Ada yang bilang, 2025 tahun patah hati. Pasalnya, berturut-turut publik dikejutkan dengan berita ramai artis cerai sepanjang tahun 2025. Diperkirakan, ada 14 pasangan artis yang dikabarkan memutuskan untuk bercerai sepanjang tahun ini. Siapa saja? Apa saja sebenarnya penyebab atau masalah dalam rumah tangga yang rentan mengakibatkan perceraian?
Ramai Artis Cerai 2025, dari Sherina Hingga Raisa
- Asri Welas dan Galiech Ridha Rahardja, resmi berpisah pada 23 Januari 2025 setelah 17 tahun bersama.
- Sherina Munaf dan Baskara Mahendra, memutuskan bercerai pada 13 Februari 2025 setelah 4 tahun menikah.
- Baim Wong dan Paula Verhoeven, resmi bercerai pada April 2025 setelah menikah sejak tahun 2018.
- Arya Saloka dan Putri Anne, resmi bercerai pada Mei 2025 setelah 7 tahun pernikahan.
- Acha Septriasa dan Vicky Kharisma, resmi bercerai pada Mei 2025 setelah menikah di tahun 2016.
- Dahlia Poland dan Fandy Christian, resmi melayangkan gugatan cerai pada Juli 2025.
- Tasya Farasya dan Ahmad Assegaf, September 2025 resmi layangkan gugatan dan hingga kini proses sidang masih berlanjut. Tasya dan Ahmad menikah pada tahun 2018.
- Eza Gionino dan Meiza Aulia Coritha, resmi melayangkan gugatan cerai pada September 2025 setelah menikah selama 7 tahun.
- Azizah Salsha dan Pratama Arhan, resmi bercerai pada September 2025 setelah menikah selama 2 tahun.
- Andre Taulany dan Erin Wartia Trigina, sepakat bercerai secara damai pada Oktober 2025 setelah sekitar 19 tahun menikah.
- Bedu dan Irma, gugatan cerai dilayangkan pada September 2025.
- Raisa dan Hamish Daud, melayangkan gugatan cerai pada Oktober 2025, setelah menikah sejak tahun 2017.
- Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa, resmi melayangkan gugatan cerai pada Oktober 2025 setelah usia pernikahan 3 tahun.
- Adly Fairuz dan Angbeen Rishi, resmi melayangkan gugatan cerai pada Oktober 2025.
Mengapa Angka Perceraian Meningkat Beberapa Tahun Terakhir?
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2024, terdapat 399.921 kasus keluarga mengalami perceraian di Indonesia. Angka terbanyak berada di Jawa Barat, yaitu sebanyak 88.985 kasus perceraian.
Dilansir dari laman Asia News Network, angka perceraian terus meningkat, terutama setelah COVID-19, ketika layanan publik dihentikan.
Menurut Nadya Pramesrani, psikolog klinis dewasa dari Rumah Dandelion juga menjelaskan, meningkatnya angka perceraian ini bisa dikatakan beriringan dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan pengetahuan tentang relasi yang sehat.
“Keputusan bercerai rasanya tidak pernah menjadi keputusan yang mudah untuk siapa pun. Tapi, memang bisa kita lihat ada pergeseran yang terjadi bahwa pasangan saat ini lebih terbuka pada opsi tersebut. Hal ini sepertinya disebabkan juga oleh kesadaran terkait kesehatan mental dan relasi yang sehat. Bahwa yang dikatakan keluarga utuh itu artinya tidak hanya sebatas pada secara fisik utuh, tetapi juga pada kualitas relasi yang ada di dalamnya,” jelas Nadya.
Masalah Pernikahan yang Memicu Perceraian
Berikut beberapa alasan perceraian yang umum ditemukan, yang bisa membantu Anda memahami apakah pernikahan Anda dapat diselamatkan atau tidak.
1. Perselingkuhan
Ketika terjadi perselingkuhan, baik emosional, fisik maupun seksual, hal ini tentu dapat menghancurkan hubungan pernikahan. Sangat sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan setelah pasangan mengkhianati.
Perselingkuhan adalah salah satu alasan terbanyak perceraian dan kegagalan sebagian besar pernikahan yang berakhir dengan perceraian. Ini adalah salah satu penyebab perceraian yang paling umum.
Kemarahan dan kebencian adalah alasan umum yang mendasari perselingkuhan, bersama dengan perbedaan hasrat seksual dan kurangnya keintiman emosional.
Menurut Ruth Houston seorang pakar perselingkuhan, perselingkuhan seringkali juga bisa dimulai sebagai persahabatan yang tampaknya tidak berbahaya (perselingkuhan emosional), yang kemudian menjadi perselingkuhan fisik.
2. Kekerasan Fisik dan Emosional (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga seperti kekerasan fisik atau emosional merupakan kenyataan yang menyedihkan bagi sebagian pasangan dan berkontribusi terhadap perceraian.
KDRT tidak selalu disebabkan oleh pelaku yang “jahat”; masalah emosional yang mendalam biasanya menjadi penyebabnya. Apa pun alasannya, tidak seorang pun boleh menoleransi kekerasan KDRT, dan Anda harus mengakhiri hubungan dengan cara yang aman.
3. Masalah Keuangan
Ada yang bilang, “uang tidak bisa membeli kebahagiaan”. Namun, faktanya tidak selalu begitu. Uang bisa memengaruhi segalanya. Terlebih dalam sebuah hubungan pernikahan.
Jika pasangan tidak sependapat tentang bagaimana mengelola keuangan, hal itu dapat menyebabkan masalah. Mulai dari kebiasaan belanja dan tujuan keuangan yang berbeda, hingga salah satu pasangan menghasilkan uang jauh lebih banyak daripada yang lain, yang menyebabkan “dominasi atau rasa menguasai” dapat membuat pernikahan menjadi tegang hingga ke titik kritis.
Selain itu, perbedaan jumlah uang yang dibawa masing-masing pasangan ke dalam pernikahan juga dapat menyebabkan dominasi di antara pasangan.
Masalah keuangan dapat dikategorikan sebagai salah satu penyebab perceraian terbesar, setelah perselingkuhan dan KDRT.
4. Kurangnya Komunikasi
Komunikasi sangat penting dalam pernikahan, dan ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif dapat dengan cepat menyebabkan rasa kesal dan frustrasi bagi keduanya, yang berdampak pada semua aspek pernikahan.
Di sisi lain, komunikasi yang baik merupakan fondasi pernikahan yang kuat. Ketika dua orang menjalani hidup bersama, mereka harus mampu membicarakan apa yang mereka butuhkan dan mampu memahami serta berusaha memenuhi kebutuhan pasangannya.
Memarahi pasangan dan melontarkan komentar-komentar kasar untuk mengekspresikan diri adalah metode komunikasi tidak sehat yang perlu dihindari dalam pernikahan.
Selain itu, ketika pasangan berhenti berbicara satu sama lain atau silent treatment, mereka dapat merasa terisolasi dan kesepian serta berhenti peduli satu sama lain. Hal ini juga dapat menyebabkan keretakan hubungan.
Komunikasi buruk juga merupakan salah satu alasan terbesar perceraian. Mempraktikkan komunikasi yang penuh kesadaran untuk mengubah kesalahan-kesalahan lama dalam pernikahan memang sulit, tetapi upaya tersebut sepadan untuk memperbaiki dan menyelamatkan hubungan Anda.
5. Perdebatan Terus-menerus
Mulai dari pertengkaran soal pekerjaan rumah hingga pertengkaran soal anak-anak, pertengkaran yang tak henti-hentinya dapat menghancurkan banyak hubungan.
Pasangan yang terus-menerus bertengkar satu sama lain sering kali melakukannya karena merasa tidak didengarkan atau dihargai.
Banyak yang merasa sulit memahami sudut pandang orang lain, yang berujung pada banyak pertengkaran tanpa pernah mencapai titik temu. Hal ini bisa menyebabkan perceraian.
6. Perubahan Fisik
Mungkin tampak sangat tidak adil, tetapi perubahan fisik seperti kenaikan berat badan merupakan salah satu alasan utama perceraian, meskipun tampak aneh.
Dalam beberapa kasus, kenaikan berat badan yang signifikan menyebabkan pasangan lain menjadi kurang tertarik secara fisik, sementara bagi yang lain, kenaikan berat badan memengaruhi harga diri mereka, yang kemudian berdampak pada masalah keintiman dan bahkan dapat menjadi penyebab perceraian.
7. Harapan Tidak Realistis
Sangat tidak mudah untuk mengharapkan pasangan dan kehidupan pernikahan Anda memenuhi gambaran yang Anda inginkan. Harapan ini dapat memberikan banyak tekanan pada pasangan, membuat Anda merasa kecewa dan membuat pasangan merasa gagal. Harapan yang tidak realistis juga bisa membuat pernikahan terguncang.
8. Kurangnya Keintiman
Tidak merasa terhubung dengan pasangan dapat dengan cepat merusak pernikahan karena membuat pasangan merasa seolah-olah mereka tinggal dengan orang asing atau lebih seperti sekadar ‘teman sekamar’ daripada pasangan.
Hal ini dapat disebabkan kurangnya keintiman fisik atau emosional dan tidak selalu tentang seks. Jika Anda terus-menerus bersikap dingin pada pasangan, hal itu dapat menjadi dasar perceraian seiring waktu.
Seringkali, pasangan berjuang dengan dorongan seksual dan nafsu seksual yang berbeda. Ini adalah awal dari masalah dan dapat benar-benar mengganggu pasangan saat mereka mencoba memenuhi kebutuhan mereka.
Selain itu, di berbagai tahap kehidupan, kebutuhan seksual kita dapat berubah, yang dapat menyebabkan perasaan bingung atau penolakan. Mengabaikan kebutuhan seksual pasangan disebut-sebut sebagai penyebab utama perceraian belakangan ini.
Jadi, perbaiki hubungan Anda agar semakin intim dan istimewa adalah tanggung jawab kedua pasangan. Lakukan tindakan kebaikan kecil, apresiasi, dan nikmati keintiman fisik sesering mungkin untuk mempermanis hubungan Anda.
9. Kurangnya Kesetaraan
Kurangnya kesetaraan berada di belakang penyebab utama perceraian, yaitu kurangnya keintiman. Ketika salah satu pasangan merasa bahwa mereka memikul lebih banyak tanggung jawab dalam pernikahan, hal itu dapat mengubah pandangan mereka terhadap pasangannya dan memicu ‘rasa dendam’.
Rasa dendam seringkali membesar dan menjadi salah satu alasan perceraian. Rasa dendam merupakan penyebab utama perceraian.
Karenanya, setiap pasangan harus menghadapi tantangan unik mereka sendiri dan menemukan cara mereka sendiri untuk hidup bersama sebagai dua orang yang setara, yang menikmati hubungan yang saling menghormati, harmonis, dan bahagia.
10. Tidak Siap Menikah
Secara mengejutkan, tingkat perceraian tertinggi terjadi pada pasangan berusia 20-an. Kurangnya persiapan merupakan salah satu alasan paling umum untuk perceraian di usia ini. Dan hampir separuh perceraian terjadi dalam 10 tahun pertama pernikahan, terutama antara ulang tahun pernikahan keempat dan kedelapan.
“Kalau benang merahnya, tentu semua masalah-masalah pemicu itu berkaitan dengan bentuk dan kualitas komunikasi pasangan ya, serta kemauan dan kemampuan dalam resolusi konflik. Tapi, pada umumnya perceraian dilihat menjadi opsi yang diambil ketika kedua pasangan atau salah satu pasangan merasa bahwa tidak ada perubahan/perbaikan yang terjadi,” ungkap Nadya.
Jika menemukan salah satu alasan di atas dalam hubungan Anda, Anda harus mulai menyadari dan mempertimbangkan ke mana arah hubungan ini. Hal ini akan membantu Anda memahami hubungan relasi pernikahan Anda dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah masalah pernikahan yang lebih lanjut.
Kapan Harus ‘Berdamai’, dan Kapan Sebuah Pernikahan Harus Diakhiri?
Menurut Nadya, prinsip besarnya Anda harus menilai pada apakah semua pihak yang terlibat (Anda dan pasangan) memahami dan mengakui kontribusinya masing-masing terhadap masalah yang ada, dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan perubahan terhadap masalah yang ada.
“Tapi kalau bicara pada fatalitas dari masalah pemicunya, itu semua tergantung kepada value yang dimiliki oleh masing-masing individu,” tegas Nadya.
Tips Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga
Kembali lagi, keputusan untuk memperbaiki sebuah pernikahan tentu semua tergantung faktor pemicu masalah dan value yang dimiliki masing-masing individu. Namun, untuk menjaga keharmonisan, Anda dan pasangan tetap perlu usaha sepanjang waktu. Berikut tips menjaga keharmonisan pernikahan agar terhindar dari perceraian:
- Komunikasi dan terkoneksi. Di era sekarang, smartphone bisa jadi distraksi paling besar bagi Anda dan lingkungan. Anda mungkin mendapati diri sering kali tidak berbincang serius dengan pasangan selama berhari-hari. Berkomunikasi secara terbuka tentang kehidupan, minat, impian, kegelisahan, dan perasaan Anda merupakan cara penting untuk menumbuhkan keintiman dalam suatu hubungan.
“It’s the little things that matter. Untuk setiap hari dan setiap Waktu memprioritaskan waktu untuk connect secara emosional (dan fisik) terhadap pasangan. Untuk tidak terjebak hanya pada rutinitas tanggung jawab sehari-hari dan lupa bahwa rasa nyaman dan dekat dengan orang (bahkan pasangan sendiri) itu butuh usaha,” ungkap Nadya.
- Hormati dan hargai pasangan. Memahami, menghargai, dan beradaptasi dengan perubahan pasangan sangat penting dalam hubungan. Beri tahu pasangan Anda, melalui pujian atau ucapan terima kasih, bahwa Anda menghargai semua yang mereka lakukan.
- Luangkan waktu untuk kencan. Cara lain untuk menjaga api pernikahan tetap menyala adalah dengan terus menjaga keintiman dengan pasangan Anda. Luangkan waktu untuk kencan malam setiap minggu misalnya, bahkan untuk membeli es krim atau memasak resep baru bersama.
Itulah beberapa tips menjaga keharmonisan dalam sebuah hubungan. Komunikasi menjadi bagian terpenting. “Karena dengan dekat, kita nyaman untuk ngobrol, dan lebih nyaman serta positif juga ketika ada masalah tertentu yang perlu dibahas. Kalau ‘ngobrol receh’ aja sudah nggak nyaman dilakukan sama pasangan, gimana bisa ngomongin masalah tanpa argument?” tutup Nadya.
Content Writer Parentsquads











and then