Di usia balita, anak-anak ingin segala sesuatunya dilakukan sesuai keinginan mereka. Kadang perilaku ini terlihat menggemaskan, tetapi sifat ‘bossy’ ini bisa sangat menjengkelkan jika tidak dikendalikan. Berikut ciri-ciri anak bossy dan cara menghadapinya untuk membantu si kecil mengembangkan keterampilan sosial yang positif.
Kenali Ciri-ciri Anak Bossy
Perilaku ‘bossy’ atau suka memerintah terjadi ketika anak terus-menerus memberi tahu orang lain apa yang harus dilakukan. Sikap suka memerintah seringkali melibatkan anak yang mencoba mengendalikan situasi dan mendikte apa yang harus dilakukan orang lain.
Ciri-ciri anak bossy, antara lain:
- Terus-menerus memberi arahan, sering memberi tahu orang lain apa yang harus dilakukan, cara bermain, atau cara yang “benar” untuk melakukan sesuatu.
- Kesulitan berbagi dengan orang lain. Berbagi mainan atau barang bisa menjadi tantangan, seringkali disertai dengan klaim “milikku!”
- Memaksa untuk mengendalikan. Anak Anda mungkin merasa tidak nyaman kecuali mereka yang bertanggung jawab atas permainan atau kegiatan yang sedang dijalankan.
- Kesulitan berkolaborasi. Bekerja sama dengan orang lain bisa jadi sulit, karena anak Anda mungkin memprioritaskan ide dan preferensinya sendiri.
- Konflik dengan teman sebaya. Sikap suka memerintah dapat menyebabkan perselisihan dan frustrasi di antara teman bermain.
Penyebab Anak Berperilaku Bossy
Menurut Psikolog Agstried Elizabeth Piether dari Rumah Dandelion, perilaku bossy sebenarnya masih sangat umum di kalangan anak usia 3-7 tahun. “Memang (usia) mereka sedang belajar memahami batasan dan kendali di lingkungan sosial, sehingga kadang terkesan mereka mencoba mendominasi orang-orang disekitarnya,” kata Agstried. Usia mereka juga senang memamerkan kemandirian dan keterampilan kepemimpinan yang tidak diminta.
Selain itu, The American Academy of Pediatrics (AAP) juga menyebutkan bahwa beberapa anak mungkin terlahir dengan kepribadian dominan alami, yang bisa dianggap sebagai sifat bossy. Untungnya, sebagian besar anak-anak yang bossy akan melewati fase ini setelah usia 7 tahun karena mereka menjadi lebih sadar akan perasaan orang lain dan mulai memahami bahwa setiap orang memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Mereka juga akan mulai menyadari bahwa anak-anak lain tidak suka diperintah.
Selain faktor perkembangan yang alami, perilaku bossy juga dapat bersumber dari berbagai faktor. Berikut beberapa kemungkinan alasan mengapa anak Anda mungkin menunjukkan perilaku ini:
-
- Kecerdasan. Anak-anak yang cerdas dan supel terkadang menunjukkan kualitas kepemimpinan mereka melalui sikap memerintah.
- Kecenderungan mengurus sang adik. Beberapa anak secara alami mengambil peran sebagai pengasuh bagi adiknya, yang terkadang terkesan memerintah.
- Kecemasan. Anak-anak dengan kecemasan mungkin mencoba mengendalikan lingkungan mereka dengan mendikte bagaimana segala sesuatu seharusnya terjadi.
- Tidak fleksibel. Anak-anak yang kesulitan dengan fleksibilitas mungkin kesulitan beradaptasi dengan perubahan dan tidak bisa menerima cara-cara berbeda dalam melakukan sesuatu.
- Mencontoh. Menurut Agstried, hal ini juga bisa dipengaruhi karena mereka mencontoh gaya komunikasi orang-orang dewasa di sekitarnya. Bisa saja, orang-orang dewasa di sekitarnya juga “bersikap bossy” kepada orang-orang tertentu.
Cara Menghadapi Anak yang Bossy
Ada banyak cara untuk membantu anak meredam sifat mengatur tanpa mengecilkan keinginan bawaan si kecil untuk memimpin. Tentunya sangat penting bagi MamPap, untuk menyikapi situasi tersebut dengan pemahaman dan empati.
Berikut beberapa cara menghadapi anak yang bossy:
1. Memberi Penjelasan
Diperintah oleh anak berusia 3 tahun memang membuat frustrasi, tetapi jangan melawannya. Anak berusia 3 tahun yang suka memerintah jelas belum mampu mengerti tentang kekuasaan.
Tentu saja, anak perlu mempelajari batasan perilaku yang pantas dan aman, tetapi penekanannya harus pada pembelajaran, bukan pada siapa yang menjadi ‘raja’.
Anda juga dapat mencoba interaksi singkat, dekat, dan positif dengan si kecil, yang dapat membantu anak menenangkan diri, sehingga Anda dapat membicarakan apa yang terjadi dan bagaimana hal itu dapat diselesaikan dengan lebih baik di lain waktu.
2. Kembalikan Kendali
Terkadang, sifat suka memerintah hanyalah gejala dari perasaan kehilangan kendali. Anak tidak memegang kendali atas banyak keputusan dalam hidup mereka.
“Sikap bossy sebenarnya adalah cara anak untuk bilang bahwa mereka perlu memegang kendali juga. Oleh karena itu, orang tua bisa memberikan kesempatan pada anak untuk memutuskan ataupun menentukan pilihan,” ungkap Agstried.
MamPap bisa menawarkan pilihan kepada anak, seperti “Mau pakai rok merah muda atau ungu?”, untuk membuatnya merasa berdaya.
3. Tingkatkan Harga Diri Anak
Mintalah bantuan untuk tugas-tugas sederhana seperti memasukkan cucian ke dalam keranjang, dan berikan banyak pujian ketika tugas selesai. Dengan begitu, anak Anda merasa penting tanpa harus memerintah orang lain.
Ini juga cara yang bagus untuk mencurahkan perhatian kepada si kecil sekaligus mengajarkannya menjadi anggota rumah yang baik. Terkadang, perilaku suka memerintah sebenarnya hanyalah karena butuh perhatian.
“Perlu divalidasi juga kebutuhan anak memimpin dalam kelompok, sehingga membiarkan anak memimpin waktu bermain di rumah, atau mengambil keputusan ingin ke mana di akhir pekan bisa menjadi jalan menyalurkan rasa bossy anak,” kata Agstried.
4. Perkuat Keterampilan Sosial
Jadikan “tolong” bagian dari kosakata anak Anda dan ajari dia cara berbagi dan bergiliran. Taman bermain, memakai krayon bersama, dan waktu bersama saudara kandung merupakan tempat belajar untuk mempelajari keterampilan sosial.
Dorong juga empati terhadap orang lain ketika usianya sesuai. Bantu anak Anda memahami bagaimana tindakan mereka memengaruhi orang lain. Dorong juga mereka untuk mempertimbangkan perasaan dan ide teman bermain mereka.
5. Memberi Contoh
Sebenarnya, si kecil sangat memerhatikan perilaku Anda. MamPap bahkan mungkin memergokinya meniru instruksi Anda dengan nada dan tingkah laku yang sama persis dengan Anda.
Karena itu, teladani perilaku yang Anda inginkan dan perlakukan anak Anda sebagaimana Anda ingin diperlakukan.
Agstried juga mengingatkan untuk memberikan contoh bagaimana orang tua dapat mengambil keputusan, tapi juga mempertimbangkan dan mendengarkan pendapat orang lain.
6. Tetapkan Batasan
Ketika tuntutan atau nada suara anak Anda di luar batas, katakan dengan tenang dan jangan menurutinya. Tetapkanlah batasan.
7. Pertahankan Rutinitas yang Konsisten
Prediktabilitas dapat membantu anak merasa aman dan mengurangi kecemasan, yang dapat berkontribusi pada sikap suka memerintah.
8. Dorong Fleksibilitas
Meskipun rutinitas penting, sama pentingnya untuk membantu anak Anda belajar beradaptasi dengan perubahan dan situasi tak terduga.
Bagaimana Tanda Perilaku Bossy yang Tidak Wajar dan Harus Ditangani?
Agstried menambahkan, dianggap wajar jika kondisi ini terjadi sesekali dan anak masih bisa bernegosiasi serta menerima saran dan masukan dari orang lain. Namun ketika anak sudah merendahkan orang lain, menyakiti, dan menunjukkan agresi ketika keinginannya tidak dipenuhi, sehingga teman-temannya kemudian menjauhi, maka orang tua perlu mulai memerhatikannya.
Melewati fase bossy bukanlah hal yang aneh bagi anak kecil. Namun, jika perilaku anak Anda menyebabkan konflik yang signifikan dengan teman sebayanya atau mengganggu kehidupan sehari-harinya, sebaiknya MamPap mulai mencari bimbingan profesional yang bisa membantu.
Evaluasi oleh psikolog atau terapis anak dapat membantu menentukan apakah ada faktor-faktor yang mendasari perilaku tersebut. Mereka juga dapat memberikan strategi khusus untuk mendukung perkembangan sosial dan emosional anak Anda.
Cara Mengubah Bossy Jadi Sikap Kepemimpinan yang Positif
Agstried mengingatkan, untuk mengubah sikap bossy dengan sifat kepemimpinan yang positif adalah dengan mengajarkan anak dengan contoh, bahwa memimpin tidak sama dengan memaksakan pendapat.
“Memimpin juga perlu mendengarkan dan memahami kebutuhan orang lain. Ajak anak refleksi, bagaimana cara ia mengemukakan kebutuhan dan keinginannya, serta berikan pujian spesifik ketika ia bisa menggunakan kalimat yang baik untuk mengungkapkan kebutuhan,” tutup Agstried.
Meskipun percaya diri dan tegas itu baik bagi anak-anak, penting juga bagi mereka untuk belajar berkolaborasi, berbagi, dan menghargai ide orang lain ya, MamPap.
Content Writer Parentsquads











and then