Ternyata Ini Alasan Covid-19 Meningkat, Termasuk di Indonesia

covid-19 meningkat

Tidak hanya di Singapura dan Malaysia, faktanyanya di Indonesia Covid-19 meningkat dengan varian baru.

MamPap, apakah selama ini masih terus menjalan pola hidup bersih, menjalankan protokol kesehatan termasuk menggunakan masker setiap keluar rumah? Belakangan, kebiasan ini memang sudah lebih kendor padahal saat ini angka Covid-19 meningkat.

Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof DR Dr Erlina Burhan mengatakan bahwa awal Desember 2023 ini Covid-19 kembali meningkat. Setidaknya ada 104 negara yang sudah melaporkan kasus baru Covid-19, selama periode 28 hari dari 28 Desember hingga 19 Nov 2023. Sementara 43 negara sudah melaporkan adanya kematian akibat Covid-19

Untuk itulah Prof DR Dr Erlina Burhandi mengingatkan agar mansyarakat terus melakukan dan meningkatkan protokol kesehatan. Baik menggunakan masker dan mengurangi berada di kerumunan.

Bacaan Lainnya

Penyebab Covid-19 Meningkat

covid-19 meningkat

Lebih lanjut, Prof DR Dr Erlina menjelaskan bahawa ada beberapa penyebab mengapa kasus Covid-19 di Singapura dan Malaysia meningkat.

1. Adanya mobilisasi yang tinggi

Saat ini kumpul bersama keluar bersama keluarga, teman dan kolega sudah mejadi hal biasa. Bahkan, masyarakat sudah banyak yang melakukan liburan.
“Nah, liburan akhir tahun seperti sekarang ini juga meningkatkan mobilisasi masyarakat yang berisiko terjadinya Covid-19.”

2. Fungsi vaksin SARS-CoV-2 mulai menurun

Kenapa menurun, karena secara teori pun setelah 6 sampai 12 bulan terjadi penuruann antobidi. Jadi tolong diingat, kapan terakhir mendapatkan booster.

Di Singapura tercatat ada 22 ribu kasus varian dari Omicron yaitu EG.5 dan HK 3 yang mendominasi 70 persen dari total kasus pada Oktober-November. Varian Omicron juga berevolusi, antara lain BA.2.86 yang kemampuan infeksinya rendah.

Sedangkan di Malaysia dari data 2-8 Oktober terdapat 927 kasus terkonfirmasi dan di bulan November terjadi peningkatan hampir 4.000 kasus. Varian yang dominan ini, baik EG.5 dan HK.3, yang merupakan varian turunan dari Omicron.

Tidak Hanya di Malaysia dan Singapura, Indonesia Juga Mengalami Peningkatan

Di Indonesia sendiri juga sudah ditemukan subvarian EG.5 ini sejal bulan Juni-Agustus 2023 sebesar 20%. Dikatakan Erlina, angka ini masih fluktuatif.

Berdasarkan data WHO, kasus di Indonesia naik dari 65 kasus pada awal Oktober, menjadi 151 kasus pada November 2023. Selain itu, kasus meninggal dari tidak ada pada Oktober jadi 1 kasus pada November 1 kasus. Adapun, tingkat rawat inap juga tidak banyak rumah sakit. Rumah sakit yang melaporkan rawat inap karena Covid hanya ada 2 pasien di RSUD dr. Sutomo Surabaya dengan bed occupancy kurang dari 3 persen.

Gejala dari Subvarian BA.2.88, EG.5 dan Hk.3

1. Gejala gejalanya ringan sebagaimana Omicron

Saat ini belum bisa dipastikan apakah infeksi BA.2.86, EG,5 dasmnm HK.3 menghasilkan gejala yang berbeda dari varian lainnya.

2. Kesamaan gejala Covid-19

Secara umuim gejala Covid-19 cenderung serupa di antara berbagai varian, yaitu demam tinggi, batuk, rhinorrhe, kehilangan penciuman dan pengacap.

Dijelaskan Prof DR Dr Erlina Burhandi bahwa, faktor penentu berat ringannya gejala bergantung pada kekebalan tubuh seseorang, terutama kelompok lansia, orang dengan komorbiditas misalnya diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal yang tidak terkontrol dan orang dengan kondisi imunokompromis seperti HIV, autoimunitas dan kanker.

“Upaya mencegah tentu saja lebih baik, untuk itu mari kita terapkan protokol kesehatan kembali. Nasehati diri sendiri, keluargam, teman dan lingkungan untuk memakai masker bisa bergejala batuk, pilek, bersin. Pakai masker itu keren! Bisa menghindari mycoplasma pneumoniae,” pesan Prof DR Dr Erlina Burhandi.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− three = six