Ajak Anak Nonton Film Horor, Ini Pertimbangan dan Risiko yang Perlu Diperhatikan

anak nonton film horor

Siapa di antara MamPap yang pernah atau niat mengajak anak nonton film horor? Sebelum melakukan ada berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan lebih dulu, ya.

***

Di libur Lebaran tahun 2024 ini, Joko Anwar kembali menawarkan film horor terbarunya, ‘Siksa Kubur’. Meskipun klasifikasi umur dari Lembaga Sensor Film (LSF) untuk film ini  untuk kategori 17+, tetap saja banyak orang tua yang abai.

anak nonton film horor

Bacaan Lainnya

Tidak sedikit orang tua yang mengajak buah hatinya untuk ikut menyaksikan film yang banyak menawarkan adegan gore ini. Tindakan ini tentu saja membuat ‘gerah’ sekaligus geram sebagian masyarakat. Bukan tanpa alasan, pada saat anak nonton film horor akan ada sederet risiko yang bisa terjadi. 

Memang, setiap orang tua tentu saja  memiliki value yang berbeda yang ingin diterapkan pada anaknya. Hal ini pun berlaku pada saat memutuskan dan mengajak anak untuk menonton sebuah film di bioskop. 

Ada orang tua yang sangat tegas, dan memegang prinsip bahwa memilih tontonan film harus disesuaikan usia anak. Namun, tidak jarang orang tua yang sangat ‘longgar’, tidak peduli dengan rating yang sudah diberikan. 

Padahal, urusan memberikan tontonan pada anak, termasuk film tentunya, bukan persoalan sepele. Sebab,  film itu bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua karena punya dampak negatif dan positif sekaligus. Karena begitu besar pengaruhnya, maka orang tua tentu saja perlu ekstra hati-hati dalam memilih tayangan film untuk anak. 

Seperti yang disampaikan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi., Psikolog,  bahwa film merupakan salah satu media yang mudah memengaruhi anak-anak.  Bahkan sejak mereka bayi sekalipun. Lewat tontonan film, anak-anak bisa banyak belajar berbagai hal. Mulai dari dari meniru kata-kata, mengenal warna, benda, gerakan, musikalitas, ritme dan banyak hal lainnya. 

Singkat kata, tontonan dalam film merupakan salah satu ‘model’ yang menarik dan mudah ditiru oleh anak-anak. Jadi, bisa dibayangkan, ya, apa saja akibat atau risiko jika anak nonton film horor? Apa yang mereka pelajari?

Tidak hanya itu saja, psikolog anak dan remaja jebolan Universitas Indonesia ini juga mengingatkan bahwa usia anak-anak juga belum mampu membatasi mana yang sekadar khayalan atau fantasi dan mana kenyataan. “Jadi, anak-anak memang  belum paham kalau film cuma sebatas karya fiksi, apa yang mereka lihat ya bisa dianggap mereka adalah suatu hal yang nyata,” tukas psikolog yang sering disapa dengan panggilan Mbak Vera ini. 

Tahapan Kemampuan Anak Membedakan Realitas dan Fiksi 

Anak nonton film horor, kapan waktu yang tepat? Mungkin pertanyaan ini juga terbersit di dalam benak Mama dan Papa. Pada dasarnya, kemampuan anak untuk membedakan antara realitas dan fiksi sebenarnya akan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Di mana proses ini akan berlangsung secara bertahap dan dapat bervariasi antara satu anak dan yang lainnya.

Meskipun demikian, setidaknya inilah beberapa tahapan yang perlu Mama Papa pahami. Apa saja?

anak nonton film horor

1. Usia Pra-Sekolah (3-5 tahun)

Pada masa ini, anak-anak cenderung memiliki pemahaman yang terbatas tentang perbedaan antara realitas dan imajinasi. Di usia ini, anak-anak mungkin masih percaya pada cerita fantasi atau dongeng sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.

2. Usia Sekolah Awal (6-8 tahun)

Pada periode ini, anak-anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan antara realitas dan fiksi. Namun, perkembangannya tentu saja belum matang. Anak-anak di usia sekolah ini, mungkin mulai menyadari bahwa cerita-cerita dalam buku atau film adalah karya imajinasi, meskipun mereka masih bisa terpengaruh oleh cerita-cerita itu.

3. Usia Praremaja (9-12 tahun)

Pada masa ini, anak-anak mulai memiliki kemampuan yang lebih matang untuk membedakan antara realitas dan fiksi. Mereka mulai bisa memahami dan belajar bahwa apa yang mereka lihat di layar atau baca dalam buku hanyalah cerita, dan tidak selalu mencerminkan kenyataan.

4. Usia Remaja dan Dewasa Awal (13 tahun ke atas)

Pada tahap ini, anak-anak biasanya memiliki pemahaman yang cukup matang tentang realitas dan fiksi. Mereka dapat mengevaluasi informasi dengan lebih kritis dan memahami bahwa cerita dalam media hiburan sering kali merupakan representasi imajinatif dari dunia nyata.

Meskipun ada perkiraan umum tentang kapan anak mulai membedakan realitas dan fiksi, penting untuk diingat bahwa perkembangan ini adalah proses individual yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk lingkungan, pengalaman, dan kematangan emosional anak. 

Ajak Anak Nonton Film Horor, Pertimbangkan Ini Dulu 

anak nonton film horor

Ketika mengajak anak nonton film, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan Mama dan Papa tua agar pengalaman menonton menjadi positif dan bermanfaat bagi anak:

1. Pilih Film yang Sesuai

Pilihlah film yang sesuai dengan usia dan kesiapan emosional anak. Pastikan untuk memperhatikan rating film dan rekomendasi usia yang diberikan oleh badan sensor atau pengawasan film setempat.

2. Preview Film Terlebih Dahulu

Untuk memastikan apakah film yang ingin ditonton layak, tidak ada salahnya loh, jika Mama dan Papa mencari tahu atau .meninjau film terlebih dahulu sebelum menonton bersama anak. Hal ini memungkinkan orang tua untuk mengetahui konten film, termasuk apakah ada adegan yang mungkin tidak sesuai untuk anak. Jika Mama dan Papa enggan untuk nonton lebih dulu, tidak perlu ragu untuk bertanya atau meminta testimoni terkait dengan film tersebut.

3. Ajak Diskusi Anak

Sebelum menonton film, jangan lupa untuk memberikan penjelasan sederhana lebih dulu kepada anak tentang apa yang akan mereka lihat. Jelaskan genre film, alur cerita, dan hal-hal yang mungkin menjadi perhatian anak. Diskusi ini juga perlu dilakukan setelah menonton film, ajaklah anak untuk berdiskusi tentang apa yang mereka lihat. Tanyakan pendapat mereka tentang cerita, karakter, dan pesan yang disampaikan oleh film. Diskusi ini dapat membantu anak memproses apa yang mereka saksikan dan mengembangkan pemahaman mereka tentang media hiburan.

4. Pilih Waktu yang Tepat

Pilihlah waktu yang tepat untuk menonton film bersama anak. Pastikan mereka dalam suasana hati yang baik dan tidak terlalu lelah atau stres.

5. Berikan Peringatan dan Dukungan atau Validasi

Jika film mengandung adegan yang menakutkan, kekerasan, atau berisi konten yang sensitif, berikanlah penjelasan sederhana yang bisa dipahami oleh anak.. Berbicaralah tentang bagaimana mereka mungkin merasa tentang adegan tersebut dan bahwa mereka bisa meminta untuk berhenti menonton jika merasa tidak nyaman. Mama dan Papa juga bisa memberikan dukungan kepada anak untuk mengatasi perasaan yang muncul setelah menonton film, terutama jika film tersebut menimbulkan ketakutan atau kecemasan. Jadilah pendengar yang empati dan berikan dukungan yang dibutuhkan.

Dampak Negatif Anak Nonton Film Horor

Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi., Psikolog, menegaskan bahwa jika anak nonton film horor atau film yang belum sesuai dengan usia kesiapan mereka, tentu ada beberapa risiko yang bisa muncul. 

1. Menganggap Cerita Nyata

Berbeda dengan orang dewasa, usia anak-anak juga belum bisa membatasi mana yang sekedar khayalan dan kenyataan. Anak-anak belum paham kalau film cuma sebatas karya fiksi. Alhasil mereka pun bisa mendapatkan efek negatifnya dari kekerasan, adegan sensual, dan makian kasar yang ditampilkan dalam film.

2. Ketakutan dan Kecemasan

Anak-anak yang belum siap secara emosional untuk menangani konten yang menakutkan dalam film horor bisa mengalami ketakutan dan kecemasan yang berkepanjangan. Ini dapat mengganggu tidur mereka, membuat mereka sulit berkonsentrasi di sekolah, atau bahkan menyebabkan mimpi buruk.

3. Memunculkan Trauma Emosional

 Beberapa adegan dalam film horor bisa sangat mengganggu bagi anak-anak, terutama jika mereka menghadapi konten yang melibatkan kekerasan atau situasi yang sangat mengerikan. Paparan berulang terhadap konten yang traumatis bisa meninggalkan dampak emosional yang berkepanjangan.

4. Gangguan pada Perkembangan

 Paparan terlalu dini terhadap konten yang dewasa dan menakutkan bisa mengganggu perkembangan emosional dan psikologis anak-anak. Ini bisa memengaruhi cara mereka memahami dunia, mengelola emosi, dan berinteraksi dengan orang lain.

5. Meniru Perilaku Agresif

Mama dan Papa tentu masih ingat ya, bahwa anak merupakan mesin foto kopi? Artinya, anak-anak adalah peniru yang sangat ulung. Dengan demikian, pada saat anak nomton film horor berisi kekerasan atau perilaku negatif akan memungkinkan anak-anak akan meniru perilaku tersebut tanpa memahami konsekuensinya. Mereka dapat menganggap perilaku agresif atau kekerasan sebagai cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan masalah.

Mengingat ada banyak dampak negatif atau risiko anak nonton film horor, penting bagi Mama dan Papa untuk memastikan bahwa anak-anak hanya menonton film yang sesuai dengan usia dan kesiapan mereka. Diskusi terbuka tentang konten film, pemahaman tentang apa yang membuat mereka nyaman atau tidak nyaman, serta pengawasan yang tepat atas media yang dikonsumsi anak-anak dapat membantu mencegah dampak negatif dari paparan terlalu dini terhadap film horor.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, orang tua dapat memastikan bahwa pengalaman menonton film bersama anak menjadi pengalaman yang positif, mendidik, dan bermanfaat bagi perkembangan mereka.

Jadi, masih mau mengajak anak nonton film horor?

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

forty two + = forty five