalikan emosi pada anak tanpa perlu menyisakan ‘luka’.   

Perlu digaris bawahi, bahwa perasaan kesal atau marah merupakan bentuk emosi yang normal. Namun, emosi pada dasarnya bisa dikelola dengan baik. Ketika MamPap mempu mengendalikannya, si kecil pun dapat belajar bagaimana cara mengontrol emosi dengan cara yang benar.

Masih ingat bukan kalau anak ibarat mesin foto kopi orang tuanya?

mengendalikan emosi pada anak

Read More

Memahami Tantrum, Salah Satu Bentuk Emosi pada Anak

Tidak hanya orang tua, anak pun memiliki beragam emosi. Baik yang negatif dan positif. Namun pada saat berbicara mengenai emosi anak, salah satu bentuk emosi yang kerap muncul adalah tantrum. Ketika emosi si kecil yang sering ‘meledak’ tanpa bisa dikendalikan.

Untuk menghadapinya, ada beberapa catatan yang perlu MamPap pahami lebih dulu sehingga dapat membantu mengendalikan emosi pada anak.

Dalam hal ini, Irma Gustiana, psikolog anak dan keluarga menjelaskan, bahwa tantrum merupakan sebuah fase yang akan dilewati anak. Sebuah kondisi di mana seorang anak masih sulit untuk mengontrol emosinya sehingga ia hanya bisa memberikan respon dengan cara menangis berlebihan, menjerit-jerit, berguling-guling, headbanging bahkan perilaku menyakiti diri sendiri. 

Umumnya, tantrum ini akan dialami anak usia 2 hingga 4 tahun. Psikolog yang lebih sering disapa dengan panggilan Ayank Irma ini mengatakan,  “Tantrum ini sangat umum terjadi bahkan 23 sampai 83 % anak akan mengalaminya.  Biasanya terjadi pada usia 2 dan 3 tahun, namun seiring perkembangannya, maka akan mulai menurun pada usia 4 tahun,” paparnya.

Founder Ruang Tumbuh ini melanjutkan, tantrum ini akan dirasakan balita lantaran mereka sudah cukup memahami kata “aku” dan keinginan. Termasuk perasaan agar keinginan tersebut bisa dipenuhi oleh orang tuanya,

“Tantrum ini bisa juga diartikan sebagai hasil dari energi tinggi dan kemampuan yang tidak mencukupi dalam mengungkapkan keinginan atau kebutuhannya. Karena anak-anak belum bisa mengeluarkannya  dalam kata-kata, akhirnya yang keluar dalam bentuk tantrum seperti itu,” terangnya.

Lakukan Hal Ini  untuk Mengendalikan Emosi pada Anak Ketika Tantrum

mengendalikan emosi pada anak

Mengatasi anak yang sedang tantrum memang tidak mudah. Tidak jarang justru ‘memancing’ kemarahan. Tapi tunggu dulu, meskipun terasa menantang, bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Ada beberapa upaya bisa dilakukan untuk bisa mengendalikan emosi pada anak seperti yang disarankan Ayank Irma.

  1. Tidak perlu panik atau ikut menjadi senewen
  2. Berusaha untuk tetap tenang, karena tantrum dihadapi dengan emosi yang meledak, justru akan memperparah tantrum itu sendiri.
  3. Tetap awasi lingkungan, jangan sampai ada benda berbahaya yang bisa melukai saat anak sedang tantrum. 
  4. Jika si kecil mulai melukai dirinya seperti memukul, segera pegang tangannya dan jelaskan bahwa sikap tersebut tidak baik Fungsi tangan pun bukan untuk memukul atau melukai. 
  5. Peluk anak, dengan mendekapnya bisa membuat anak tenang. Carilah posisi duduk dan bersandar sehingga MamPap bisa menopang tubuhnya dengan posisi yang aman.
  6. Cari tahu apa yang membuat si kecil tantrum. 
  7. Jangan menyerah pada kemarahan anak, hal ini justru hanya memperburuk kondisi karena bisa dijadikan ‘senjata’ untuk memenuhi keinginannya.
  8. Hindari untuk membujuk anak dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Dari ini, anak justru akan belajar untuk mendapatkan imbalan. 

Selain itu, cara mengontrol emosi pada anak tentu saja perlu memerhatikan dan memahami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tahapan usia si kecil. Umumnya, semakin usia bertambah maka kemampuan anak untuk bisa mengontrol emosinya juga akan semakin terbentuk dengan matang. 

Cara Mengendalikan Emosi pada Anak

mengendalikan emosi pada anak

Tak hanya anak-anak, MamPap sebagai orangtua tentu saja perlu tahu cara mengendalikan emosi di depan anak. Jangan sampai, emosi yang tidak terkontrol anak menimbulkan luka di hati bahkan berujung trauma. 

Berikut beberapa hal yang perlu perlu diperhatikan untuk bisa mengendalikan emosi pada anak

1. Benarkah Perlu Marah dan Emosi pada Si Kecil?

Marah merupakan emosi yang sangat wajar, namun bukan berarti MamPap jadi orang tua pemarah bukan? Sebelum emosi meledak melihat perilaku si Kecil, tanyalah pada diri sendiri, apakah tindakan yang dilakukan si Kecil memang harus membuat MamPap marah? Atau justru ada pemicu lain yang membuat emosi seakan ingin meledak? Kondisi MamPap yang sedang lelah, stress, atau mungkin kurang tidur?

Maka, tetapkan dulu batasan-batasan perilaku mana yang perlu ditindak tegas dan mana yang masih bisa dibicarakan baik-baik. Ingat, tidak semua kenakalan anak harus direspon dengan cara memarahi atau menghukum anak. 

2. Mengendalikan Emosi pada Anak, Ambil Jeda

Jika ingin mengendalikan emosi pada anak, cobalah untuk menekan tombol ‘pause’ pada diri sendiri. Dalam artian, saat sedang merasa emosi melihat perilaku anak, coba tenangkan diri Anda lebih dulu. Jika perlu tinggalkan si kecil sebentar untuk menenangkan diri. 

Misalnya, dengan cara mengambil minum agar bisa lebih tenang kemudian bisa memberikan arahan pada si kecil bahwa perilakunya tidak tepat. Di sini, MamPap pun bisa mengambil kesempatan untuk mengamati diri sendiri dan perilaku anak yang membuat marah.

3. Ambil Posisi Sejajar dengan Anak

Saat ingin berbicara pada anak, cobalah untuk mengambil posisi sejajar dan lakukan kontak mata dengan penuh kasih sayang namun tetap tegas. 

4. Hindari Memukul ataupun Berteriak

Memukul atau pun berteriak pada anak sebenarnya anak memberikan dampak negatif ataupun trauma yang sama pada diri si kecil. Untuk itu, cobalah untuk memecahkan  atau mendiskusikan masalah dengan si kecil tanpa adanya kekerasan. 

Percayalah, berteriak ataupun memukul tidak akan menyelesaikan masalah, namun hanya menimbulkan luka di hati anak. 

5. Mengendalikan Emosi pada Anak, Turunkan Ekspektasi

Satu hal yang tak kalah penting adalah pentingnya untuk menurunkan ekspektasi pada si kecil. MamPap perlu menyadari bawa si kecil masih memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak perlu memiliki harapan yang terlalu tinggi. 

Sebagai contoh, jika usia si kecil masih 3 tahun, tentu masih belum memiliki kemampuan untuk bisa membereskan mainannya seorang diri dengan hasil yang maksimal. Artinya,  ia masih perlu dibantu dan didampingi.  Dengan memiliki harapan yang wajar, akan membantu untuk menekan emosi yang berlebih.

Percayalah, bahwa saat MamPap tidak bisa mengendalikan emosi akan memengaruhi pola asuh anak dan perkembangan si kecil di kemudian hari. 

Bukan tidak mungkin, jika orang tua tidak mampu mengontrol emosi, akan membuat anak merasa tidak nyaman, timbul rasa takut, hingga akhirnya membuat anak menjaga jarak. Akibatnya, hubungan pun bisa menjadi tidak hangat lagi. Tidak mau hal ini terjadi bukan? Yuk, pelan-pelan belajar mengendalikan emosi pada anak agar tidak meninggalkan luka secara mental atau pun fisik. 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + = six