Impian setiap Ibu tentu memiliki keluarga yang utuh, bahagia, dan membesarkan anak bersama dengan pasangan hingga ia cukup dewasa untuk menjalani kehidupan. Namun, garis hidup dan rencana Tuhan menjadikan angan tersebut tidak bisa dimiliki oleh setiap perempuan. Perpisahan kerap tidak terhindari, entah itu perpisahan karena ajal atau mengakhiri hubungan pernikahan karena satu dan lain hal.
Perpisahan itu, menjadikan seorang perempuan sebagai sosok orang tua tunggal yang otomatis menjalani dua peran sekaligus. Bagaimana ketangguhan seorang Ibu tunggal menjalani peran ini? Mama Astia Dika membagi kisahnya yang bisa menjadi inspirasi kita semua.*
Dika, begitu Mama Astia Dika biasa dipanggil memiliki seorang anak perempuan bernama Lovina berusia 10 tahun yang kini memasuki fase pra remaja. Beberapa tahun silam, ia memilih untuk berpisah dengan suaminya dan menjadi single mom atau ibu tunggal. Keputusan itu, meskipun sulit, ia ambil untuk kebaikan masa depan diri dan putrinya.
Kecemasan dan Rasa Bersalah Menjadi Single Mom
“Saat saya memutuskan berpisah dengan pasangan kala itu, perasaan saya penuh dengan kecemasan. Saya khawatir, Lovina, anak saya merasa tidak lengkap dengan kasih sayang yang hanya diberikan dari satu orang tua saja. Saya juga khawatir bagaimana dengan perkembangan psikologis dirinya.”
Tekad bulat untuk memulai hidup yang jauh lebih baik membuatnya memantaskan diri untuk Putri semata wayangnya. “Yang pertama adalah menghilangkan rasa bersalah karena kita berpisah. Percayalah bahwa anak akan tumbuh lebih sehat dan bahagia meski orang tuanya berpisah, dibanding didalam keluarga utuh namun tidak harmonis.” Tutur perempuan yang memiliki profesi sebagai Presenter TV ini.
Penerimaan diri adalah kunci bagaimana Dika bisa cepat bangkit dan tidak terjebak dalam pusaran kecemasan. Meskipun tidak mudah, Ia sadar, Putrinya mengalami trauma juga seperti dirinya dalam perpisahan ini. Prioritasnya adalah membantu putrinya dengan support secara mental untuk menerima keadaan termasuk belajar memaafkan sang Ayah.
Menjadi single mom, membuat Dika harus siap menjalani dua peran sekaligus. “Saya juga menjadi seorang pengganti Ayah, ini membuat saya merasa perlu waktu dan energi yang lebih banyak untuk anak.” Dalam usahanya untuk survive sebagai orang tua tunggal dan perempuan bekerja, Dika memutuskan untuk pindah tempat tinggal ke lokasi yang lebih dekat dengan kantor dan sekolah anaknya. Ia merasa, waktu berkualitas lebih mudah didapatkan dengan cara seperti ini.
Finansial Seorang Ibu Tunggal
Di luar peran rumah tangga dan tanggung jawab yang dipikul sendiri, perihal finansial keluarga juga menjadi sesuatu yang dikhawatirkan orang tua tunggal. Berbicara mengenai pengalamannya, Dika sangat bersyukur dikarenakan pekerjaan yang dia miliki mencukupi kebutuhan diri dan putrinya.
Namun, kondisi yang sangat ia syukuri ini tidak lantas membuatnya berdiam diri. Dika ingin Lovina tumbuh menjadi perempuan yang mandiri, karenanya, ia tetap mengajarkan financial literacy kepada putrinya dengan cara yang bisa dimengerti oleh anak-anak.
“Konsep ekonomi ini juga saya ajarkan pada anak saya dengan membuat 3 kotak penyimpanan uang sesuai peruntukannya yakni spending, saving, dan sharing. Dia berhak mengelola keuangannya sendiri di bawah arahan saya. Selain itu saya juga mengajarkan tentang berinvestasi. Gunanya agar anak saya bisa lebih menghargai uang dan mandiri.” Ujarnya yang juga memikirkan proteksi untuk masa depan anaknya dengan mendaftarkan diri ke asuransi jiwa.
Berbagi Peran, Sebagai Ibu, Sahabat dan Sosok Ayah Bagi Anak
“Aku dan anakku menantang dunia.” Mungkin, itu salah satu kalimat yang tepat menggambarkan apa yang dirasakan seorang ibu tunggal. Meskipun diakui dukungan dari keluarga dan teman amat membantu, kosongnya sosok pasangan membuat Dika kerap kali merasa khawatir dalam mengambil keputusan penting untuk buah hatinya, hal ini membuatnya secara proaktif melibatkan anaknya langsung dalam keputusan tersebut dan bersama-sama sepakat menjalaninya.
Menjadi single mom membuat Dika harus mampu berbagi peran, sebagai ibu, sahabat, dan sosok ayah untuk anaknya. Belum lagi harus membagi waktu untuk menyembuhkan luka batinnya sendiri akibat perpisahan. Namun Dika menyadari bahwa perpisahan adalah keputusan yang tepat dan ia merasa lebih bahagia secara fisik dan mental.
Untuk Mama yang menjadi single mom, berikut tips untuk survive ala Mama Dika
- Terima diri dan keputusan, sadari bahwa ini adalah jalan untuk hidup yang lebih baik
- Jangan takut meminta pertolongan dan dukungan baik dari keluarga maupun teman
- Anak juga memiliki perasaan, validasi perasaannya dalam perpisahan agar sama-sama bangkit untuk mengatasi trauma
- Hadirlah untuk si kecil, jika memungkinkan pengaturan tempat kerja dan sekolah anak bisa disesuaikan agar waktu Anda dan anak lebih maksimal
Jangan lupa menyayangi diri sendiri, walaupun menjadi single mom memiliki banyak peran, Anda tetaplah individu yang butuh disayangi dan dihargai. Jangan merasa bersalah jika mengambil waktu untuk self care.
*Artikel ini merupakan kisah hidup dan pandangan subjektif dari satu pihak, bukan ditujukan sebagai solusi masalah pernikahan. ParentSquad merekomendasikan Mama atau Papa untuk mendatangi konsultan pernikahan bila memerlukan bantuan.