Anak Tidak Bisa Fokus Tak Selalu ADHD, Kenali Penyebab dan Gejalanya

anak tidak bisa fokus
Foto: Aflo Images

Konsentrasi adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan anak dalam kegiatan belajar  sehari-hari. Namun, sebagian anak kerap mengalami masalah konsentrasi dan lebih sulit fokus. Bagaimana jika anak tidak bisa fokus? Apa saja penyebab dan cara mengatasinya? Simak penjelasannya di artikel berikut ya, MamPap. 

Kapan Seorang Anak Dikatakan Tidak Bisa Fokus?

Masalah fokus adalah tantangan yang mengganggu kemampuan anak untuk memerhatikan, mengendalikan impuls, dan terlibat secara konsisten dalam tugas dan interaksi sosial. 

Masalah fokus pada anak biasanya terwujud dalam tiga cara: 

  • Kurang perhatian: Kesulitan untuk tetap fokus.
  • Hiperaktivitas: Gerakan dan kegelisahan yang konstan.
  • Impulsivitas: Bertindak tanpa berpikir. 

Ini bukanlah tanda-tanda anak yang “nakal”, melainkan indikator jaringan neurologis unik yang membutuhkan pemahaman dan dukungan. Beberapa anak memang memproses dunia secara berbeda, dan dengan pendekatan yang tepat, mereka dapat belajar mengatasi tantangan yang mereka punya.

Read More

Berikut adalah beberapa tanda utama yang juga perlu diwaspadai pada anak: 

  • Terus melamun atau tampak tidak fokus. 
  • Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas sederhana. 
  • Membutuhkan banyak pengingat untuk mengikuti arahan. 
  • Kesulitan bertransisi antar kegiatan. 
  • Tertinggal dalam tugas di kelas.
  • Tampak tidak fokus dari kegiatan belajar. 
  • Kesulitan mengikuti instruksi. 
  • Kesulitan untuk tetap duduk atau memerhatikan di kelas. 
  • Tidak suka sekolah. 
  • Perilaku mengganggu di kelas

Namun, tanda-tanda ini tidak serta merta berarti anak mengalami kesulitan belajar. Sebelum Anda mulai mencari solusi, langkah pertama adalah mengidentifikasi alasan anak tidak bisa fokus. 

Apa Penyebab Anak Tidak Bisa Fokus?

anak tidak bisa fokus, anak susah konsentrasi

ADHD sering dianggap sebagai penyebab utama kesulitan anak-anak dalam berkonsentrasi. Meskipun hal itu mungkin benar, sebagian besar masalah fokus dan konsentrasi sebenarnya bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk, seperti kurang tidur.

Dari yang paling umum hingga yang paling jarang, berikut beberapa alasan mengapa anak-anak mungkin kesulitan berkonsentrasi:

1. Kurang Tidur

Kurang tidur adalah salah satu alasan paling umum mengapa anak tidak bisa fokus. Kualitas tidur memainkan peran penting dalam kemampuan kognitif seperti pemecahan masalah, kreativitas, pemrosesan emosi, dan penilaian. Oleh karena itu, ketika anak-anak tidak cukup tidur, mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi.

2. Gaya Belajar yang Tidak Sesuai

Setiap anak memiliki cara belajar yang unik. Ada yang belajar paling baik secara visual, sementara yang lain lebih menyukai metode auditori. Jika gaya mengajar tidak sesuai dengan preferensi belajar anak, mereka mungkin kesulitan untuk fokus dan menyerap materi. Ketidaksesuaian ini dapat membuat mereka mudah teralihkan dan kurang perhatian.

3. Kecemasan

Seorang anak yang tampaknya tidak fokus di sekolah mungkin memiliki kekhawatiran kronis yang tidak disadari oleh guru, bahkan orang tua. Ada banyak jenis kecemasan, tetapi semua jenis kecemasan “cenderung mengunci otak,” membuat konsentrasi sulit bagi anak-anak yang cemas.

Seorang anak dengan kecemasan perpisahan mungkin begitu sibuk memikirkan sesuatu yang buruk yang akan terjadi pada orang tuanya saat mereka terpisah sehingga mereka tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan sekolah.

Beberapa anak juga sangat khawatir akan membuat kesalahan atau mempermalukan diri sendiri. Terkadang, ketika seorang anak membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugasnya di kelas, itu bukan karena ia melamun, melainkan karena ia berjuang melawan perfeksionisme yang mengharuskannya mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang benar. Atau, jika ia tidak mengumpulkan PR, bisa jadi bukan karena ia tidak mengerjakannya, melainkan karena ia khawatir PR-nya kurang baik.

4. Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Anak-anak dengan OCD juga mungkin kesulitan fokus. OCD menyebabkan pikiran-pikiran yang terus-menerus dan mengganggu yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari tugas-tugas eksternal, sehingga sulit bagi mereka untuk berkonsentrasi pada pembelajaran atau aktivitas lainnya.

Menurut Jerry Bubrick, PhD, seorang psikolog klinis yang menangani anak dengan kecemasan dan OCD di Child Mind Institute, seorang anak mungkin sedang duduk di kelas dengan obsesi untuk memperbaiki sesuatu, atau untuk menghindari sesuatu yang buruk terjadi. Kemudian saat guru memanggil mereka, ketika mereka tidak tahu jawaban atas pertanyaan tersebut, mereka tampak seperti tidak memerhatikan, tetapi sebenarnya itu karena mereka terobsesi.

Karena anak-anak dengan OCD sering malu dengan gejalanya, mereka mungkin berusaha keras untuk menyembunyikan kompulsi mereka saat berada di sekolah. Bagi seorang guru yang tidak menyadari OCD, gangguan ini mungkin terlihat seperti ADHD, tetapi sebenarnya tidak.

5. Stres atau trauma

Anak-anak juga bisa tampak tidak fokus ketika mereka terdampak oleh trauma. Anak-anak yang pernah menyaksikan kekerasan atau pengalaman mengganggu lainnya mungkin menunjukkan kesulitan memerhatikan dan rasa tidak aman yang terus-menerus yang disebut hipervigilans.

Anak-anak yang kehidupan di rumahnya melibatkan rasa stres akut dapat mengembangkan gejala-gejala ini, atau bahkan gangguan stres pascatrauma.

6. Gangguan Belajar

Terkadang, kesulitan fokus merupakan tanda gangguan belajar. Gangguan belajar terjadi ketika seorang anak kesulitan memahami pelajaran di sekolah, seperti membaca, menulis, atau matematika.

Disleksia, misalnya, adalah gangguan belajar yang membuat anak-anak sulit fokus dan memahami pelajaran. Disleksia terjadi ketika otak kesulitan menerjemahkan kata-kata tertulis ke dalam bahasa lisan.

Masalah pemrosesan pendengaran juga dapat menyebabkan seorang anak melewatkan sebagian dari apa yang dikatakan guru, meskipun mereka mendengarkan, dan itu bisa terlihat seolah-olah mereka tidak memerhatikan.

Beberapa anak mampu mengompensasi ketidakmampuan belajar mereka dengan bekerja ekstra keras, dan mereka mungkin berhasil hingga mencapai tingkat di mana pekerjaan tersebut menjadi terlalu menantang.

7. ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)

Meskipun kesulitan fokus merupakan gejala utama ADHD, mengalami gejala ini saja tidak selalu berarti seorang anak menderita ADHD. ADHD biasanya disertai dengan gejala lain seperti hiperaktif dan impulsif. Jika seorang anak sering menunjukkan kurangnya perhatian yang berada di luar rentang normal, impulsif, dan hiperaktif, ADHD mungkin menjadi penyebabnya.

Beberapa anak memang hanya menunjukkan gejala kurang perhatian. Namun, diagnosis ADHD tidak boleh dibuat hanya berdasarkan laporan guru atau satu kunjungan singkat ke dokter anak.

Penting juga untuk membandingkan kemampuan anak dalam memerhatikan dengan anak lain seusianya, bukan dengan semua orang di kelasnya. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2012 menemukan bahwa anak laki-laki termuda di kelasnya 30% lebih mungkin didiagnosis ADHD daripada anak laki-laki tertua di kelas, dan anak perempuan yang lebih muda 70% lebih mungkin didiagnosis daripada anak perempuan tertua. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakdewasaan tersebut juga dapat disalahartikan sebagai ADHD.

Cara Menstimulasi Agar Anak Bisa Lebih Fokus

Jika MamPap memerhatikan si kecil terus-menerus teralihkan, berpindah-pindah kegiatan, atau kesulitan mengikuti instruksi, mungkin Anda tidak sendirian. Dikutip dari laman Parents, ada beberapa cara meningkatkan rentang perhatian, fokus, dan konsentrasi anak yang bisa MamPap lakukan, di antaranya: 

1. Berikan Anak Perhatian dan Instruksi yang Jelas

Untuk mendapatkan perhatian anak, orang dewasa juga harus memberikan perhatian. Cara terbaik untuk membuat anak memerhatikan adalah dengan berada di dekatnya saat Anda memberikan arahan. Jangan berteriak meminta sesuatu dari dapur ke ruang tamu.

Memberi anak instruksi yang jelas dan ringkas juga membantu. Berdirilah di depan mereka, buat kontak mata, sejajarkan mata atau sentuh bahu mereka, dan katakan, “Ayah ingin kamu melakukan ini sekarang.” Jika permintaan tersebut diabaikan, Anda dapat bertanya kepada anak, “Apa yang perlu kamu lakukan sekarang?” Ketika anak merespons dengan benar, katakan, “Tunjukkan pada Ayah bahwa kamu tahu apa yang perlu kamu lakukan.”

2. Uraikan Tugas

Jika anak merasa suatu tugas terlalu sulit, mereka mungkin akan melamun dan berhenti memerhatikan. Untuk membantu mereka menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakan, berikan instruksi dalam langkah-langkah kecil, yang lebih efektif daripada memberikan penjelasan panjang lebar, membuat anak merasa bersalah, atau berteriak.

Misalnya, daripada menyuruh anak membersihkan kamarnya, mungkin lebih baik mengatakan, “Pertama, kumpulkan semua mainanmu, lalu Ibu akan kembali dan memberi tahu apa yang perlu kamu lakukan selanjutnya.” Terkadang, bahkan mengilustrasikan rutinitas di atas kertas dan menempelkannya di dinding bisa bermanfaat sebagai pengingat visual yang baik.

3. Modifikasi Tugas-Tugas yang Membosankan

Karena banyak anak kesulitan untuk fokus pada tugas-tugas yang tidak ingin mereka lakukan, seperti tugas-tugas terstruktur dan berulang yang dihadapi anak-anak saat masuk sekolah, Anda dapat membantu membuat aktivitas yang membosankan menjadi lebih menyenangkan dengan menggunakan sedikit kreativitas.

Misalnya, cobalah meminta anak untuk membentuk huruf S menggunakan batu, koin, atau balok kayu daripada menulis dengan pensil di atas kertas. Anak-anak juga dapat berlatih menggambar huruf dengan kapur, membentuk huruf dari playdough, atau bahkan menjiplak bentuk huruf dengan cat di atas kanvas besar untuk membuat pengalaman lebih menarik.

4. Bergerak

Olahraga dapat membantu anak-anak memerhatikan. Anak-anak sekolah dasar yang mengambil waktu istirahat dari pelajaran di kelas untuk beraktivitas di siang hari dapat lebih berkonsentrasi pada tugas mereka. Dorong anak untuk menggunakan mainan luar ruangan seperti bola dan lompat tali. Lakukan olahraga luar ruangan yang mereka sukai, dan sisihkan waktu setiap hari untuk kegiatan keluarga, seperti berjalan-jalan, bermain di taman, atau bersepeda.

5. Berlatih Berkonsentrasi

Rentang perhatian anak dapat dilatih agar menjadi lebih kuat. Sarankan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, seperti menyelesaikan teka-teki silang atau bahkan membantu menyiapkan makan malam. Anda juga dapat membantu dengan meluangkan waktu untuk menunjukkan beberapa detail kecil dan menarik di sekitar Anda yang dapat melatih kesadaran anak.

Misalnya, saat berjalan-jalan, Anda bisa berhenti sejenak untuk memerhatikan sarang burung yang tersembunyi di pohon atau jejak hewan di tanah, atau berbicara tentang bentuk bebatuan yang Anda lihat di taman bermain. Seiring meningkatnya konsentrasi anak seiring latihan, kemampuan mereka untuk fokus juga akan meningkat.

6. Atasi Rasa Lapar dan Kelelahan

Orang tua juga harus mewaspadai jika ada sesuatu faktor yang menghalangi kemampuan anak mereka untuk memerhatikan. Apakah mereka lapar atau lelah? Untuk mengatasi rasa lapar atau kelelahan, beri mereka camilan sebelum mengerjakan PR atau tugas terstruktur lainnya. Pilih camilan bergizi daripada camilan yang tidak berkalori atau mengandung banyak gula tambahan. Pilihannya antara lain yogurt atau keju, telur rebus, dan selai yang dioleskan pada pisang atau apel.

Tidur malam yang nyenyak juga penting, jadi pastikan anak cukup istirahat. Hal itu membantu kita untuk kembali fokus. Jika anak-anak tidak punya waktu istirahat dan mereka terlalu sibuk, mereka mungkin akan memperlihatkan gejala melalui perilaku mereka.

7. Puji Usaha Anak

Sering kali dalam budaya kita, kita memuji hasilnya. Kita tidak berfokus pada betapa hebatnya usaha anak dalam melakukan sesuatu. Alih-alih mengatakan, “Kamu tidak menulis namamu dengan benar,” MamPap bisa mengatakan sesuatu seperti, “Kamu berusaha keras memegang pena dan tetap di dalam garis. Itu luar biasa.”

Kapan Harus Mencari Bantuan?

Terkadang, seorang anak mungkin memiliki masalah perhatian yang sulit diatasi dengan strategi sederhana, dan orang tua mungkin membutuhkan bantuan dari guru, dokter anak, atau bahkan psikolog. Beberapa tanda bahaya untuk anak usia 4 atau 5 tahun ke atas, antara lain:

  • Mengalami kesulitan yang konsisten dalam melakukan apa pun selama lebih dari dua atau tiga menit. 
  • Membutuhkan bimbingan terus-menerus untuk melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dikelola. 
  • Melompat dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. 
  • Tidak mampu mengendalikan impuls. 

Demikian beberapa penyebab dan cara menangani anak tidak bisa fokus. Semoga informasi ini membantu, MamPap.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × two =