‘Ancaman’ di Balik Mata Merah, Hati-hati Gangguan Retina dan Uveitis yang Berujung Kebutaan

Mata merah sering dianggap masalah sepele. Banyak orang mengira penyebabnya hanya kelelahan, debu, atau infeksi ringan seperti konjungtivitis. Padahal, di balik gejala yang tampak sederhana itu bisa tersembunyi penyakit serius yang berisiko terjadinya gangguan retina dan bahkan menghilangkan penglihatan secara permanen.

Setidaknya hal ini dialami Rani, 35 tahun, seorang ibu muda yang sibuk bekerja. Suatu pagi, ia bangun dengan mata merah dan penglihatan agak buram. Pada awalnya ia tak terlalu menghiraukannya, mengira hanya iritasi biasa yang akan sembuh sendiri. Namun beberapa hari kemudian, rasa silau luar biasa muncul setiap kali melihat cahaya, dan pandangannya semakin kabur.

Baru setelah memutuskan periksa ke dokter mata, Rani mengetahui bahwa ia tidak hanya mengalami gangguan retina, melainkan uveitis, peradangan di dalam mata yang bisa berakibat fatal jika terlambat ditangani. Beruntung, Rani segera mendapatkan pengobatan yang tepat, sehingga peradangannya terkendali dan penglihatannya terselamatkan.

Apa yang dialami seperti Rani bukanlah hal yang jarang terjadi. Uveitis memang sering datang diam-diam, gejalanya mirip penyakit mata ringan, sehingga banyak penderita tidak menyadarinya hingga pada akhirnya kondisi menjadi semakin memburuk.

Bacaan Lainnya

Padahal, menurut para ahli, uveitis menyumbang seperempat kasus kebutaan di negara berkembang. Lebih mengejutkan lagi, hampir setengah hingga tujuh puluh persen kasus uveitis tergolong idiopatik, artinya penyebab pastinya tidak diketahui.

Uveitis: Mata Merah yang Tak Boleh Dianggap Sepele

Retina ibarat film kamera yang merekam cahaya lalu mengirimkannya ke otak agar kita bisa melihat dengan jelas. Gangguan sekecil apa pun pada retina, otomatis bisa merusak keseluruhan proses penglihatan.

“Gangguan retina dan inflamasi mata itu seperti pencuri yang bergerak diam-diam. Pasien sering baru sadar saat kondisinya sudah parah,” ujar Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Direktur Utama RS Mata JEC, Menteng.

Salah satu bentuk inflamasi yang sering muncul adalah uveitis. Secara definisi, uveitis adalah peradangan di dalam mata, khususnya pada area uvea, yaitu lapisan tengah mata yang meliputi iris, badan siliaris, dan koroid.

Tiga tipe uveitis terdiri atas:

1) Anterior – peradangan di bagian depan uvea

2) Intermediate – peradangan di bagian tengah uvea,

3) posterior – peradangan di bagian belakang uvea, dan

4) panuvetis – peradangan di bagian depan dan belakang uvea.

Meski terdengar teknis, faktanya uveitis menyumbang sekitar 25 persen kasus kebutaan di negara berkembang. Lebih miris lagi, 48–70 persen kasus uveitis tergolong idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui pasti.

ganguan retina

Banyak orang mengira mata merah hanya akibat debu, kelelahan, atau infeksi ringan seperti konjungtivitis. Padahal, uveitis bisa diam-diam merusak retina jika tidak segera ditangani.

“Uveitis bukan peradangan mata biasa. Banyak pasien tidak mengalami gejala khas di awal, sehingga mereka terlambat memeriksakan diri. Padahal, tanpa penanganan tepat, uveitis bisa berkembang menjadi katarak, glaukoma, kerusakan retina, bahkan kebutaan permanen,” jelas Dr. Eka Octaviani Budiningtyas, SpM, dokter subspesialis Ocular Infection and Immunology JEC Eye Hospitals and Clinics.

Gejala uveitis bisa muncul tiba-tiba. Mata tampak merah dengan atau tanpa nyeri, penglihatan menjadi kabur atau berbayang, muncul bintik hitam kecil yang melayang di lapangan pandang, hingga rasa silau berlebihan terhadap cahaya. Karena gejala ini mirip konjungtivitis yang biasanya ringan, banyak orang akhirnya abai.

“Gejala-gejala itu sebenarnya alarm tubuh yang tidak boleh diabaikan. Semakin cepat pasien ditangani, semakin besar peluang penglihatan tetap terjaga,” tegas Dr. Eka.

Penanganan Uveitis: Jangan Asal Gunakan Obat Tetes 

gangguan retina

Menurut Dr. Eka, langkah pertama penanganan uveitis adalah pemeriksaan menyeluruh: mulai dari slit-lamp, pencitraan retina, hingga tes darah untuk mencari penyebab. Dari hasil itulah dokter menentukan terapi.

“Tetes kortikosteroid biasanya jadi lini pertama untuk mengurangi peradangan. Ada juga tetes untuk melebarkan pupil agar mengurangi nyeri dan mencegah jaringan parut. Pada kasus lebih berat, kortikosteroid bisa diberikan secara oral atau suntikan. Bila penyebabnya autoimun, kita bisa pakai imunosupresan. Dan tentu saja, bila infeksi jadi pemicu, terapi antibiotik, antivirus, atau antijamur yang digunakan,” paparnya.

Ia menegaskan, uveitis tidak bisa ditangani dengan obat tetes yang dijual bebas di apotek. Pemilihan terapi sangat bergantung pada penyebabnya, sehingga pemeriksaan lengkap oleh dokter mata adalah syarat mutlak.

JEC Retina Center: Siaga 24 Jam Bantu Menyelamatkan Penglihatan

Menyadari betapa seriusnya ancaman gangguan retina dan inflamasi mata, RS Mata JEC @ Menteng menghadirkan JEC Retina Center—pusat layanan retina dengan fasilitas diagnostik paling lengkap di Indonesia.

“Di sini tersedia 15 teknologi pemeriksaan berteknologi tinggi, mulai dari Optical Coherence Tomography (OCT), foto fundus dengan Fluorescein Angiography, Indocyanine Green, USG mata, hingga laboratorium. Kami juga menyiapkan kamar bedah khusus retina, karena tidak jarang kasus membutuhkan tindakan operatif segera,” terang Dr. Referano.

Tidak main-main, pusat layanan ini siaga 24 jam penuh untuk kedaruratan retina. Dalam tiga tahun terakhir, JEC Retina Center telah menangani lebih dari 12 ribu pasien gangguan retina dan infeksi mata.

“Sebagai pusat rujukan retina nasional, komitmen kami adalah menyelamatkan penglihatan masyarakat dengan kombinasi keahlian dokter subspesialis retina dan dukungan teknologi modern. Bagi kami, menjaga mata berarti menjaga kualitas hidup seseorang,” tambahnya.

World Retina Day dan Inflammatory Eye Disease Awareness Week tahun ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan kita semua: mata merah dan pandangan kabur bukanlah gangguan kecil. Semakin cepat diperiksa, semakin besar peluang mencegah kebutaan.

Menjaga kesehatan mata tentu saja bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan soal masa depan, karier, dan kualitas hidup. Untuk itu, jangan tunggu parah untuk peduli yang berujung pada gangguan retina atau uveitis. 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven ÷ = 1