Pernah nggak sih, MamPap berpikir kalau membesarkan anak di masa sekarang jauh lebih sulit dan menantang dibanding dulu? Mungkin pendapat ini ada benarnya ya, MamPap. Pasalnya, dunia kini terus berubah, begitu pula dengan generasi yang tumbuh di dalamnya, yang lahir dalam rentang generasi Alpha dan Beta. Kondisi ini tentu melahirkan tantangan yang berbeda juga tidak mudah dalam membesarkan generasi alpha dan beta.
Tantangan Membesarkan Gen Alpha dan Beta
Hidup di era teknologi yang masif, digitalisasi dan akses informasi tanpa batas, membuat generasi alpha dan beta tumbuh sebagai digital native sejati. Mereka menunjukkan beberapa karakter tertentu dan kebutuhan yang jauh berbeda dibandingkan Mama dan Papa mereka yang berasal dari generasi milenial atau Gen Z.
Hal ini tentu turut berdampak pada pendekatan pengasuhan, terutama dalam aspek penting tumbuh kembang anak, yaitu nutrisi. Selain itu, kondisi saat ini juga memunculkan kesadaran para orang tua terhadap pentingnya gizi seimbang untuk anak di masa sekarang, termasuk pentingnya asupan mikronutrien yang tepat untuk anak di masa sekarang.
Menurut dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, anak-anak generasi masa kini seperti generasi alpha dan beta tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. “Mereka adalah generasi yang sangat cepat dalam menangkap informasi, peka terhadap lingkungan, dan memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Namun, perkembangan kognitif dan emosional ini harus ditopang oleh stimulasi dan nutrisi yang tepat,” jelas dr. Ian ditemui dalam sesi talkshow Forum Ngobras di Jakarta.

Berikut ini beberapa tantangan membesarkan gen Alpha dan Beta menurut dr. Ian:
1. Zaman yang “Serba Instan” Bisa Menjadi Tantangan
Di masa sekarang, kita berada pada zaman yang serba cepat dan instan. Hampir semua aspek bisa didapatkan secara cepat, tanpa menunggu lama. Hal inilah yang dirasakan generasi alpha dan beta saat mereka tumbuh. Di balik kemudahan yang ditawarkan, ternyata hal ini bisa menjadi tantangan bagi para orang tua.
“Saat saya kecil, saya cuma bisa makan junkfood satu kali seminggu atau bahkan sebulan. Itu pun harus menunggu di tanggal-tanggal tertentu. Sekarang, semua serba instan dan mudah didapat, tinggal delivery order secara online (langsung dapat). Percayalah, teknologi-teknologi ini ada dampaknya dengan nutrition challenge,” ungkap dr. Ian.
Ia mengingatkan, di tengah gempuran “serba instan” ini, orang tua perlu tetap memerhatikan dan memilih yang terbaik asupan untuk anak-anak yang tersedia secara instan. “Saya tidak bilang itu semua tidak baik (makanan ultra processed food di pasaran). Tetapi, Anda bisa memilih yang kandungan bahan bakunya memiliki persentase lebih besar. Kalau di bawah 50% bahan bakunya itu yang harus hati-hati,”
2. Budaya Scrolling Melemahkan Kemampuan Sensorimotor Anak
Dokter Ian juga mengungkapkan, budaya scrolling di layar gawai yang dilakukan anak saat screen time juga bisa membuat anak kekurangan kemampuan sensorimotornya,yang diperlukan saat mengunyah, memegang benda, dan lain sebagainya.
3. Hati-hati dengan Makanan Manis yang Menggoda
Hampir semua makanan yang beredar di pasaran pasti mengandung gula dan sangat disukai anak-anak. MamPap pastinya sudah mengetahui dampaknya jenis makanan ini jika tidak dibatasi dengan baik.
Dokter Ian juga mengingatkan orang tua untuk berhati-hati terhadap kandungan gula dalam produk makanan dan susu anak. Gula berlebih dapat memicu obesitas, masalah gigi, hingga gangguan metabolisme di masa depan.
“Pilih susu dan makanan yang tidak hanya enak dan disukai anak, tapi juga mengandung nutrisi penting, dan kandungan gulanya serendah mungkin. Ini berlaku juga untuk susu fortifikasi cair; Hati-hati dengan Kandungan Gula
Ia juga mengingatkan orang tua untuk berhati-hati terhadap kandungan gula dalam produk susu anak. Gula berlebih dapat memicu obesitas, masalah gigi, hingga gangguan metabolisme di masa depan.
“Pilih susu yang tidak hanya enak dan disukai anak, tapi juga mengandung nutrisi penting, dan kandungan gulanya serendah mungkin. Ini berlaku juga untuk susu fortifikasi cair; pastikan kandungan nutrisinya mendukung kebutuhan anak zaman sekarang,” tambah dr. Ian.
pastikan kandungan nutrisinya mendukung kebutuhan anak zaman sekarang,” tambah dr. Ian.
4. Perubahan Lingkungan
Perubahan lingkungan yang terjadi sekarang ini ternyata membawa dampak pada nutrisi yang tersedia. Bahkan penelitian yang beredar mengungkap bahwa bahan-bahan makanan kita yang berasal dari alam itu mengalami kandungan nutrisi yang berkurang setiap tahunnya, selama 50 tahun terakhir. Dr. Ian menyebutkan bahwa hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari kualitas pupuk yang berubah, over-harvesting atau pengambilan sumber daya alam yang berlebihan, kualitas tanah yang makin lama makin jelek, dan lain sebagainya. Perubahan nutrisi ini bahkan bisa mencapai 50% selama 50 tahun terakhir.
5. Generasi Alpha dan Beta Memiliki Karakter yang Berbeda
Banyak karakter dari generasi sekarang yang cukup berbeda dari generasi sebelumnya. Hal itu juga dibagikan oleh Nimaz Dewantary, seorang aktris dan momfluencer, juga ibu dari Sienna.
Menurut Nimaz, anak-anak zaman sekarang menunjukkan karakter yang jauh lebih peka dan cerdas. “Sienna itu sangat aktif, pemberani, rasa ingin tahunya besar, dan cepat sekali menyerap informasi. Dulu waktu masih kecil aku takut ketemu orang. Tapi kalau Sienna, justru senang sekali ketemu banyak orang. Semua orang disapa,” cerita Nimaz.
Mantan aktris cilik yang pernah berperan dalam film “I Love You, Om…” itu mengakui bahwa sebagai orang tua, ia harus terus belajar dan adaptif menghadapi keunikan generasi baru ini.
Kebutuhan Nutrisi Anak Generasi Sekarang Tidak Sama dengan Sebelumnya
Ia menekankan bahwa kebutuhan nutrisi anak-anak zaman sekarang bisa jadi berbeda karena tantangan yang mereka hadapi pun tak sama. Stimulasi yang datang dari layar gawai, kegiatan belajar yang interaktif, serta tuntutan untuk multitasking membutuhkan asupan yang mampu menunjang fungsi otak dan tubuh secara optimal.
“Anak-anak generasi ini memerlukan nutrisi yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga melengkapi kebutuhan makronutrien maupun mikronutrien mereka. Kedua jenis nutrisi ini memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan otak, sistem imun, dan kesehatan saluran cerna,” tambahnya.
Beberapa nutrisi yang penting antara lain, asam lemak esensial DHA, prebiotik, serta vitamin dan mineral. “DHA sangat dibutuhkan dalam jumlah besar untuk mendukung perkembangan dan fungsi otak anak. Sebegitu pentingnya asupan DHA untuk otak anak,” terang dr. Ian.
dr. Ian menambahkan, inilah nutrisi-nutrisi yang bisa mendukung tumbuh kembang anak:
1. Pentingnya Asupan Mikronutrien di Masa Sekarang
FOS (Fructo-Oligosaccharides) dan GOS (Galacto-Oligosaccharides) adalah jenis serat pangan yang berfungsi sebagai prebiotik, atau makanan untuk bakteri baik di saluran pencernaan. FOS:GOS dengan perbandingan 1:9 telah teruji secara internasional mampu membantu mendukung kesehatan saluran pencernaan, meningkatkan penyerapan nutrisi, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
“Usus disebut juga sebagai otak kedua karena ada yang disebut gut-brain axis atau hubungan erat antara usus dengan otak. Karenanya, penting sekali untuk menjaga kesehatan saluran cerna anak,” papar dr. Ian.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya asupan mikronutrien yang krusial untuk tumbuh kembang anak. “Terutama vitamin D, zat besi dan kalsium, yang sangat diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal,” jelas dr. Ian.
2. Nutrisi untuk Menunjang Tumbuh Kembang Anak
Sayangnya, tak sedikit orang tua yang belum memahami cara memastikan anak mereka mendapat asupan ini dengan cukup. Terkadang, orang tua merasa anaknya sudah makan cukup, padahal bisa saja kandungan asam lemak esensial dan mikronutrien dalam makanannya tidak memadai. “Di sinilah peran susu fortifikasi bisa membantu melengkapi kebutuhann harian anak,” ujar dr. Ian.
Susu cair siap minum mempermudah orang tua memberikan asupan nutrisi lengkap kepada anak, dan bisa diberikan kepada anak usia 1 tahun ke atas. Namun menurut dr. Ian, tidak semua susu sama.
“Ada susu yang hanya memberikan energi dan protein, tapi tidak cukup mikronutriennya. Padahal anak-anak perlu susu yang mengandung tinggi asam lemak esensial seperti DHA, prebiotik, serta mikronutrien seperti vitamin D, zat besi dan kalsium,” paparnya.
3. Utamakan Variasi Makanan
Dokter Ian juga mengingatkan pentingnya variasi makanan. Masing-masing sumber makanan seperti buah, sayuran, daging, kacang-kacangan memiliki warna yang berbeda. Mereka memiliki variasi kandungan nutrisi yang berbeda pula. Itu sebabnya, MamPap harus mengusahakan variasi makanan dari menu harian si kecil.
Tantangan membesarkan generasi alpha dan beta memang tidak mudah dijalani. Butuh banyak adaptasi karena anak-anak generasi masa kini membutuhkan perhatian ekstra, terutama dalam hal nutrisi.
Asupan lengkap dan seimbang, termasuk dari produk susu yang terfortifikasi dan rendah gula, menjadi bekal penting agar anak tumbuh optimal—baik dari sisi fisik, kognitif, maupun emosional. “Kita tidak bisa mengandalkan pendekatan lama untuk menghadapi anak-anak baru ini. Mereka luar biasa, dan mereka layak mendapatkan dukungan nutrisi terbaik sejak dini,” tutup dr. Ian.
Melalui pemahaman yang tepat tentang karakteristik anak, pemilihan nutrisi yang cermat, serta keterlibatan aktif orang tua, generasi Alpha dan Beta siap menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan, empati, dan semangat berbagi yang luar biasa. Semangat dalam membesarkan anak-anak ya, MamPap!

Content Writer Parentsquads