Perubahan Perilaku Remaja, Kenapa Jadi Cuek, Sensitif, dan Pemarah?

perubahan perilaku remaja
Foto: JackF/Getty Images

Transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja bisa menjadi masa yang menantang bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh, otak, dan hormon mereka. Hal tersebut ternyata juga membuat sejumlah perubahan perilaku remaja. 

Apa saja perubahan perilaku remaja yang masih dalam batas normal dan yang harus diwaspadai? Dan apa saja tips bagi orang tua untuk menghadapi perubahan perilaku remaja ini? Simak artikel berikut ya, MamPap. 

Penyebab Perubahan Perilaku Remaja

Ada beberapa hal yang menyebabkan perubahan perilaku remaja, antara lain: 

1. Perubahan Hormon

Hormon mulai aktif pada masa remaja untuk memacu pertumbuhan fisik. Fluktuasi estrogen, progesteron, serta testosteron  yang merupakan hormon seks untuk memulai pubertas. 

Read More

Fluktuasi tersebut juga dapat memengaruhi suasana hati, emosi, impuls, dan minat remaja terhadap seks. Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan remaja laki-laki dan perempuan menjadi lebih gugup, mudah tersinggung, cemas, dan depresi.

Sebuah studi menemukan bukti adanya hubungan antara lonjakan hormon selama masa pubertas dan tingkat keramahan remaja yang lebih rendah. Studi tersebut juga mencatat bahwa faktor-faktor lain seperti stres transisi ke sekolah menengah dan kebutuhan untuk mencari teman baru.

2. Otak yang Belum Matang

Lonjakan hormon bukanlah satu-satunya penyebab reaktivitas dan impulsivitas remaja. Faktanya, otak remaja masih dalam tahap pertumbuhan. Selama masa praremaja, otak mengalami lebih banyak perubahan.

Korteks prefrontal, yang mengatur penggunaan logika dan kemampuan untuk mengukur risiko, masih dalam tahap pematangan pada remaja. Itulah sebabnya remaja dapat kesulitan dalam perencanaan, pengambilan keputusan yang kompleks, pengendalian impuls, dan konsentrasi.

Sementara korteks prefrontal sedang berkembang, sistem limbik, yang mengendalikan impulsivitas, perilaku seksual, dan emosi, sepenuhnya aktif. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh bagi remaja untuk kesulitan dalam membuat keputusan yang tepat.

Psikolog pendidikan Rumah Dandelion, Binky Paramitha Iskandar M.Psi, juga mengatakan kepada tim Parentsquads, seiring dengan perkembangan otak remaja, cara berpikir mereka pun mulai berkembang. Sehingga remaja cenderung mulai mempertanyakan pemahaman atau konsep-konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya dengan hal yang baru mereka ketahui atau sadari. 

3. Kebutuhan akan Kemandirian

Masa remaja mengantarkan mereka menuju masa dewasa. Meskipun ia mungkin tetap mendambakan kenyamanan pelukan Anda, anak remaja secara alami membutuhkan lebih banyak ruang. 

Rata-rata remaja mencari kemandirian dan menginginkan identitas mereka sendiri, terpisah dari keluarga. Saat remaja mulai membangun kehidupan mereka sendiri, wajar bagi mereka untuk menyimpan rahasia dari orang tua. 

Namun, rahasia berlebihan adalah tanda bahaya, tetapi wajar bagi remaja untuk mendambakan lebih banyak privasi seiring bertambahnya usia. Jika anak remaja enggan menceritakan semua yang terjadi dalam kesehariannya, bukan berarti anak terlibat dalam perilaku yang berisiko. Menyembunyikan informasi dari orang tua adalah contoh perilaku remaja yang umum dan seringkali merupakan hal normal dari perkembangan remaja.

Perubahan Perilaku Remaja Mana yang Harus Diwaspadai?

Umumnya, remaja dewasa tidak suka pengawasan dari orang tua dan terkadang terlibat dalam perilaku yang tidak pantas. Namun, apa jadinya jika bayi menggemaskan Anda dulu, kini tiba-tiba  membanting pintu saat diberi nasihat atau lebih suka berdiam diri di kamar sepanjang hari? Apakah hal itu hanya fase atau ada sesuatu yang lebih serius yang sedang terjadi? Apa perbedaan antara perilaku remaja yang abnormal dan normal?

Pola perilaku remaja pada umumnya memang dapat berubah drastis. Remaja dikenal mudah berubah suasana hatinya secara tiba-tiba dan perilaku yang aneh. Mereka mungkin menunjukkan perilaku memberontak, termasuk berbohong di belakang orang tua atau mencoba hal-hal yang dilarang. 

Karena itu, orang tua perlu terus mewaspadai perubahan perilaku remaja yang dapat menandakan masalah kesehatan mental yang serius. 

Perubahan Perilaku Remaja yang Normal

Ada berbagai perubahan perilaku pada remaja yang normal, yaitu perilaku yang menunjukkan gejala khas remaja dan dialami sebagian besar dari mereka, di antaranya: 

1. Jadwal Tidur yang Berubah 

Dikutip dari sebuah jurnal, remaja secara alami beralih ke ritme sirkadian yang tertunda. Secara alami, mereka cenderung ingin tidur sekitar jam 1 pagi dan mungkin secara alami terbangun hingga sekitar pukul 10 pagi keesokan harinya. 

Sayangnya, mereka tetap harus mematuhi jadwal yang tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti jam tubuh alami mereka. Dengan sebagian besar jam sekolah yang mulai lebih pagi, banyak remaja yang melawan siklus tidur alami tubuh mereka. Itu sebabnya, banyak remaja cenderung tampak lebih sering tidur atau terlihat lebih lelah di siang hari. 

2. Perilaku Memberontak

Perilaku remaja yang umum secara alami menjadi lebih memberontak, meskipun gaya pengasuhannya disiplin. 

Remaja juga dapat memberontak karena keinginan mereka untuk mengembangkan identitas mereka sendiri di luar keluarga. Remaja menginginkan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, dan mereka mungkin menolak perilaku yang pernah dilarang oleh orang tua mereka untuk menunjukkan siapa diri mereka atau apa yang mereka inginkan. 

3. Pembangkangan

Dalam banyak hal, pembangkangan merupakan perpanjangan dari perilaku memberontak. Remaja mungkin melawan dan menguji orang tua mereka untuk menetapkan kembali batasan mereka saat mereka berusaha menciptakan identitas pribadi tersebut. 

Pembangkangan mungkin tampak membuat frustrasi bagi orang tua, tetapi seiring waktu, hal itu dapat membantu remaja mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang siapa mereka dan di mana mereka berdiri.

4. Berbohong

Remaja mungkin berbohong kepada orang tua mereka karena sejumlah alasan yang normal dan alami. Remaja mungkin berbohong karena mereka takut dihukum atau ingin meningkatkan privasi. Terkadang, remaja akan berbohong tentang hal-hal yang relatif tidak penting untuk melihat apakah mereka ketahuan dan untuk mengetahui  potensi konsekuensinya. 

Mereka mungkin juga berbohong untuk menutupi perilaku yang memalukan, termasuk hal-hal seperti nilai ujian yang rendah atau tidak mengumpulkan pekerjaan rumah. Selain itu, remaja mungkin berbohong agar bisa melakukan hal-hal yang mereka inginkan, terutama jika mereka tahu bahwa orang tua akan menghukum mereka karena melakukan perilaku tertentu.

5. Mudah Tersinggung

Remaja sering mengalami perubahan hormon yang dramatis, seringkali dalam waktu sangat singkat. Mereka juga mungkin mengalami stresor sangat besar. 

Remaja juga sering berada di bawah tekanan yang sangat besar. Mereka mungkin menyeimbangkan tanggung jawab sekolah dengan komunitas dan kegiatan, pekerjaan rumah sepulang sekolah, serta tanggung jawab di rumah, sambil menghadapi pergolakan emosional yang datang seiring dengan masa remaja. Perubahan dan tantangan tersebut secara alami dapat mengakibatkan peningkatan rasa mudah tersinggung bagi banyak remaja. Mereka mungkin tampak “murung” atau “sulit didekati” oleh orang tua mereka.

6. Menarik Diri

Menarik diri mungkin merupakan hal yang alami bagi sebagian remaja. Saat mereka berusaha membangun identitas terpisah tersebut, mereka mungkin secara alami mengalihkan kelompok pendukung mereka dari keluarga ke teman. Mereka mungkin juga menginginkan lebih banyak waktu pribadi untuk mengatasi kekhawatiran mereka. 

Penarikan diri pada tingkat tertentu, termasuk menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial atau dengan teknologi, mungkin merupakan fase alami dari masa remaja.

Tanda-tanda Perilaku pada Remaja yang Perlu Diwaspadai

perubahan perilaku remaja, renaja cuek

Meskipun perubahan kepribadian atau perilaku yang signifikan merupakan hal normal bagi banyak remaja, orang tua juga perlu mengetahui tanda-tanda yang perlu diwaspadai pada remaja. Hal ini untuk mengidentifikasi adanya masalah serius atau tanda gangguan mental sejak dini. 

1. Kehilangan Minat pada Aktivitas atau Sosialisasi yang Disukai

Saat remaja, minat mereka mungkin akan berubah secara alami. Namun, jika remaja tiba-tiba kehilangan minat pada aktivitas atau sosialisasi yang ia sukai, hal itu bisa mengindikasikan masalah yang lebih serius. 

Selain itu, perundungan juga dapat menyebabkan depresi yang menyebabkan remaja bisa menarik diri dari aktivitas yang dulu mereka sukai.

Binky juga mengingatkan para orangtua untuk memerhatikan apabila remaja terlihat sangat menarik diri dari lingkungan. “Ada tanda-tanda depresi, pemberontakan yang hebat, atau perubahan pola makan, tidur, pola belajar, sosial sehari-hari yang signifikan. Orang tua sebaiknya segera bantu dan bila dibutuhkan minta bantuan profesional,” kata Binky. 

2. Tidur Berlebihan

Remaja mungkin akan lebih banyak tidur. Namun, jika mereka bisa tertidur hingga jam 2 siang atau lebih lama di akhir pekan, sebaiknya perlu mendapat perhatian. Pastikan apakah anak remaja mereka yang bermasalah atau adanya potensi tanda-tanda penyakit mental lebih lanjut.

3. Tanda-tanda Kegelisahan dan Kecemasan

Remaja yang punya masalah serius mungkin menderita tingkat kecemasan lebih tinggi daripada sebelumnya. Dalam sebuah jurnal, sebanyak 1 dari 5 remaja, termasuk anak-anak di bawah 13 tahun dan remaja berusia antara 13 dan 18 tahun, mengalami tingkat kecemasan yang meningkat secara klinis. Banyak dari remaja tersebut akan menunjukkan gejala kegelisahan yang parah. Mereka mungkin akan membentak orang tua atau saudara kandung karena masalah kecil. 

Remaja yang menunjukkan tanda-tanda kegelisahan yang parah ketika di bawah pengaruh perilaku adiktif seperti obat-obatan terlarang. Karena itu, orang tua mungkin perlu memerhatikan perilaku ini dengan seksama.

4. Kesulitan Belajar yang Meningkat

Dalam banyak kasus, meningkatnya kesulitan belajar secara akademis dapat mengindikasikan masalah serius bagi remaja. 

Meskipun nilai dapat turun secara alami seiring minat remaja beralih ke bidang lain, orang tua harus memerhatikan dengan seksama pola nilai dan perilaku akademis anak-anak mereka. Misalnya, jika nilai siswa tiba-tiba turun dalam mata pelajaran favoritnya, hal itu dapat menjadi peringatan bahwa sesuatu yang lebih serius mungkin telah terjadi. 

5. Tanda-tanda Perilaku Membahayakan Diri Sendiri

Dalam sebuah jurnal yang dipublikasikan dalam jurnal National Library of Medicine, sekitar 27% remaja melaporkan pernah berpikir untuk melukai diri sendiri. Sementara itu, 15%-nya melakukan beberapa jenis tindakan melukai diri sendiri. 

Tanda-tanda melukai diri sendiri pada remaja dapat berupa luka bakar, memar, atau luka gores yang terlihat, dan tiba-tiba mengenakan celana panjang atau baju lengan panjang yang dapat menutupi bekas luka tersebut. Orang tua juga harus memerhatikan tanda-tanda lain kemungkinan masalah kesehatan mental lainnya pada remaja.

6. Perhatikan Tanda-tanda Kecanduan atau Penyalahgunaan Zat 

Mungkin beberapa remaja akan mencoba mencicipi rokok dan alkohol selama masa remaja mereka. Dalam banyak kasus, biasanya mereka akan mencoba alkohol atau rokok secara sosial dengan teman-temannya. Sayangnya, mencicipi hanya sedikit pun dapat menyebabkan kecanduan yang lebih parah, bahkan hingga risiko penyalahgunaan zat. 

Tanda-tanda kecanduan dapat berupa penarikan diri, mata merah atau berkaca-kaca, bertingkah seperti orang yang sedang mabuk, sering marah dan mengamuk, hingga melakukan perilaku yang sangat berbahaya.

7. Perubahan Berat Badan yang Drastis

Remaja sering kali mengalami perubahan penampilan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Pertumbuhan mereka yang cepat menyebabkan mereka terlihat lebih kurus dari biasanya. Namun, orang tua harus memerhatikan dengan saksama perubahan berat badan yang drastis, yang dapat mengindikasikan gangguan makan. Kenaikan maupun penurunan berat badan yang tiba-tiba sama-sama dapat mengindikasikan gangguan makan.

8. Obsesi

Obsesi bisa umum terjadi di kalangan remaja, tetapi penting untuk mengenali kapan obsesi tersebut menjadi obsesi yang tidak sehat. Tanda-tanda obsesi yang tidak sehat antara lain menghabiskan waktu berlebihan untuk satu aktivitas atau minat. Obsesi tersebut juga termasuk mengutamakan perfeksionisme atau kontrol. 

Cara Menghadapi Perubahan Perilaku Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sulit bagi kebanyakan orang tua. Di fase ini, sering kali orang tua berada di posisi yang sulit antara menoleransi perilaku remaja yang umum dan mencoba mencegah anak-anak mereka terlibat dalam risiko masalah serius yang berakibat fatal. 

Di sisi lain, Anda perlu memerhatikan tanda-tanda yang mungkin menunjukkan adanya kesulitan yang dialami anak. Namun di sisi lain, Anda juga ingin memberi anak remaja Anda ruang dan kebebasan untuk mengembangkan identitasnya yang unik. Cukup sulit dan rumit untuk menyeimbangkan hal ini. Cobalah menerapkan strategi-strategi ini ke dalam pola asuh Anda: 

1. Komunikasi Terbuka

Menjaga komunikasi tetap terbuka sangatlah penting. Pastikan remaja Anda tahu bahwa mereka bisa datang kepada Anda untuk membicarakan apa pun tanpa takut dihakimi atau dihukum. Perbanyaklah mendengarkan daripada berbicara, dan akui perasaan mereka, meskipun Anda tidak sepenuhnya memahaminya. Hindari dorongan untuk menggurui dan ajukan pertanyaan terbuka. 

Dengarkan anak secara aktif dan seksama dengan kontak mata, tanpa menghakimi, dan pertanyaan-pertanyaan yang memancingnya untuk bercerita lebih mendalam. 

2. Beri Mereka Ruang

Terkadang, membiarkan anak remaja memiliki waktu sendiri adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan. 

Remaja sedang mencari jati diri. Hal yang normal jika mereka ingin menghabiskan waktu di kamar mereka. Mereka membutuhkan ruang itu untuk berpikir, berimajinasi, dan terhubung dengan teman-teman. 

Namun, jika mereka menghabiskan waktu berjam-jam terkunci di kamar tidur mereka, Anda tentu perlu menyelidikinya. 

3. Tetapkan Batasan

Meskipun penting untuk memberi anak remaja ruang untuk tumbuh dan mengeksplorasi kemandiriannya, mereka tetap membutuhkan batasan sebagai bagian dari mendisiplinkan anak remaja. Penting untuk memperjelas perilaku seperti apa yang dapat diterima dan yang tidak. Pastikan anak remaja Anda memahami bahwa perilaku agresif dan berbahaya tidak diperbolehkan. 

Menetapkan aturan dan konsekuensi atas pelanggaran aturan tersebut merupakan bentuk penetapan batasan yang sehat. Konsistenlah dengan batasan-batasan ini tetapi fleksibel jika diperlukan, tunjukkan bahwa Anda bersedia mendengarkan perspektif mereka seiring mereka dewasa.

4. Hadir dan Selalu Ada

Hidup memang bisa terasa sibuk, tetapi memastikan anak remaja tahu Anda selalu ada saat mereka membutuhkan sangatlah penting. Jadilah penuh perhatian dan selalu ada, tetapi jangan menghujani mereka dengan pertanyaan-pertanyaan membosankan yang tak ada habisnya setiap hari. Biarkan mereka bernapas dan tumbuh dengan ritme mereka sendiri.

“Dalam menghadapi remaja, orang tua justru perlu untuk menemani dan sekaligus membimbing mereka, tanpa menghakimi atau mendikte. Tetap menjalin dan menjaga hubungan hangat dengan anak, mendengarkan ketika mereka bercerita, menerima ledakan-ledakan emosi mereka, sambil juga bisa mengingatkan ‘rambu-rambu’ yang sudah ditanamkan pada anak di usia-usia sebelumnya,” tambah Binky. 

Cobalah untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama, baik saat makan bersama keluarga, saat berkendara, atau sekadar bersantai. Momen-momen ini dapat menciptakan kesempatan bagi mereka untuk terbuka, bahkan tentang topik-topik yang sulit.

5. Bantu Mereka Mengelola Stres

Masa remaja adalah masa yang penuh tekanan. Mereka belajar bagaimana menyeimbangkan tugas sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan hubungan sosial, sementara tubuh mereka mengalami perubahan yang signifikan. Terkadang mereka mungkin merasa kewalahan. 

Jika mereka kesulitan secara akademis atau mengalami perundungan, mereka mungkin merasa sangat tertekan. 

Bantu remaja Anda menemukan cara untuk mengelola stres, seperti menulis jurnal, aktivitas fisik atau olahraga, hobi kreatif, tidur yang cukup, atau teknik mindfulness seperti meditasi. 

6. Teladan Perilaku Sehat

Remaja seringkali menjadikan orang tua sebagai contoh. Tunjukkan perilaku yang Anda inginkan untuk mereka tiru, entah itu mengelola stres dengan cara yang sehat, berkomunikasi secara terbuka, atau tangguh dalam menghadapi tantangan. Ketika Anda mempraktikkan perawatan diri, mereka juga belajar cara menjaga kesehatan mereka sendiri.

7. Ketahui Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional

Jangan menunggu sampai sesuatu yang buruk terjadi untuk mencari bantuan. Tidak ada salahnya mencari bantuan profesional kesehatan mental jika remaja Anda terlihat mengalami masalah yang perlu ditangani. 

Konselor kesehatan mental dapat membantu remaja memahami sumber tekanan mereka. Mereka juga dapat membantu remaja memproses trauma masa lalu dan membangun harga diri. Dengan berpartisipasi dalam terapi keluarga, Anda dapat mendukung remaja untuk memulai proses penyembuhan.

Itulah beberapa penyebab perubahan perilaku pada remaja. Penting untuk memahami perbedaan antara perilaku remaja pada umumnya dan tanda-tanda bahwa remaja Anda mungkin membutuhkan bantuan. Masalah serius pada remaja dapat memengaruhi setiap aspek kehidupan remaja Anda, tetapi dengan intervensi dini, mereka dapat mengembangkan keterampilan untuk mengelola tantangan ini dan berkembang.

Semoga informasi ini bermanfaat ya, MamPap.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 + one =