Katanya wajar jika Anda sebagai orang tua merasakan ketakutan tertentu selama membesarkan anak-anak, baik itu yang menyangkut proses tumbuh kembang anak, juga masa depan mereka. Berikut ini 5 ketakutan terbesar orang tua selama mengasuh buah hatinya.
Apakah Rasa Takut Ini Wajar?
Selain membahagiakan, menjadi orang tua merupakan pekerjaan yang paling mengkhawatirkan. Rasa khawatir itu umumnya sudah hadir jauh sebelum si anak lahir. “Bagaimana jika janin saya tidak berkembang sempurna di kandungan?” “Bagaimana jika persalinannya bermasalah?” “Apakah saya bisa mengurus bayi ini dengan benar?” dan masih banyak lagi.
Perasaan-perasaan khawatir di atas bisa semakin diperparah jika di saat bersamaan si orang tua juga merasakan kesedihan karena tinggal jauh dari orang tua atau keluarga besar, sehingga mereka tidak punya orang berpengalaman yang mendampingi selama menjadi ibu atau ayah atau orang tua baru (belajar mengasuh anak sendiri).
Tenang, MamPap, jika Anda juga merasakan ketakutan yang sama, perasaan yang Anda rasakan itu umum terjadi dan normal, kok. Perasaan takut ini memang umum menjadi ‘penyakit’ orang tua baru.
Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit Anda akan belajar menjadi orang tua yang baik, dan kepercayaan diri Anda juga akan tumbuh.
Namun jika dalam perjalanannya perasaan takut itu semakin intens hadir dan justru membuat Anda semakin berpikiran negatif tentang banyak hal (mengganggu keselamatan anak dan Anda), segera bicarakan dengan dokter atau perawat kesehatan, ya.
Menurut Pregnancy Birth Baby, perasaan takut dan khawatir yang sangat kuat dan terus muncul seperti itu bisa saja merupakan tanda-tanda kecemasan atau depresi perinatal.
Ajak pasangan atau orang lain yang Anda percaya saat mengkonsultasikannya dengan dokter atau ahlinya, ya. Anda tidak boleh menyelesaikan masalah ini sendirian. Harus ada orang lain yang turut serta bersama dengan Anda menghadapi ini bersama-sama.
5 Ketakutan Terbesar Orang Tua

Berikut ini 5 ketakutan terbesar orang tua saat mengasuh buah hatinya, dirangkum dari Baby Center:
1. Anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan tertinggal
Ketakutan:
Saya khawatir anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan kesempatan untuk mencapai potensinya.
Kenyataannya:
Ketakutan terbesar orang tua yang paling umum adalah anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini biasanya didasari atas reaksi rasional terhadap iklim ekonomi menakutkan yang terjadi belakangan ini.
Ya, saat ini banyak orang yang hidup di masa ketidakpastian ekonomi. Di mana-mana PHK terjadi, pengangguran semakin banyak dan biaya hidup juga terus meningkat.
“Banyak orang tua takut anak-anaknya hidup susah karena saat ini hidup yang mereka jalani juga sedang tidak baik-baik saja. Banyak orang tua saat ini berjuang memenuhi kebutuhan hidup agar anak-anaknya mendapatkan masa depan yang berbeda dari mereka,” kata Pamela Paul, penulis buku Parenting Inc.
Kekhawatiran ini wajar, mengingat pendidikan merupakan tonggak terpenting bagi anak agar mereka sanggup bersaing dan bertahan di dunia yang semakin kompetitif di masa depan.
Yang Anda lakukan:
Anda bisa memberikan anak mainan edukatif atau mengisi waktunya dengan kegiatan untuk menambah skill anak. Banyak orangtua mengira, anak akan pintar jika memiliki banyak mainan. Padahal, kata Pamela, cara terbaik menjadikan anak kreatif adalah dengan membelikannya lebih sedikit mainan.
“Saat anak memiliki sejumlah kecil mainan sederhana, mereka justru akan belajar mengembangkan imajinasi dan akal sehatnya,” terang Pamela.
Hal yang sama juga dikatakan Paul Donahue, Psikolog dan penulis buku Parenting Without Fear. Berdasarkan pengamatan Paul, masih banyak orang tua yang mengira bahwa mereka harus melakukan semuanya untuk anak: menstimulasi dan menghibur anak. Mereka khawatir jika tidak melakukannya, anaknya akan menjadi anak yang tertinggal.
Padahal, kata Paul, ada baiknya sesekali orang tua membiarkan anaknya ‘seolah-olah’ sendiri. Cukup awasi saja anak dari jauh, nanti dengan sendirinya anak akan secara naluriah mengembangkan kemandirian, akal sehat, imajinasi, dan keterampilan hidup dasar —di mana semuanya itu akan membantunya berprestasi di sekolah dan dalam berkehidupan.
2. Bahaya orang asing
Ketakutan:
Saya takut seseorang menyakiti atau menyerang anak.
Yang Anda lakukan:
Menurut sosiolog David Finkelhor, pemimpin Crimes Against Children Research Center (CCRC) yang berpusat di Universitas New Hampshire, melindungi anak merupakan naluri dasar dalam metode pengasuhan. Jadi wajar, jika orang tua berusaha agar anaknya tetap merasa aman.
Lakukanlah ini:
- Ajarkan anak bagaimana cara menjaga dan melindungi dirinya.
- Jelaskan kepada anak, apa saja bagian dari tubuhnya yang harus dilindungi.
- Katakan kepada anak bahwa ia boleh meminta bantuan Anda atau orang dewasa lainnya jika merasakan hal-hal berbahaya.
“Jaga hubungan yang dekat dan suportif serta jaga agar saluran komunikasi tetap terbuka sehingga anak merasa nyaman untuk menceritakan sesuatu kepada Anda jika terjadi sesuatu,” kata Finkelhor.
3. Kecelakaan dan cedera
Ketakutan:
Saya takut anak cedera dalam kecelakaan, seperti kecelakaan mobil.
Kenyataan:
Jangan abaikan ketakutan ini jika Anda merasakannya saat menjadi orang tua. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan, cedera kendaraan bermotor merupakan penyebab utama kematian anak-anak di Amerika Serikat (AS).
Seperti di tahun 2008 saja, 968 anak berusia di bawah 14 tahun di AS meninggal dalam kecelakaan mobil dan sekitar 168.000 lainnya mengalami cedera. Ternyata 40% anak yang meninggal tersebut tidak menggunakan car seat atau sabuk pengaman. Sementara lebih dari ⅔ anak yang meninggal dalam kecelakaan karena pengemudinya sedang mabuk.
Yang Anda lakukan:
Menurut Alfred Sacchetti, kepala layanan darurat di Rumah Sakit Our Lady of Lourdes di Camden, New Jersey, kematian anak seperti itu bisa dicegah. Misalnya saja dengan memaksimalkan penggunaan alat pengaman saat berkendara: car seat, sabuk pengaman, helm sepeda, atau lainnya.
Sacchetti mengatakan, tindakan keselamatan sederhana seperti itu bisa membuat perbedaan yang sangat besar.
“Saya heran melihat banyaknya anak yang bepergian dengan mobil tanpa car seat atau helm saat mengendarai sepeda. Padahal secara keseluruhan, alat keselamatan seperti itu dapat membantu anak bertahan hidup –jika terjadi kecelakaan– dan terhindar dari cedera pada leher ke atas,” kata Alfred.
4. Mengalami perundungan
Ketakutan:
Saya khawatir anak tidak diterima secara sosial dan dirundung.
Kenyataan:
Di AS, perundungan kerap terjadi di kalangan anak sekolah. Sekitar 1 dari 7 siswa taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas pernah menjadi perundung atau korban perundungan.
Kasus-kasus seperti ini harus selalu ditanggapi dengan serius, karena ini erat kaitannya dengan masalah harga diri anak (jangka panjang), kinerja sekolah yang buruk, depresi, hingga keinginan anak untuk bunuh diri.
Yang dapat Anda lakukan:
Banyak ahli mengatakan, anak yang mengalami kekerasan di rumah lebih cenderung suka menindas orang lain. Jadi sangat penting agar Anda (atau orang dewasa lainnya) tidak memperlakukan anak dengan kasar.
Pakar penelitian tentang penindasan Minne Fekkes menghimbau agar para orang tua dan guru melakukan hal ini:
- Selalu bersikap proaktif dan mengajarkan anak sejak usia dini untuk mereka tidak mengejek atau mencaci orang lain.
- Khusus di sekolah, penting agar para guru dan pengurus sekolah menanggapi dengan serius tindakan perundungan di sekolah.
- Selalu lakukan diskusi rutin dengan anak-anak tentang cara mereka seharusnya memperlakukan orang lain dan bagaimana bersikap jika mengalami atau melihat perundungan.
- Bantu juga anak mengembangkan ketahanan dan keterampilan dalam melindungi dirinya sendiri.
5. Berat badan itu penting
Ketakutan:
Anak saya mengalami obesitas atau berat badan rendah.
Kenyataannya:
Obesitas maupun BB rendah merupakan dua risiko serius bagi anak yang sedang tumbuh. Selama 30 tahun terakhir ini, menurut CDC, angka obesitas pada anak-anak meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Di ujung spektrum lain, jumlah anak dan remaja mengalami anoreksia atau bulimia juga semakin sering muncul.
Yang Anda lakukan:
Kabar baiknya, Anda dapat membantu melindungi si kecil dari bahaya obesitas dan anoreksia. Sebagai orang tua, Anda memiliki kendali atas apa yang dimakan anak dan menanamkan kebiasaan makan yang baik pada anak.
Pastikan Anda memantau asupan harian anak untuk membantu dan menghindarinya dari obesitas dan anoreksia. Dan ingat, Anda adalah panutan anak jadi pastikan Anda juga selalu menjaga pola hidup sehat sehingga anak bisa belajar.
“Beri tahu anak bahwa ini bukan tentang menjadi terlalu gemuk atau terlalu kurus, melainkan pentingnya memiliki tubuh yang sehat yang didapatkan dari mengkonsumsi makanan yang baik dan olahraga teratur.” kata dokter anak asal California, San Francisco, Laurel Schultz.
Menurut Alfred Sacchetti, seorang dokter ruang gawat darurat di Camden, New Jersey, juga juru bicara American College of Emergency Physicians, selain 5 ketakutan terbesar orang tua di atas sebenarnya masih ada ketakutan lainnya yang dirasakan selama mengasuh anak. Yaitu, takut buah hatinya diculik orang asing.
Perasaan takut anak diculik ini, menurut Alfred, jauh lebih tinggi daripada rasa takut apabila anaknya naik mobil tanpa sabuk pengaman. Kalau Mam dan Pap, apa ketakutan terbesar Anda sebagai orang tua selama membesarkan si Kecil?











and then