Kehilangan Orang Tua Bisa Sebabkan Trauma, Ini Cara Mengatasi Duka Anak Sesuai Usia

cara mengatasi duka anak
Foto: Cottonbro Studio/Pexels

Berita duka cita tentang meninggalnya komedian Mpok Alpa tentu menyisakan duka yang mendalam, terutama bagi keluarga terdekat seperti suami dan anak-anaknya. Tentu tak bisa dibayangkan bagaimana kesedihan seorang anak ketika ditinggal Mama tercintanya. Tidak ada yang menginginkan perpisahan, namun jika harus terjadi, bagaimana cara mengatasi duka anak? Simak ulasannya di sini yuk, Mam! 

Kapan dan Bagaimana Cara Memberi Tahu Anak tentang Kematian Orang Tuanya?

Jika salah satu orang tua dari seorang anak telah meninggal dunia, penting bagi si kecil untuk mendengar tentang kematian tersebut dari orang terdekatnya sesegera mungkin. Entah itu orang tua lainnya atau dari pengasuhnya.  

Anak membutuhkan informasi yang sederhana, jujur, dan menenangkan tentang apa yang telah terjadi. Memberi tahu anak tentang kematian tersebut di tempat yang aman, pribadi, nyaman, dan akrab dapat membantu. Pendekatan ini dapat memberi anak rasa aman dan terlindungi.

Berikut contoh kalimat sederhana bagaimana Anda dapat memberi tahu anak bahwa orang tuanya telah meninggal dunia:

Read More
  • “Sayang, jantung ayah berhenti bekerja. Jantung itu sangat penting karena membantu tubuh tetap hidup. Tapi sekarang, jantung ayah sudah tidak bisa bekerja lagi. Itu sebabnya ayah meninggalkan kita selamanya”
  • “Ibu terluka dalam kecelakaan mobil. Semua orang dan dokter sudah berusaha keras untuk mengobatinya, tapi luka Ibu sudah sangat parah, hingga Ibu meninggal dunia. Ini berarti ia tidak dapat bernapas, makan, atau merasakan sakit lagi.”
  • “Tubuh ayah sangat sakit. Meskipun para dokter telah berusaha sebaik mungkin, tubuhnya berhenti bekerja. Itu artinya ayah sudah meninggal. Kita tidak bisa melihat atau bicara dengan ayah lagi, tapi kita tetap bisa mengenang ayah dan menyimpan cintanya di hati kita”

Anda mungkin perlu menjelaskan hal ini lebih dari sekali. Dan anak mungkin akan memiliki banyak pertanyaan, baik sekarang maupun di masa mendatang. Pertanyaan-pertanyaan ini kemungkinan akan menjadi lebih spesifik seiring anak mulai lebih memahami kematian dan kesedihan. Bahkan, anak-anak mungkin perlu membicarakan tentang kehilangan orang tuanya selama bertahun-tahun.

Anak-anak Berduka dengan Cara Berbeda

Kebanyakan anak kecil sebenarnya menyadari tentang kematian, meskipun mereka tidak memahaminya. Namun, mengalami kesedihan secara langsung adalah proses yang berbeda dan seringkali membingungkan bagi anak-anak. 

Setelah kehilangan orang terkasih, seorang anak mungkin akan langsung menangis di satu menit pertama, lalu bermain di menit berikutnya. Suasana hati mereka yang berubah-ubah bukan berarti mereka tidak bersedih atau sudah selesai berduka. Anak-anak menghadapinya dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa, dan bermain bisa menjadi mekanisme pertahanan diri untuk mencegah anak merasa kewalahan. 

Merasa depresi, linglung, bersalah, cemas, atau marah kepada orang yang telah meninggal atau kepada orang lain juga merupakan hal yang wajar dirasakan anak-anak. Mereka mungkin khawatir bahwa mereka sendirilah yang menyebabkan kematian tersebut. 

Beberapa anak juga merasa cemas tentang keselamatan orang tua atau pengasuh mereka yang lain dan mungkin takut orang tersebut juga akan meninggal. 

Dalam beberapa kasus kehilangan orang tua, anak-anak yang masih sangat kecil mungkin bisa saja mengalami kemunduran, misalnya mulai mengompol lagi setelah lolos toilet training, atau kembali berbicara seperti bayi, padahal ia sudah bisa berbicara lancar.

Reaksi Anak Terhadap Berita Kematian Orang Tua 

Anak-anak mungkin bereaksi terhadap kematian orang tua dengan perilaku seperti:

  • Menangis terus-menerus atau mengamuk. 
  • Menarik diri dari orang lain. 
  • Bersikap seolah-olah kematian itu tidak terjadi atau bertanya kapan orang tua mereka pulang. 
  • Kehilangan keterampilan, misalnya mereka mungkin mulai berbicara seperti bayi lagi.
  • Berprestasi lebih buruk di sekolah. 
  • Mengajukan banyak pertanyaan. 
  • Berbicara tentang kematian.
  • Menunjukkan tanda-tanda kecemasan umum atau kecemasan perpisahan. 
  • Mengalami masalah tidur termasuk lebih banyak mimpi buruk. 

Tidak hanya secara mental, Anda mungkin melihat reaksi anak-anak memengaruhi kesehatan fisik mereka. Misalnya, mereka mungkin:

  • Mengalami nyeri fisik seperti sakit kepala dan sakit perut. 
  • Mengalami perubahan nafsu makan. 

Beberapa anak mungkin tampak tidak bereaksi sama sekali terhadap kematian orang tua. Hal ini juga umum terjadi. Perasaan dan reaksi anak bergantung pada bagaimana kematian itu terjadi. Misalnya, apakah itu tiba-tiba atau sudah diduga karena adanya penyakit sebelumnya.

Perasaan dan reaksi anak juga bergantung pada usia dan perkembangan anak, keyakinan mereka tentang kematian, pengalaman hidup mereka, dan dukungan yang mereka dapatkan dari keluarga, teman sekolah, dan lingkungan di sekitarnya.

Cara Mengatasi Duka Anak Saat Menghadapi Kematian Orang Tua

cara mengatasi duka anak, anak sedih
Foto: Pixelshot

Anak-anak merespons kematian secara berbeda pada berbagai usia. Seiring pertumbuhan dan kedewasaan mereka, anak-anak akan memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang apa yang terjadi.

Sebagai orang tua, Mama atau Papa tidak dapat melindungi anak dari rasa sakit kehilangan, tetapi Anda dapat membantu mereka merasa aman. Berikut beberapa cara mengatasi duka anak saat menghadapi kematian orang tercinta, sesuai usianya: 

Di bawah Usia 2 Tahun

Bayi tidak akan menyadari bahwa seseorang telah meninggal, tetapi akan bereaksi terhadap perubahan di lingkungannya. Anda mungkin memerhatikan sifat mudah tersinggung atau menangis, atau perubahan nafsu makan atau pola tidurnya. Namun, perubahan-perubahan ini biasanya akan hilang segera setelah anak kembali tenang. 

Karena itu, patuhi jadwal rutinitasnya untuk menenangkan bagi anak yang merasakan perubahan.

Selain itu, tenangkan anak. Ia membutuhkan kepastian bahwa Anda tidak akan pergi juga. Sentuh dia. Cium dia. Gendong dia di pangkuan Anda sesering mungkin. Meskipun dia tidak mengerti semua yang Anda katakan, kata-kata yang menenangkan dapat membantu menenangkannya.

Usia 3 Hingga 5 Tahun

Bantu anak mengungkapkan perasaannya. Pada tahap ini, anak akan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan emosinya dengan kata-kata. Luangkan waktu berdua dan berbicara dengan kata-kata sederhana tentang perasaan Anda sendiri akan mendorongnya untuk terbuka.  

Dengan membiarkan dan mendorong mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka, Anda dapat membantu anak membangun keterampilan koping yang sehat yang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan.

Seorang anak yang tidak dapat mengungkapkan perasaannya mungkin dapat mengungkapkannya dengan cara lain, seperti menggambar. Anda dapat membantu anak melakukan ini dengan memberinya alat untuk mengekspresikan diri, seperti cat jari, kertas, dan spidol berwarna.

Selain itu, bersikaplah penuh kasih sayang. Seorang anak berusia 5 tahun terkadang tampak sangat dewasa. Namun, kehilangan membuatnya merasa sangat takut. Ia mungkin membutuhkan lebih banyak ciuman, pelukan, dan belaian tangan daripada sebelumnya.

Jika duka anak tampak sangat traumatis, pertimbangkan untuk membawa anak menemui konselor atau psikolog anak profesional untuk membantunya. 

Usia 6 Hingga 12 Tahun

Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami bahwa kematian bersifat permanen dan memahami detail tentang apa yang terjadi. Karena itu, katakan yang sebenarnya dan tidak membohonginya. 

Kedua, bersiaplah untuk reaksi apa pun. Beberapa anak merespons kematian dengan luapan amarah, sementara yang lain hanya diam dan menarik diri. Beberapa anak juga menjadi marah kepada orang dewasa yang memberi tahu mereka tentang kematian tersebut. 

Dorong anak untuk membicarakan perasaannya, apa pun itu. Aktivitas fisik juga dapat menjadi pelepasan yang bermanfaat.

Dorong anak Anda untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman atau orang dewasa tepercaya yang jauh dari rumah. Hal ini dapat memberi anak Anda waktu istirahat dari kesedihan di rumah, di mana mungkin terdapat banyak kenangan tentang orang tua mereka yang telah meninggal. 

Selain itu, beri tahu guru anak Anda apa yang terjadi. Gurunya mungkin akan memberinya perhatian ekstra untuk sementara waktu, dan mungkin juga dapat memberi nasihat praktis untuk meredakan kecemasannya.

Lalu, sediakan saluran untuk emosi anak Anda. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin belum bisa ia bicarakan. Berikan ia buku diari kosong, sekotak cat air dan kertas, atau bahan untuk membuat kolase dari gambar di majalah.

Waspadai tanda-tanda masalah yang tidak biasa dalam mengelola rasa takutnya, seperti menjadi marah dan takut secara tidak biasa, atau menarik diri. Pertimbangkan untuk membawanya ke terapis yang dapat membantunya mengatasi dan menyesuaikan diri dengan kehilangan dan kesedihan yang dirasakannya.

Itulah cara mengatasi duka pada anak yang baru saja ditinggal orang tuanya. Seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka akan memahami rasa kehilangan mereka dengan cara yang baru. Cara mereka merasakan dan berduka kemungkinan besar juga akan berubah. Semoga bermanfaat, MamPap. 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

75 − = sixty five