Saat Brain Fog Menyapa di Masa Perimenopause, “Lupa Lagi, Lupa Lagi”

perimenopause

Pagi itu, udara di dapur masih hangat oleh aroma tumisan bawang. Mentari berdiri di depan kompor, kemudian bergegas ke arah kulkas. Begitu pintu kulkas terbuka, alisnya berkerut. “Duh, tadi aku mau ambil apa, ya?” gumamnya sendiri. Ia menatap semua bahan yang ada cukup lama, tapi tak juga menemukan jawaban karena pikirannya terasa ‘macet’. “Kenapa sih, belakangan ini jadi lupaan banget. Pikun. Apa ini yang dinamakan brain fog, salah satu gejala perimenoupause?” batinnya.

Tidak cuma urusan mengambil bahan makanan saja, situasi tiba-tiba lupa juga kerap dirasakan Mentari. Entah lupa meletakan kacamata, lupa menaruh atau mengunci pintu rumah, bahkan lupa mematikan kompor. Pernah suatu kali anaknya berteriak, “Ma…. ini kompor kenapa nggak dimatikan? Minyak gorengnya sudah sampai bersap banget nih. Mau masak apa gimana?”. Mendengarnya Mentari langsung tergopoh-gopoh lari ke arah dapur sambil menjawab, “Ya ampun! Mama lupa matikan kompor. Tolong dimatikan ya, nak.”

Saksi kepikunan Mentari tidak buah hatinya saja, sang suami pun kerap kali dibuat bingung. Suatu hari, Mentari terlihat sibuk mencari sesuatu. “Sayang, kamu cari apa sih? Dari tadi bolak balik terus begitu? Ada yang bisa ku bantu?” Mentari menarik napas panjang, “Aduh, dari tadi lupa banget simpan kacamata di mana. Tadi kupikir aku taruh di meja makan, tapi kok nggak ada, sih!” Suami Mentari tertawa kecil, “Kamu makin lucu aja, sih, Ma. Itu yang di kepala kamu apaan? Kacamata nangkring di kepala sendiri kok nggak ngeh.”

Mendengar suaminya tertawa, Mentari tak ikut tertawa. Karena baru kemarin sore, ia hampir lupa mematikan kompor. Untung anaknya mencium bau gosong dari dapur. Mentari mulai cemas. 

Bukan Sekadar Lupa, Tapi Otak Sedang ‘Berkabut’ atau Alami Brain Fog

brain fog

Apa yang dialami Mentari mungkin juga dialami Mama yang lainnya, khususnya perempuan yang sudah memasuki usia 40-an. Menurut dr. Ni Komang Yeni, Sp.OG, MM, MARS, Ketua PERMINESIA (Perkumpulan Menopause Indonesia) gejala seperti yang dialami Mentari memang sering terjadi dan dialam perempuan yang memasuki masa perimenopause, yaitu periode transisi menuju menopause. Biasanya fase perimenopause, dimulai di usia 35-an hingga pertengahan 40-an tahun.

“Banyak perempuan merasa khawatir ketika mulai sering lupa atau sulit fokus. Padahal, itu bukan tanda pikun dini, tapi bagian dari perubahan hormonal yang memengaruhi cara otak bekerja,” jelas dr. Ni Komang Yeni, Sp.OG, MM, MARS. 

Ketika memasuki fase perimenopause memang banyak perempuan yang mengalami perubahan pada tubuhnya. Tidak hanya masalah fisik, tapi juga dari sisi mental. Perubahan hormon di masa perimenopause bisa memicu kecemasan, mudah sedih hingga menangis, hingga mengalami depresi ringan. Selain itu bisa juga mengalami penururan fokus. Kondisi kurannya fokus atau mudah lupa ini juga dikenal dengan istilah brain fog, perasaan seperti otak yang diselimuti kabut, membuat seseorang sulit fokus, lupa hal-hal sederhana, dan merasa ‘lambat’ berpikir.

Apa yang Terjadi di Otak Saat Perimenopause?

Dijelaskan dr. Ni Komang Yeni, Sp.OG, MM, MARS,  bahwa pada saat memasuki fase perimenopause, kadar estrogen dan progesteron  pada perempuan akan naik turun tidak menentu. Dua hormon ini tidak hanya berperan dalam kesuburan, tapi juga berpengaruh besar terhadap fungsi kognitif dan memori otak.

“Estrogen membantu melancarkan aliran darah ke otak, mendukung komunikasi antar sel saraf, dan menjaga keseimbangan neurotransmiter. Saat kadarnya menurun, otak kehilangan sebagian ‘bahan bakar’ utamanya,” terang dr. Yeni. Itulah sebabnya, banyak perempuan yang merasa sulit fokus, mudah lupa, atau bingung mengambil keputusan sederhana. Bahkan, beberapa merasa seperti “bukan diri mereka sendiri”.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rs. Pondok Indah ini menegaskan, sebelum memberikan suatu terapi atau mendiagnosis, memang akan dilakukan pemeriksaan lebih dulu. “Brain fog itu memang gejala, nah, itu yang perlu kita cari tahu lebih dulu. Gejalanya itu disebabkan karena apa dulu? Kalau pada kondisi perimenopuse dan menopause memang disebabkan karena berkurangnya hormon estrogren dan progsteron.”

Dua hormon ini yang menjadi reseptor di otak. Ini yang bisa menyebabkan kita juga jadi sulit tidur, sulit konsentrasi. Brain fog itu memang bikin kita lupa. Kacamata ada di atas kepala sendiri, dicariin kemana-mana, mau jemput anak sambil ngobrol asik sama teman malah jadi lupa jemput anaknya. Jadi banyak sekali kualitas hidup yang bikin kita terganggu”. 

Dr. Yeni juga menambahkan, “Tapi tentunya jika gejala terasa semakin berat, perlu dicari tahu penyebab yang lainnya. Jangan sampai dia menderita dimensia atau alzheimer di usia muda. Biasanya ini kita akan kolaborasi dengan dokter gizi, untuk mengetahui apakah ada indikasi kurang gizi, apakah ada kelainan neurologi sehingga untuk memastikannya kita akan kerja sama dengan dokter saraf.  Kita memang perlu memastikan gejala brain fog ini memang dikarenakan gejala perimenopise,  bukan disebabkan adanya penyakit di anatomi lainnya.” 

brain fog

Ciri-Ciri Brain Fog di Masa Perimenopause

  • Lupa menaruh barang (kacamata, kunci, HP)
  • Lupa apa yang baru saja akan dilakukan
  • Sulit mengingat kata atau istilah saat bicara
  • Merasa lambat berpikir
  • Susah fokus, terutama saat multitasking

Menurut dr. Yeni, gejala ini bisa datang dan pergi kadang ringan, kadang terasa sangat mengganggu. Faktanya, gejala brain fog ini memang tidak akan hilang dengan sendirinya dan akan terus berlanjut. 

“Tetapi memang yang terasa sangat berat itu akan terjadi pada 5 tahun pertama, karena ini masa transisi sehingga akan terasa berat bagi perempuan yang mengalaminya. Setelah itu memang akan akan banyak terjadi, apakah bisa beradaptasi dengan baik, atau malah situasinya menjadi lebih buruk. Untuk itu kalau memang terasa sangat berat, seek for help.” 

Cara Membantu Otak Tetap Jernih

brain fog

Menurut dr. Komang, brain fog bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi perlu dipahami dan dikelola dengan baik. Ada beberapa langkah yang bisa membantu menipiskan “kabut” di kepala:

1. Pola tidur cukup dan berkualitas

Hormon akan bekerja lebih seimbang jika tubuh beristirahat dengan baik. Coba buat rutinitas tidur yang tenang, tanpa gadget atau drama TV sebelum tidur.

2. Aktif bergerak

Lari atau jalan kaki cepat. Exercice ini akan membantu meningkatkan oksigen ke otak.

3. Asupan bergizi untuk otak

Ikan berlemak, kacang-kacangan, buah beri, dan sayur berdaun hijau membantu memperbaiki fungsi memori.

4. Kurangi stres

Stres meningkatkan hormon kortisol yang justru memperburuk kabut otak. Luangkan waktu untuk hal-hal yang menyenangkan seperti baca buku, berkebun, atau sekadar duduk tenang dengan secangkir teh.

5. Buat catatan kecil dan sederhanakan

Gunakan sticky note, alarm, atau aplikasi pengingat. Jangan malu mengandalkan catatan, itu bukan tanda lemah, tapi tanda adaptasi yang cerdas.

Landing Smoothly, Menyambut Fase Perimenopause dan  Menopause

“Perimenopause dan  menopause bukan masanya perempuan jadi menurun kualitasnya hidupnya, tapi masa tubuh belajar menyeimbangkan diri kembali. Maukan hidup sampai tua, tapi sesederhana masih bisa ke toilet sendiri, bisa main sama cucu. Nah, dengan perhatian dan gaya hidup sehat masa perimenopause dan menopause masih bisa jalanin aktivitas.”

Ni Komang Yeni, Sp.OG, MM, MARS juga mengingatkan, jangan takut mencari bantuan, termasuk melakukan terapi seperti terapi hormon HRT jika memang diperlukan.

“Tidak perlu takut, karena sebelum diberikan terapi hormon tentu saja akan dilakukan screening secara ketat. Kalua memang itu indikasi yang baik untuk diberikan, terapi hormon akan dilakukan dan ini impactnya sangat baik.”

Pada tahapan pemeriksaan, dr. Yeni menjelaskan, tidak hanya dicek apakah gejala brain fog karena kurang hormon, namun ada pemeriksaan lainnya secara menyeluruh. Ini penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada gangguan lainnya seperti tiroid, atau hormon stressnya, bagaimana kadar vitamin, protein atau yang lainnya, “Nah, hal-hal ini yang perlu dicari tahu lebih dulu sehingga terapi yang diberikan pun akan tepat,” pungkasnya.  Jadi, sudahkah mama peka dengan kondisi tubuh dan fase yang akan dilewati?

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × = 35